Patung St. Antonius Padua Mengunjungi Rumah Umat di Stasi Loon, Kei Kecil.

428
Umat Stasi St. Antonius Padua Loon mengarak patung St. Antonius Padua mengelilingi desa /Dok. Etock
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM-STASI St. Antonius Padua, Loon, Paroki St. Petrus Kelanit, Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, selalu memberi cerita yang menginspirasi, khusus soal pengembangan iman. Meski kecil dalam jumlah umat, nyatanya umat Stasi Loon, tak pernah kecil dalam hal penghayatan iman.

Kali ini, cerita penghayatan iman datang di tengah situasi pandemi Covid-19. Bertepatan dengan Pesta St. Antonius Padua, Sabtu, 13/6/2020, umat Stasi Loon mengusung patung St. Antonius berkeliling dari rumah ke rumah. Ada keyakinan bahwa St. Antonius Padua, sang pelindung, akan selalu melindungi dan memberkati umat, kapan saja, dan dalam situasi apa pun teristimewa saat umat berada dalam situasi pandemi.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Paroki St. Petrus Kelanit Pastor Edmond Fasak MSC. Ia menjelaskan bahwa ketika Keuskupan Amboina, khususnya wilayah pelayanan Kei Kecil sudah diizinkan untuk melakukan Misa dengan kehadiran umat, maka Stasi Loon memulai kegiatan dengan perayaan perarakan patung St. Antonius Padua.

“Perarakan ini dibuat dimana patung St. Antonius Padua langsung diarak dari rumah ke rumah. Tujuannya agar kehadiran Patung St. Antonius Padua dapat melindungi umat dari segala mara bahaya,” jelas Pastor Edmond.

Perayaan Ekaristi peringatan St. Antonius Padua di Stasi Loon/Dok. Etock

Meski demikian, pastor Misionaris Hati Kudus Yesus ini menjelaskan segala aktivitas peribadatan benar-benar sesuai dengan protokol kesehatan. Setiap umat yang terlibat wajib menggunakan masker, mencuci tangan, atau menggunakan hand sanitizer. Di dalam gereja juga umat diatur tempat duduknya agar menjaga jarak.

Sementara umat yang menunggu patung di rumah juga melakukan hal yang sama, memperhatikan protokol kesehatan. “Semua bertujuan agar memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19,” kata Pastor Edmond.

Pastor Edmon Fasak MSC/Dok. Pribadi

Pengkotbah Ulung

Dalam Gereja, kita mengenal bahwa St. Antonius Padua adalah seorang pewarta dan pengkotbah sejati. Dari mulutnya, kebenaran diwartakan sehingga banyak orang bertobat. Sebagai pengkotbah ulung, tak heran kemana saja ia pergi, banyak orang berduyun-duyun mengikutinya hanya untuk mendengar khotbahnya. Menurut legenda, ikan-ikan dan danau pun bahkan bersembulan keluar untuk mendengarkan khotbahnya.

Hingga saat ini, ketika umat kehilangan barang-barang yang mempunyai nilai sentimental seperti cincin, mainan, gelang, bahkan hewan peliharaan, umat selalu berdoa kepada St. Antonius Padua. Dalam pengalaman iman itu, barang-barang yang hilang ditemukan lagi.

“Stasi Loon mengambil nama St. Antonius Padua sebagai pelindung. Kita berharap agar teladan St. Antonius dapat menginspirasi umat untuk terus mewartakan Injil dalam hidup sehari-hari lewat pekerjaan dan pelayanan mereka,” demikian Pastor Edmond.

Bagi sebagian orang, khususnya di luar Kepulauan Kei Kecil, sangat jarang mendengar nama Ohoi (desa) Loon. Desa ini terletak tak jauh dari pusat Paroki (Ohoi) Kelanit. Tak lebih dari 15 menit dengan berjalan kaki dari Loon ke Kelanit.

Meski kecil dalam jumlah umat, nyatanya dari desa tepi laut ini, sudah ada beberapa putera desa yang terpanggil menjadi imam. Dua diantaranya adalah Pastor Wensislaus Eko Reyaan selaku Kepala Paroki Katedral Langgur sekaligus Wakil Uskup Kei Kecil, satunya lagi adalah misionaris Hati Kudus Yesus, Pastor Johanis Kilmas MSC yang baru saja ditahbiskan 2019 lalu.

Untuk sampai ke Ohoi Loon, kita akan melewati sebuah desa tetangga, Desa Kolser, yang secara wilayah pelayanan masuk Paroki St. Maria Hati Tak Bernoda, Katedral Langgur. Bila hendak mengunjungi desa Kelanit, Ohoidertawun, dan Ngilngof, biasanya jalur termudah adalah dengan melewati Desa Loon.

Bukit Masbait

Berbicara soal pusat paroki, salah satu wisata rohani terkenal adalah Bukit Masbait. Letaknya tepat di ujung desa Kelanit. Bukit ini sudah ada sejak tahun 1980-an dan menjadi titik tertinggi di Pulau Kei Kecil. Ketinggiannya mencapai 300 meter di atas permukaan laut. Di puncak bukit ini, ada patung Yesus memberkati Kepulauan Kei.

Di bukit ini, setiap tahun diadakan perayaan Jalan Salib. Bukit ini dilukiskan dengan Bukit Golgota, tempat dimana Yesus mulai jalan salib hingga dipaku di tiang gantungan.

Menariknya adalah, Bukit Masbait dikelilingi oleh desa yang mayoritas dihuni oleh warga yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Meski begitu, tidak ada permusuhan di antara desa-desa ini. Semua masyarakat hidup berdampingan bahkan Bukit Masbait kerapkali dikunjungi oleh masyarakat berbeda agama.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here