Makna HUT Ke-70 Tahun bagi Kardinal Suharyo

1088
3.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COMAnak ketujuh dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastro dan Theodora Murni tidak pernah menyangka perjalanan yang sudah dilewatinya selama ini.

Awalnya, Ignatius Suharyo tidak berniat menjadi seorang imam. Semua saudaranya mencecap pendidikan di Seminari Mertoyudan termasuk dirinya. Kemudian benih panggilan itu secara tidak sadar tumbuh dan menggiringnya untuk memangku jabatan sebagai Kardinal Imam Spirito Santo alla Ferratella pada tanggal 5 Oktober 2019.

“Sejak kecil saya ingin menjadi polisi. Seandainya hidup saya tidak dibelokkan oleh seorang pastor, mungkin saya akan pensiun sebagai anggota polsek” tutur Kardinal Suharyo saat Misa syukur ulang tahun imamat ke-40.

Dididik Bertanggung Jawab

Kardinal Suharyo mengunjungi kompleks sekolah SD Seminari milik Keuskupan Timika pada tanggal 2- 7 Mei 2017 (Dok. HUMASKAJ)

Kardinal Ignatius Suharyo ditahbiskan menjadi imam pada 26 Januari 1976. Kemudian pada tanggal 21 April 1997, Paus Yohanes Paulus II mengumumkan pengangkatannya sebagai Uskup Agung Semarang menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ. Moto yang dipilihnya “Serviens Domino Cum Omni Humilitate” (Kis 20:19) (Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati).

Dalam buku biografi yang ditulis oleh St. Sularto dan Trias Kuncahyono, Mgr Ignatius Suharyo: Terima Kasih, Baik, Lanjutkan!, ia mengungkapkan bahwa moto itu bukan semata-mata mencermikan dirinya melainkan merupakan cita-cita.

“Waktu ditunjuk sebagai uskup, saya baru mencoba mengenal secara lebih dalam pribadi Rasul Paulus. Sampailah saya pada Kisah Para Rasul, Bab 20:17-38,” tutur Kardinal Suharyo.

Bagi Kardinal Suharyo dengan mengambil moto tersebut, ia mencoba menghayati bahwa jabatan uskup bukan jabatan kekuasaan, melainkan jabatan pelayanan. Menjadi pemimpin tidak ada di benaknya. Bahkan ia menyimpulkan dirinya sudah paling pas menjadi pengikut.

Berkaca dari keluarganya, Kardinal Suharyo merasa orangtuanya tidak mempunyai maksud untuk mendidik anak-anaknya menjadi pemimpin. “Yang jelas, kami dididik untuk menjadi anggota keluarga yang bertanggung jawab,” ungkapnya.

Terpilih Menjadi Kardinal

Kardinal Suharyo tiba di Gereja Maria Menerima Kabar Gembira, Paroki Bomomani, Papua. (Dok HUMASKAJ)

Selama 12 tahun memimpin Keuskupan Agung Semarang (KAS) Kardinal Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Koajutor untuk Keuskupan Agung Jakarta tahun 2009. Sejak 2010, ia menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ menjadi Uskup Agung Jakarta. Pada tahun 2006 ia ditunjuk menjadi Uskup Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) bagi umat Katolik di Lingkungan TNI/POLRI dan sampai saat ini menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, periode ketiga.

Memasuki usia ke 69 tahun, Kardinal Suharyo sungguh tidak menyangka dirinya menjadi salah satu dari tiga belas kardinal yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus usai mendaraskan Doa Malaikat Tuhan di Lapangan Santo Petrus pada September 2019. Sejak keterpilihan Julius Kardinal Riyadi Darmaatmadja SJ di tahun 1994, tahun 2019 terpilih satu lagi kardinal dari Indonesia.

Memangku jabatan yang tidak mudah dalam usia yang tidak muda. Tahun ini, tepatnya 9 Juli, Kardinal Suharyo genap berusia ke-70 tahun. Baginya, perjalanan yang panjang dan patut disyukuri.

Kardinal Suharyo mengatakan, usia 70 tahun itu panjang. Ia yakin, banyak hal yang baik. “Akhirnya pergumulan itu harus sampai pada bersyukur ya,” tambahnya.

Selamat Memasuki Usia yang Baru Kardinal Suharyo!

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here