web page hit counter
Rabu, 13 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Apa Saja Tantangan Kepemimpinan di Era Pandemi Ini

3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – “DI dalam situasi ini, jangan lagi berpikir tentang keuntungan secara materi. Keuntungan yang diharapkan adalah bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Kita juga harus memperhatikan karyawan dan lingkungan. Karyawan adalah asset. Semaksimal mungkin kita berikan keterbukaan, ketenteraman, pengertian kepada mereka. Job security harus dibentuk. Jaga karyawan agar tidak kehilangan pekerjaannya. Seperti di perusahaan kami. Kami harus memberikan ketenangan karyawan. Ini tanggung jawab perusahaan. Pada saat masa-masa bagus kami memiliki orang-orang yang memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan perusahaan. Ini harus dijaga.” Itu ucapan Kuncoro Wibowo kepada majalah SWA menyoal kondisi bisnis hari ini.

Kawan Lama Group, perusahaan yang dibangun ayahnya dan dibesarkan oleh Kuncoro Wibowo pada dasarnya terdampak besar akibat terjangan pandemi korona. Unit usahanya seperti Ace Hardware, Informa, Toys Kingdom, dan Chatime mayoritas beroperasi di pusat perbelanjaaan (mall). Sementara selama pandemi, mall tutup hampir tiga bulan. Setelah dibuka kembali, tetap saja pengunjung  jauh dibawah kapasitas mall. Dalam kondisi tidak bagus ini, bagi Kuncoro Wibowo ada alasan sahih untuk mengurangi jumlah karyawannya. Namun ia tidak melakukan. Selama pandemi karyawan tetap mendapat hak-hak pokoknya.

Tantangan kepemimpinan selama pandemi jauh lebih rumit dibanding dengan situasi krisis yang pernah terjadi. Apapun bentuk organisasinya – negara, perusahaan, yayasan hingga rukun tetangga – menghadapi dilema super berat. Krisis kesehatan berkelindan dengan krisis ekonomi. Dalam ranah bisnis, krisis menganga lebar. Sebagian besar bisnis terjerembab. Bahkan banyak yang rontok. Hanya sedikit tetap mampu mempertahankan kinerja. Lebih sedikit lagi yang mampu menunjukkan kinerja lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga:  Mendukung GOTAUS Menjamin Masa Depan Gereja

Adalah dua guru besar kepemimpinan, Barry Posner dan James Kouzes dari Santa Clara University yang sejak tahun 1987 melakukan penelitian tentang praktik kepemimpinan teladan. Penelitian ini dirangkum dalam sebuah buku berjudul “The Leadership Challenge.” Tahun 2017 merupakan edisi ke enam sejak buku ini diterbitkan tiga puluh tahun lampau. Pada masa pandemi, justru pemikiran Posner dan Kouzes menemukan titik relevansinya.

Menjadi pemimpin teladan, kata Posner dan Kouzes apabila sang pemimpin mempraktikkan lima prinsip utama, yaitu: 1. Memimpin melalui contoh (modeling the way), 2. Menginspirasikan visi bersama (inspiring a shared vision), 3. Menantang proses (challenging the process), 4. Memberdayakan orang lain untuk bertindak (enabling others to act), 5. Menyemangati jiwa (encourage the heart).

Tindakan yang dilakukan oleh Kuncoro Wibowo seperti ditulis di atas lebih pada mempraktikkan prinsip ke empat dan kelima, memberdayakan anak buah sekaligus menyemangati untuk berselancar menghadapi gelombang dahsyat pandemi korona.

Menyebut pemimpin bisnis tanah air tentu akan menempatkan mantan CEO Astra International dan pendiri Triputra Group, TP Rachmat pada posisi yang istimewa. Selagi menjadi CEO di Astra International ia mampu menjadikan Astra sebagai perusahaan lokal dengan pengelolaan profesional. Astra menjadi pembanding (benchmarking) bagi perusahaan-perusahaan lokal yang ingin dikelola secara profesional.

Baca Juga:  Password Spiritual: Ketika Kita Tanpa Keheningan

Berpindah kuadran menjadi pengusaha, TP Rachmat mampu membawa Triputra Group berada pada papan atas konglomerasi di Indonesia. Pandemi korona tentu berdampak pada bisnis Triputra Group. Praktik kepemimpinan TP Rachmat kentara menjalankan prinsip ketiga dari Leadership Challenge, yaitu menantang proses sekaligus juga mempraktikkan prinsip kedua, menginspirasikan visi. Secara konsep, menantang proses berbicara tentang mencari peluang dengan mengambil inisiatif, keberanian melakukan eksperimen, melakukan cara-cara inovatif, agar terus menghasilkan kemenangan (keberhasilan).

“Menghadapi krisis, untuk jangka pendek , terpenting menjaga cash untuk membayar pegawai. Untuk jangka panjang, model bisnis dikaji ulang. Harus bisa beradaptasi, jangan seperti Nokia. Misal, pemanfaatan AI, digitalisasi dan big data harus segera dimulai. Krisis ini mengajarkan bahwa dalam bisnis tidak bisa terlalu agresif. Jangan berutang terlalu banyak. Menghadapi krisis, pelaku bisnis harus bisa mengendalikan diri. Ekspansi tidak boleh terlalu berlebihan, jangan serakah,” kata TP Rachmat  (SWA, 9 September 2020).

Berselancar pada gelombang pandemi, TP Rachmat berbicara tentang model bisnis. Kesuksesan bisnis masa lalu belum tentu bisa dijadikan rumusan untuk masa kini. Apalagi pandemi korona, sebuah kejadian yang selama seratus tahun terakhir belum pernah dialami umat manusia. Cara-cara inovatif dengan memanfaatkan secara maksimal teknologi menjadi tidak terbantahkan. Walaupun harus berinovasi dengan berbagai tantangan dan hambatan, tetap kaidah-kaidah baku harus dilakukan, yaitu menjadi aliran kas dan tidak serakah.

Baca Juga:  Cacing Pita

Semua tindakan kepemimpinan akhirnya dapat diduplikasi hingga ke karyawan paling bawah apabila ada contoh peran dari sang pemimpin. Hal demikian ini menyebabkan contoh peran pemimpin ditempatkan pada prinsip pertama kepemimpinan oleh Posner dan Kouzes. Dalam konsep karya Posner dan Kouzes praktik contoh peran ini tidak terlampau rumit. Tugas dari pemimpin membuat standar tentang nilai-nilai bersama serta memberikan contoh dalam menjalani standar.

Nilai-nilai bersama yang pada ranah organisasi disebut budaya organisasi, bisa dikatakan nyaris selalu ada nilai bernama integritas dan kejujuran. Tugas dari pemimpin tak lain menterjemahkan makna integritas dan kejujuran bagi organisasinya. Kemudian dibuat standar-standar yang menjadikan integritas dan kejujuran sebagai perilaku sehari-hari warga organisasi. Pemimpin menjadi orang pertama yang menjalankan standar-standar integritas dan kejujuran ini.

“Nilai-nilai yang selalu saya pegang dalam memimpin sehingga bisa melewati masa-masa sulit dengan baik adalah amanah dan jujur. Kedua hal ini yang selalu menyelamatkan perusahaan saya,” ujar TP Rachmat. Sejarah membuktikan, TP Rachmat menjadi contoh peran dalam mempraktikkan nilai amanah dan kejujuran.

A.M. Lilik Agung, Kontributor, Trainer Bisnis/Mitra Pengelola Galeri HC, lembaga pengembangan SDM/Beralamat di lilik@galerihc.com

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles