Nasib Baik Nasib Buruk, Siapa yang Tahu

787
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – ADA sebuah cerita klasik dari Tiongkok mengenai seorang petani, anak lelaki dan kudanya. Suatu hari petani tersebut menemukan seekor kuda yang sangat cantik dan membawanya pulang. Tetangganya berdatangan dan berkata, “Kau sungguh beruntung, kuda cantik ini pasti mahal.” Petani itu hanya berkata, “Nasib baik, nasib buruk, siapa yang tahu.”

Anak lelaki petani berusaha menjinakkan kuda tersebut. Namun sayangnya, ia malah jatuh terpental dan mengalami patah kaki. Kali ini, tetangga berdatangan menengok sambil berkata, “Nasibmu sungguh sial, anak lelaki satu-satunya mengalami patah kaki. Siapa sekarang yang akan membantumu.” Lagi-lagi, petani itu hanya berkata, “Nasib baik, nasib buruk, siapa yang tahu.”

Tak lama kemudian, datang pengumuman yang meminta seluruh lelaki dewasa yang sehat untuk  turun ke medan perang. Si anak lelaki karena sedang patah kaki lolos dari wajib militer ini. Para tetangga pun berkomentar, “Sungguh beruntung keluargamu. Anak laki-laki kami semuanya harus pergi berperang, entah bagaimana nasib mereka nanti.” Kali ini pun petani itu hanya berkata, “Nasib baik, nasib buruk, siapa yang tahu.”

Wabah Covid-19 yang melanda dunia saat ini sungguh dahsyat dengan jumlah korban yang begitu besar. Belum jelas kapan, vaksin penawar virus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Banyak yang berkomentar di media social, berharap agar tahun 2020 ini segera berakhir dan bisa membuka lembaran baru yang (semoga) lebih cerah. Apakah sedemikian buruknya tahun 2020 ini, sehingga kita berharap untuk cepat melewatinya?

Kita bersimpati kepada para korban yang mengalami masa yang sungguh berat. Namun di balik semua kesusahan, selalu ada hal  baik yang terjadi dalam hidup kita, yang mungkin saja tidak akan dialami tanpa kehadiran virus ini. Ada orangtua yang bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, sehingga anak yang tadinya mengalami speech delay menunjukkan kemajuan yang pesat karena kedua orangtuanya lebih banyak berinteraksi dengannya.

Ada anak muda yang bersyukur karena ia bisa merawat orangtuanya yang sakit sambil work from home. Ada yang mengalami PHK tanpa pesangon menjelang masa pensiun dan sekarang menjalani bisnis tanaman yang merupakan hobby-nya semenjak lama, namun tidak pernah sempat ditekuni karena kesibukan di tempat kerja. Ada yang merasa hubungannya dengan Sang Pencipta menjadi lebih dekat, melalui ibadah secara daring setiap hari.

Kita juga belajar untuk menghargai setiap tarikan nafas kita, yang biasanya hanya taken for granted saja, ketika kita menyadari betapa tipisnya tali kemungkinan kita untuk tertular dan mengalami kesulitan bernafas. Kita menyadari begitu banyaknya benda-benda yang kita miliki namun ternyata tidak dibutuhkan. Kita bisa melihat dengan lebih jelas prioritas dalam hidup kita, apa yang penting dan membawa bahagia.

Nasib baik nasib buruk siapa yang tahu. Ujian membuat waktu tidur dan waktu bersenang-senang terganggu, tetapi ujian jugalah yang bisa membuat kita naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi. Ujian mendorong kita untuk belajar, mendalami sehingga ilmu  semakin bertambah.

Badai Covid-19 memang membawa banyak kesusahan, namun dia juga menumbuhkan banyak kreativitas, merekatkan hubungan yang sempat renggang karena kesibukan, membuat kita berkesempatan melihat ke dalam dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. “Some people are always grumbling because roses have thorns; I am thankful that thorns have roses” (Alphonse Karr).

 Emilia Jakob, Kontriutor, Konsultan HRD

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here