Solusi Pembangunan Manusia Secara Utuh di Tanah Papua

186
Seorang peserta Pemuda Katolik cabang Raja Ampat dalam diskusi panel pada Konferensi Pemuda Katolik se-Papua Barat/Dok. Panitia
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – KONFERENSI Pemuda Katolik Se-Papua Barat telah memasuki hari kedua, Selasa, 28/9/2021. Sejumlah peserta dari berbagai kalangan masih terlibat dalam pemaparan materi dan diskusi panel.

Pada hari kedua ini, para peserta diajak untuk merefleksikan bersama beberapa tema besar yang dibawakan oleh para narasumber yaitu Pastor Athanasius Bame, OSA, Pastor Izak Bame, dan Pastor Bernardus Bofitwos Baru, OSA.

Diskusi panel kegiatan Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat/Dok. Panitia

Pendidikan Berpola Asrama

Pastor Athanasius Bame, OSA membawakan tema, “Gereja Katolik dan Pendidikan di Tanah Papua: Dari Pandangan, Masalah, Hingga Solusi”.

Tema ini menjadi penting mengingat peran Pemuda Katolik sebagai organisasi gerejawi dalam mendukung terciptanya pendidikan yang menyeluruh bagi segenap warga Papua Barat. Sejalan dengan ini, pendidikan juga dianggap sebagai bagian dari misi dasar Gereja dan sarana ampuh dalam evangelisasi.

Dalam pemaparan materinya, Pastor Athanasius mengungkapkan setiap pendidik harus menyadari bahwa mengajar adalah pelayanan kreatif melampui upaya transfer pengetahuan. Artinya seorang pendidik (guru di sekolah Katolik) tidak sekadar mentransfer ilmu semata tetapi harus bisa membuka diri untuk berdialog, menghormati orang lain, dan “menyerahkan nyawanya” dalam dunia pendidikan.

Pastor Athanasius Bame, OSA/Dok. Panitia

“Maka perlu adanya komitmen para guru Katolik sebagai pelayanan dan panggilan yang memiliki komitmen untuk membangun komunitas (kainonia), berkhotbah (kerygma), dan melayani (diakonia),” ujarnya.

Selain itu, para guru Katolik juga harus memiliki beberapa komitmen penting. Pastor Athanasius menyebutkan setidaknya ada tiga komitmen. Pertama, komitmen pada misi yaitu mengajar adalah bagian dari evangelisasi. Kedua, komitmen terhadap identitas sekolah dan lembaga pendidikan Katolik yang ditunjukkan lewat berbagai ekspresi iman dengan mengedepankan nilai-nilai kekatolikan. Ketiga, komitmen terhadap prestasi belajar siswa serta pertumbuhan sosial dan spiritual.

Tak lupa Pastor Athanasius juga mengajak Pemuda Katolik untuk melihat akar persoalan pendidikan di Tanah Papua. Beberapa persoalan diuraikan Pastor Athanasius seperti terjadinya kegagalan pembangunan; adanya marjinalisasi dan diskriminasi orang asli Papua; terjadi kekerasan negara dan tuduhan pelanggaran HAM; serta sejarah dan status politik wilayah Papua.

“Berdasarkan beberapa persoalan ini, menurut Pastor Athanasius, salah satu solusi pendidikan Katolik di Papua adalah model pendidikan berpola asrama. “Model ini untuk mengatasi keterisolasian dan penghematan biaya, sebagai sarana perwujudan nilai-nilai pendidikan Agustinian, sebagai sarana efektif bagi evangelisasi, mengedepankan sifat holistic development (pembangunan manusia secara utuh),” demikian Pastor Atanasius.

Relevansi Ajaran Sosial Gereja

Sementara itu pemateri lain, Pastor Bernardus Bofitwos Baru, OSA membawakan materi dengan judul, “Peran Pemuda Katolik Bagi Gereja dan Negara untuk Mewujudkan Keadilan Sosial, Kemanusiaan, dan Persaudaraan Sejati di Tanah Papua”.

Dalam penjelasannya, Pastor Bernardus mengajak Pemuda Katolik untuk melihat lebih jauh tentang pengertian dan makna pemimpin. Dalam Kitab Suci, pemimpin adalah Rasul Kristus, pelayan Kristus. Maka model kepemimpinan harus menjadi model kepemimpinan yang berlandaskan Kristus.

Pastor Bernardus Bofitwos Baru, OSA/Dok. Panitia

“Pemimpin adalah pelayan Sabda Allah dan model ini sudah ditunjukkan oleh Yesus sebagai model pemimpin sejati yang melayani bukan dilayani. Dia telah mengajarkan keteladanan hidup kepada para murid-Nya.”

Selanjutnya, ia juga mengajak Pemuda Katolik untuk menghidupi nilai-nilai Ajaran Sosial Gereja tentang keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati. Ada beberapa nilai yang dikemukakan Pastor Bernardus sebagai spiritualitas Pemuda Katolik di tengah dunia.

Nilai-nilai itu adalah: Pemuda Katolik harus menghargai hidup dan martabat setiap pribadi; Pemuda Katolik harus memihak dengan membela kaum miskin dan tertindas; Pemuda Katolik hendaknya menghargai hak setiap pekerja; serta Pemuda Katolik harus solider dengan orang lain; dan peduli terhadap ciptaan Tuhan.

Di hari yang sama, Pastor Izak Bame dari Komisi Kerawam Keuskupan Manokwari-Sorong tampil membawakan materi dengan judul, “Membagun Spiritualitas Pemuda Katolik”.

Pastor Izak Bame/Dok. Panitia

Ia menyebutkan, Pemuda Katolik diajak untuk berkarya dalam bingkai pelayanan pada sesama dengan meneladani Kristus sendiri. “Pemuda Katolik hendaknya menghadirkan Kristus di tengah masyarakat. Kristus yang tampil itu harus lewat Sabda Allah, doa dan karya. Dua hal pertama tidak boleh dilewatkan agar karya sosial di tengah masyarakat memiliki dasar teguh dalam iman,” sebut Pastor Izak.

Yusti H. Wuarmanuk

Laporan: Pemuda Katolik Komda Papua Barat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here