Misi “Ad Gentes”

709
Seorang misionaris asal Indonesia (pakai topi) bersama anak-anak dan orang muda di Chad. (Dok SX)
Rate this post

HIDUPKATOLIK,COM – PEMBARUAN Gereja dalam Konsili Vatikan II mencapai keyakinan mendasar bahwa “Hakikat Gereja yang sedang berziarah adalah misioner” (Ad Gentes, 2). Paus Paulus VI berbicara dengan penuh keyakinan bahwa misi merupakan identitas inti dari Gereja. Ia mengatakan, “Kami hendak menekankan sekali lagi bahwa tugas mewartakan Injil kepada semua orang merupakan perutusan dasariah Gereja. Misi dalam kenyataannya adalah karunia dan panggilan Gereja, identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk misi…” (Evangelii Nuntiandi, 14). Paus Fransiskus pun mengatakan bahwa tujuan utama Ensiklik Pertamanya, Evangelii Gaudium, adalah untuk mendorong orang Kristen memulai babak baru evangelisasi yang ditandai dengan sukacita Injili. Ia memimpikan sebuah Gereja yang memiliki ‘pilihan misioner’, yaitu sebuah dorongan misioner yang mampu mentransformasi segala sesuatu (bdk. Evangelii Gaudium, 27).

Kenyataan bahwa Gereja seluruhnya adalah misioner tidak berarti tertutup kemungkinan adanya panggilan khusus misionaris ad gentes, namun justru menuntut adanya pribadi-pribadi yang menghidupi panggilan khusus sebagai misionaris ad gentes sepanjang hidup. Persis inilah yang menjadi tujuan Paus Yohanes Paulus II ketika menerbitkan Ensiklik Redemptoris Missio, yakni untuk memberi dukungan penuh kepada para misionaris ad gentes yang berkarya di garis depan dan juga untuk semakin menumbuhkembangkan panggilan misioner (bdk. Redemptoris Missio, 2). Para imam, bruder dan suster misionaris menghidupi dimensi misioner Gereja bukan hanya secara intrinsik, melainkan juga secara ekstrinsik. Kharisma misioner menjadi identitas utama mereka. Dalam mendedikasikan diri seutuhnya untuk misi ad gentes, mereka sekaligus berperan menganimasi seluruh Gereja dalam dimensi misionernya.

Serikat Xaverian yang didirikan oleh pada 1895 memeluk kharisma misioner ad gentes sebagai komitmen ekslusif dan satu-satunya, ciri khas yang tak tergantikan, yang jelas-jelas selalu diperjuangkan oleh St. Guido Maria Conforti, sang pendiri. St. Guido Conforti selalu mengingatkan para misionarisnya untuk jangan sampai terserap ke dalam aktivitas-aktivitas pastoral yang tidak berhubungan dengan misi ad gentes (bdk. Peraturan Dasar, 8). Misi ad gentes merupakan kunci untuk memahami siapa para misionaris Xaverian di dalam Gereja dan menjadi identitas dari keseluruhan cara hidupnya. Misi ad gentes menjadi orientasi dasar pewartaan Injil kepada “orang-orang, kelompok-kelompok kemanusiaan, konteks sosio-kultural, di mana Kristus dan InjilNya belum dikenal, atau, di mana komunitas-komunitas Kristiani belum cukup matang untuk menginkarnasikan iman di dalam lingkungan mereka sendiri dan mewartakannya kepada kelompok lain” (Redemptoris Missio, 33).

Latar belakang pilihan misi ad gentes sebagai kharisma khas Xaverian bukanlah mentalitas lama extra Ecclesiam nulla salus (di luar Gereja tidak ada keselamatan). Keyakinan mendalam akan misi ad gentes lahir dari pengalaman mistik (spiritual) St. Conforti dalam kontemplasi akan Kristus yang Tersalib.

Dalam kontemplasi itu ia begitu terpesona akan kasih Allah bagi kemanusiaan hingga di dalam dirinya tumbuh kesadaran akan panggilan misioner dan desakan untuk membagikan cinta Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya. Menyadari kenyataan bahwa sebagian besar umat manusia belum mengenal kasih Kristus, St. Conforti mendedikasikan misinya secara eksklusif bagi mereka sebagai ciri khas kharisma Xaverian.

Dalam pertemuan dengan para delegasi Xaverian dan kongregasi-kongregasi misioner (30/9/2019) dalam rangka peringatan 100 tahun Surat Apostolik Maximum Illud, Paus Fransiskus mengatakan, “Ada suatu mistik akan misi, suatu kehausan akan kesatuan dengan Kristus di dalam kesaksian-kesaksian yang dihidupi para pendiri, dan yang mendorong mereka untuk membaktikan diri secara total kepada misi.”

Menurut Paus Fransiskus, kongregasi-kongregasi misi perlu menemukan kembali mistisisme ini dengan segala keindahan yang mempersonakan, karena di sanalah terdapat kekuatan luar biasa sepanjang masa bagi misi ad gentes.

Dengan memperingati 70 tahun kehadiran misi Xaverian di Indonesia, seraya mesyukuri segala karya dan buah-buahnya, Xaverian terus dipanggil untuk menemukan kembali dan menjaga obor yang menjadi sumber semangat misi ad gentes. Memang, Injil adalah sumbangsih terbaik yang dapat kita berikan kepada umat manusia. Injil adalah tawaran paling radikal dan tepat yang dapat memberi solusi atas problem-problem terberat dunia dewasa ini dan jawaban pada aspirasi-aspirasi manusia yang terdalam (bdk. Ratio Missionis Xaverianae, 6).

“Ada suatu mistik akan misi, suatu kehausan akan kesatuan dengan Kristus…”

Pastor F.X. Sudarmanto, SX
Rektor Skolastikat Wisma Xaverian, Jakarta

HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-75, Minggu, 28 November 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here