Paus Fransiskus Mengenang Kunjungan Bersejarah ke Irak Satu Tahun Kemudian

90
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Dalam pertemuan dengan para pemimpin Kristen Irak di Vatikan, Senin (28/2/2022), Paus Fransiskus mengingat perjalanan bersejarahnya ke Irak yang dilakukan setahun lalu pada bulan Maret ini.

Paus mengatakan bahwa perjalanannya ke Irak pada 5-8 Maret 2021, adalah “kunjungan yang tak terlupakan” dan menekankan pentingnya kehadiran Kristen di negara Timur Tengah itu.

“Saya ingin mengatakan kepada Anda sekali lagi bahwa tidak mungkin membayangkan Irak tanpa orang Kristen. Keyakinan ini tidak hanya didasarkan pada landasan agama, tetapi pada bukti sosial dan budaya,” tuturnya.

Paus Fransiskus menjadi paus pertama yang mengunjungi Irak ketika ia memulai perjalanannya untuk mendorong minoritas Kristen yang diperangi di negara itu dan membina persaudaraan antaragama.

Dia melakukan perjalanan 900 mil di Irak, bertemu dengan ulama Syiah Irak, Ayatollah Agung Ali al-Sistani, dan berbicara dengan para pemimpin politik dan komunitas Kristen.
Paus tinggal di Ibukota Bagdad dan juga mengunjungi Dataran Ur, tempat kelahiran Abraham, serta Najaf, Nassiriya, Erbil, Mosul, dan Bakhdida, yang juga dikenal sebagai Qaraqosh.

Pada pertemuan 28 Februari, Paus Fransiskus meyakinkan perwakilan Gereja-gereja

Kristen di Irak bahwa dia masih dekat dengan mereka dan umat mereka.

“Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, ketahuilah bahwa Anda ada di dalam hati saya dan dalam doa-doa begitu banyak orang. Jangan berkecil hati: sementara begitu banyak, di berbagai tingkatan, mengancam perdamaian, kita tidak berpaling dari Yesus, Raja Damai, dan kita tidak lelah memohon Roh-Nya, pencipta persatuan,” katanya.

Populasi Kristen di Irak, sebuah negara berpenduduk sekitar 40 juta orang, telah terus berkurang selama beberapa dekade, dari sekitar 1,4 juta pada tahun 2003 menjadi sekitar 250.000 hari ini.

Menggarisbawahi pentingnya kehadiran orang Kristen di Irak, Paus Fransiskus mengatakan bahwa segala sesuatu harus dilakukan untuk memastikan bahwa orang Kristen terus merasa bahwa Irak adalah rumah mereka, bahwa mereka adalah warga negara penuh, dan bahwa mereka memiliki sesuatu untuk disumbangkan.

“Irak tanpa orang Kristen tidak akan lagi menjadi Irak, karena orang Kristen, bersama dengan orang percaya lainnya, berkontribusi kuat pada identitas spesifik negara: tempat di mana koeksistensi, toleransi, dan penerimaan timbal balik telah berkembang sejak abad-abad awal; tempat yang memiliki panggilan untuk menunjukkan, di Timur Tengah dan di dunia, hidup berdampingan secara damai dari perbedaan,” katanya.

Paus menambahkan bahwa “Anda orang-orang Kristen Irak, yang sejak zaman para rasul telah hidup berdampingan dengan agama-agama lain, memiliki, khususnya hari ini, panggilan lain yang sangat diperlukan: untuk berkomitmen agar agama-agama dapat melayani persaudaraan.”

“Anda tahu betul bahwa dialog antaragama bukan hanya soal sopan santun,” lanjutnya. “Tidak, itu lebih dari itu. Ini bukan masalah negosiasi atau diplomasi. Tidak, itu lebih dari itu. Ini adalah jalan persaudaraan yang menuju perdamaian, jalan yang seringkali sulit tetapi, terutama di saat-saat ini, Tuhan meminta dan memberkati.”

“Ini adalah jalan yang membutuhkan kesabaran dan pengertian. Tapi itu membuat kita tumbuh sebagai orang Kristen, karena itu membutuhkan hati yang terbuka dan komitmen untuk menjadi, secara konkret, pembawa damai,” katanya.

Pastor Frans de Sales, SCJ, Sumber: Hannah Brockhaus (Catholic News Agency)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here