Komunitas Gowes Santa Anna (KGSA): Meningkatkan Imun dan Iman

109
Komunitas Gowes Santa Anna (KGSA) (Dok. Pribadi)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Rasa senasib sepenanggungan saat mengayuh sepeda melahirkan kepedulian untuk menjaga kesehatan tubuh serta pelayanan di Gereja.

KOMUNITAS Gowes Santa Anna, Duren Sawit, Jakarta Timur, sering dikenal dengan KGSA dibentuk pada tahun 2014. Saat itu kegiatan perdananya adalah gowes (bersepeda) di sekitar komplek gereja sampai Jalur Banjir Kanal Timur (BKT).

Penggagas KGSA, Nicolaus Edy Sedyanto mengisahkan, awalnya, ia hanya menemani Romo F.X. Widyatmaka, SJ (alm). “Ia sangat bersemangat untuk gowes,” kenangnya. Kemudian ia mulai membujuk beberapa teman membeli sepeda untuk diajak gowes. Dalam perjalanan, mereka berdiskusi, baik adanya jika ada kegiatan bersepeda di paroki.

Lambat laun, kegiatan bersepeda semakin dinikmati oleh bebagai kalangan. Motivasinya pun berbeda-beda. Ada yang fokus menjaga kesehatan hingga menjadikan gowes sebagai aktvitas rutin, seperti bike to work agar menghindari macet. “Saya pribadi rajin gowes karena ada hubungan dengan kesehatan. Tipsnya, jangan bergadang kalau besok paginya mau gowes,” imbuh Nico.

Gowes juga menjadi sarana keber- samaan. Suasana kebersamaan ini pula yang dibuat oleh KGSA. Komunitas yang mayoritas anggotanya para pria ini, semakin bertumbuh dengan anggota yang mencapai 60 orang. Mereka memiliki kegiatan yang khas yakni “gocapan” (gowes cari sarapan). Selain melatih stamina, sekaligus refreshing dan kulineran. Karena semakin terasah, pelan-pelan jarak yang mereka tempuh kian bertambah. Wilayah jangkauan KGSA hingga Gunung Batu, Cibitung, Kota Wisata, dan Cikarang.

Tidak Hanya Bersepeda

Setelah dua tahun vakum dan meng- awali tahun 2022, KGSA menyambangi Gereja Ibu Teresa, Paroki Cikarang yang berjarak kurang lebih 35 km, Sabtu, 22/2/22. Cuaca yang bersahabat telah membawa rombongan tiba di Paroki Cikarang. Jarak tempuh selama sekitar tiga jam perjalanan nyaris dirasakan tiada aral yang berarti. Berbagai macam kudapan dan penghilang dahaga yang tersaji, seakan menghempas rasa lelah pada tubuh.

Tiba di sana, mereka disambut hangat oleh Kepala Paroki Cikarang, Romo Antonius Suhardi Antara dan Romo Camellus Delelis da Cunha. Tidak hanya itu, mereka juga bertemu dengan goweser (pesepeda) dari Paroki Cikarang.

Dalam kunjungan tersebut, Romo Antara berharap kunjungan KGSA meng- inspirasi umat di paroki-paroki. Sehingga selain sehat bersama, ada misi bersama juga. “Jadi tidak hanya bersepeda tetapi mungkin ada kebersamaan yang lain. Bahkan dalam karya pelayanan bersama, bisa saling support satu sama lain,” tutur tahbisan pada 15 Agustus 2006 ini.

Bagi Yohanes Eudes Swamin Taryono, goweser dari KGSA, gowes juga dapat memperluas pertemanann. “Yang tadinya tidak saling kenal, bisa menjadi teman dan itu melebihi saudara, selama saya banyak berteman di komunitas,” ungkapnya. Ia juga turut mengajak umat yang hobi bersepeda untuk bergabung di KGSA.

Nico sangat membenarkan jika kegiatan bersepeda ini menimbulkan rasa persaudaraan. “Saat sedang gowes dan ada anggota yang enggak kuat, enggak bakal ditinggal. Dan tidak memandang merk sepeda ya. Bagi yang punya langsung ikut aja, yang ingin tapi enggak punya sepeda, kami pinjamkan,” jelas Nico.

Berkontribusi

Salah satu anggota senior KGSA, Agus Rudy Hermawan merasa, kegiatan bersepeda ini mengasyikkan. “Saya diajak Nico. Jadi sampai sekarang ikut saja diajak ke mana,” candanya. Bagi Rudy, yang paling menarik dari KGSA adalah banyaknya anggota yang akhirnya terlibat di kepengurusan, baik Dewan Paroki Harian (DPH) maupun lingkungan. “Yang tadi sekadar gowes bareng, terus lanjut pelayanan bareng,” tutur Rudy.

Mulai dari gowes, terpanggil pelayanan. Hal ini dirasakan Nico. “Ketika saya dulu ditawari bertugas di dewan, saya melihat beberapa teman KGSA juga bertugas di situ. Karena saya kenal dan memang sudah biasa gowes bareng, ayo kita bertugas bareng. Sehingga akhirnya kami dapat terlibat dalam aktivitas di gereja,” tutur Koordinator Bidang Pelayanan Paroki Duren Sawit ini.

KGSA tidak hanya fokus pada gowes saja. “Kami pernah gowes dari Borobudur ke Gua Maria Sendangsono untuk ziarah. Selain itu, kami turut berkontribusi di bidang pelayanan. Di antaranya, KGSA terlibat sebagai panitia acara ulang tahun Paroki Duren Sawit. Ketika itu kami menyelenggarakan Fun Bike Wilayah Bintara,” jelas Nico.

Nico mengisahkan, KGSA juga pernah terlibat dalam acara Fun Run, yang ditutup dengan peresmian Monumen NKRI di BKT. KGSA terlibat dalam kepanitiaanya sebagai tim “Marshal” yang bertugas mengawal, mengamankan jalan, dan berjaga di persimpangan jalan, agar peserta tidak salah jalan.

Secara resmi, KGSA belum termasuk secara struktural dalam tubuh Dewan Paroki. Meskipun demikian, komunitas ini turut mengentaskan beberapa pengurus paroki, wilayah dan lingkungan. “Bagi kami tidak masalah belum tergabung secara resmi tapi yang dikedepankan adalah aktivitas menghasilkan kaderisasi, bisa berkontribusi terhadap pelayanan gereja. Menghasilkan pelayan-pelayan baru untuk paroki,” ungkap Rudy. KGSA memberikan inspirasi bagi umat bahwa tidak sekadar untuk menerapkan pola hidup sehat dengan bersepeda, tetapi secara tidak langsung penjaringan atau kaderisasi untuk regenerasi kepengurusan Gereja juga dapat dilakukan.

Dalam masa pandemi, gerak pelayanan parokial dituntut agar secara kreatif dapat menyapa umat. Maka, tahun lalu, tepatnya bulan Mei, KGSA menyelanggrakan “Menyapa Umat dengan Gowes bersama Romo”. Kunjungan gembala yang bersepeda ini ke wilayah Duret Sawit Timur dan Selatan. Mereka berkunjung kepada umat lansia yang, ketika masa itu, belum diperkenankan mengikuti Misa secara langsung. “Dengan cara yang kreatif, kami juga dapat menyapa umat. Jadi sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui,” tegas Nico.

Nico, maupun Rudi, berharap KGSA tetap ada. Dengan kehadiran orang-orang muda, mereka menginginkan sauna KGSA lebih cair dan semarak, kegiatan berjalan dengan baik, para anggota mulai terpanggil dalam pelayanan dan lingkungan di Gereja dan masyarakat. “Yang terpenting, meningkatkan imun, juga iman. Badan yang menjadi sehat begitu juga dengan menyempatkan diri dalam pelayanan di paroki,” ujar Rudy.

Antonius Bilandoro

(HIDUP No.10, 6 Maret 2022)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here