Uskup Agung Palembang Mgr. Yuwono: Jika Ada Orang Tua Mengalami Kendala Biaya, Mari Kita Pikirkan Bersama Solusinya

341
Mgr. Yohanes Harun Yuwono
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “PADA masa kini, di mana-mana ada keprihatinan bahwa sekolah-sekolah Katolik bukan hanya kekurangan murid, tetapi juga tidak lagi mempunyai nama harum seperti dulu. Yang lebih memprihatinkan barangkali adalah banyak anak dari keluarga Katolik yang setelah menamatkan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah tidak dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Pepatah Latin mengatakan Non scholae sed vitae discimus, kita belajar bukan sekadar untuk sekolah melainkan untuk hidup,” kata Uskup Agung Palembang/Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam seminar pendidikan dalam rangka Dies Natalis ke-7 Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC) Palembang, Sumatera Selatan, Seni, 18/7/2022.

Mgr. Yohanes Harun Yuwono (berdiri di podium) menyampaikan materi dalam seminar.

Mgr. Yuwono menyampaikan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian istimewa di dalam Gereja Katolik. Melalui pendidikan Gereja dapat menjalankan tugasnya untuk ikut serta memajukan dan mengembangkan manusia secara integral dan masyarakat secara menyeluruh. Pendidikan Katolik merupakan bagian dari misi Gereja yang harus disadari sebagai tanggung jawab dan harus menjadi gerakan bersama seluruh umat.

“Sebagai sahabat apalagi sebagai saudara-saudari Yesus janganlah orang Katolik puas dengan sekolah rendah atau puas dengan menjadi warga kelas dua. Pada masa kini pemberian diri kita untuk bangsa dan negara ini perlu menyesuaikan dengan keadaan zaman. Bangsa dan Negara ini memerlukan orang-orang pandai dan berpendidikan. Oleh karena itu, saya mendorong semua orang tua Katolik sebagai penanggung jawab utama pendidikan anak-anaknya untuk berusaha sekuat tenaga menghantar anak-anaknya memperoleh pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Jika ada orang tua yang  mengalami kendala biaya, marilah kita pikirkan bersama bagaimana solusinya. Jika kita ini saudara dan saudari Yesus, kita harus merasa tidak tega jika ada saudara dan saudari kita yang terbelakang”, tegas Mgr. Yuwono.

Berdaya Saing

Sementara itu, Heri Setiawan selaku Koordinator Seminar ini mengatakan bahwa pendidikan Katolik yang berdaya saing yang bermutu tidak terlepas pada kekhasan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK), yaitu setia pada pencerdasan kehidupan bangsa, setia terhadap ciri khas Katolik dan setia pada semangat atau spiritualitas pendiri serta misi pendidikan yang integral, holistik, cinta tanah air dan peduli, memerdekakan manusia, dan good Catholic, good Citizen. Di sisi lain realita yang ada adalah roadmap pendidikan yang semakin neoliberal dan economic driven, link and match, pragmatism pendidikan semakin tidak mengenal harmonisasi dan humanisasi dan kualitas pembelajaran rendah akibat kurangnya kualitas pendidik.

Lebih lanjut, dosen UKMC dan Ketua Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) DPC Kota Palembang ini menjelaskan fenomena yang saat ini terjadi di sekolah-sekolah Katolik.

“Sebuah fenomena bahwa sekolah Katolik atau LPK mulai ditinggalkan, banyak mulai ditutup dan beberapa fakta di atas saya kira tidak perlu ditutup-tutupi atau tidak perlu malu mengakui kondisi kita, kita sedang tidak baik-baik saja, baik internal maupun eksternal. Sekolah Katolik atau LPK menghadapi tantangan relevansi, sehingga perlu mendefinisikan ulang apa yang menjadi keunggulan dan kekhasan serta harus berani berubah. Harapannya seminar ini akhirnya dapat menjadi salah satu masukan yang dapat memberi kontribusi konkrit untuk mewujudkan kebangkitan Sekolah Katolik di Keuskupan Agung Palembang seperti pada masa keemasan dulu,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Antonius Singgih Setiawan, Rektor UKMC. Ia menyebutkan bahwa saat ini merosotnya jumlah siswa merupakan kenyataan yang menjadi keprihatinan bersama. Kenyataan ini harus menjadi bahan pemikiran bersama yang mendorong LPK untuk bekerja sama dan berkolaborasi membahas persoalan makro yang menjadi penyebab menurunnya minat terhadap sekolah Katolik melalui sejumlah telaah, seperti sisi politik, pertumbuhan ekonomi, perubahan perilaku, strata sosial dan aneka peraturan atau kebijakan pemerintah.

Seminar dengan tema, “Sekolah Katolik Sekarang dan ke Depan dalam Tantangan dan Tekanan, Apa Solusinya?”, ini merupakan hasil kerja sama UKMC dan ISKA DPC Kota Palembang yang didukung juga oleh PT. Kanisius, Prima Jaya dan Media Sriwijaya.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini adalah Sr. M. Pauli, FSGM (Ketua Yayasan Dwi Bakti Bandar Lampung), RD. Stefanus Supardi (Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Yayasan Xaverius Palembang) dan Yoseph Handoko (ISKA DPC Kota Palembang). Bertindak sebagai moderator adalah Frans de Sales Billy Jaya (Ketua Komisi Kerasulan Awam  dan Sekretaris Jenderal ISKA DPC Kota Palembang).

Dari kiri ke kanan: Dominikus Budiarto (Ketua Panitia Dies Natalis), Billy Jaya, Antonius Singgih Setiawan (Rektor UKMC), Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Sr.M. Pauli FSGM, Yosep Handoko, Romo Stefanus Supardi, Romo Donatus Kusmartono SCJ, dan Heri Setiawan

Seminar yang diselenggarakan di Aula Gedung Yosep, Fakultas Sains dan Teknologi UKMC ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari sejumlah LPK di Kota Palembang dan para pemerhati pendidikan.

Tidak dalam Kondisi Baik-baik Saja

Sr. M. Pauli, FSGM menyampaikan materinya yang berjudul Sekolah Katolik Kokoh Melintas Zaman. Ia menyampaikan bahwa di banyak tempat sekolah Katolik atau LPK saat ini memang sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja.

“Oleh karena itu, kita perlu  menyadari bahwa esensi dari pendidikan merupakan suatu usaha yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena lewat pendidikan, betapapun sederhana bentuknya kelangsungan hidup manusia di masa yang akan datang pasti terjamin. Agar sekolah Katolik semakin nendang, mampu bersaing dan tetap kokoh melintas zaman, maka perlu dikelola dengan baik dan professional. Para penyelenggara dan pengambil keputusan dalam bidang pendidikan harus mampu berkolaborasi untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan yang dilandaskan pada penerapan manajemen pendidikan yang baik, hal itu terkait dengan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,” tuturnya.

Stefanus Supardi selaku Ketua Komdik KAPal dalam paparannya menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam seminar ini bukan sesuatu yang baru. Situasi, kondisi dan keprihatinan ini sudah dibahas secara mendalam dalam beberapa kesempatan, seperti seminar Perhimpunan Guru Katolik (PGK) Palembang dan Hari Studi yang diselenggarakan Komdik KWI dan APTIK beberapa waktu lalu. Imam yang pernah berkarya di Paroki Sang Penebus Batuputih ini juga menyampaikan tantangan yang saat ini dihadapi oleh LPK, baik itu internal maupun eksternal.

“Secara internal tantangannya adalah keterbatasan kualitas SDM, tekanan keuangan atau pembiayaan dan prisip tata kelola yang tak jarang harus berhadapan dengan prinsip pelayanan karitatif. Sedangkan secara eksternal tantangan yang harus dihadapi adalah perkembangan atau perbedaan konsep tentang keunggulan lembaga pendidikan, munculnya lembaga pendidikan baru dengan konsep yang lebih mengakomodir keinginan pasar dan aneka produk kebijakan pemerintah”, jelasnya.

Ia mengajak seluruh umat dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan untuk bersinergi, meningkatkan kolaborasi yang sudah berjalan, lincah bergerak, mau membuka diri untuk berbenah, membangun kerja sama dan saling mendukung mengupayakan penyelengaraan pendidikan yang semakin bermutu dan berdaya saing.

Hal senada juga diungkapkan oleh Yoseph Handoko. Ia menegaskan bahwa tata kelola LPK yang baik menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar. LPK harus dikelola dengan profesional, mendukung dan memberi ruang pengembangan aneka inovasi agar semakin berkualitas dan memiliki daya saing sehingga dapat menarik minat masyarakat, khususnya calon peserta didik. Selain itu LPK secara internal juga perlu membuka diri mengupayakan perubahan bersama untuk memperbaiki cara kerja lama yang lambat dan membangun budaya kerja baru yang lebih efektif dan efisien sehingga terwujud LPK yang sungguh dalam kondisi baik-baik saja.

Seorang peserta sedang memberikan tanggapan dalam seminar.

“Ada banyak hal yang sudah dibahas dan dibicarakan dalam seminar ini. Menarik apa yang disampaikan oleh Bapa Uskup Agung, anak Katolik dan tetangganya tidak boleh tidak sekolah, anak Katolik dan tetangganya harus sekolah. Bagaimana caranya, pikirkan, cari caranya dan lakukan agar mereka bisa tetap sekolah. Itu menjadi tugas kita bersama”, ungkap Billy Jaya.

Laporan Titus Jatra Kelana dari Palembang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here