Filosofi Lilin

384
4.7/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Dia diciptakan untuk membiarkan dirinya habis demi sekitarnya. Hidupnya memberi terang bagi orang yang mendapat manfaat darinya.

Ia harus menderita karena begitulah ia diciptakan. Luluh dalam panas hingga perlahan habis tak bersisa dan kemudian mati. Hidupnya adalah terang dan ketika ia berakhir maka kegelapan yang jadi. Itulah lilin.

„Akulah terang dunia; barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.“ (Yohanes 8:12). Demikianlah Yesus bersabda.

Sebagaimana lilin yang membawa terang, Yesus pun turun ke dunia dari rupa Allah menjadi rupa manusia yang mengurbankan hidupnya agar manusia dapat melihat terang, menemukan jalan dan kebenaran serta memperoleh kehidupan sejati.

Makna yang terkandung dari pernyataan Yesus sebagai terang adalah pertama, Ia adalah terang yang menerangi pikiran, sebab Ia adalah kepenuhan wahyu ilahi (lih. Yoh 1:9, 18). Kedua, Ia adalah terang yang menerangi hati kita, yang memampukan kita menerima wahyu dan hidup sesuai dengannya (Lih. Yoh 1:4-5).

Filosofi lilin

  1. Lilin selalu diciptakan dengan bentuk yang indah, mulai dari desain klasik atau dengan lekukan hingga penuh ornamen atau bahkan dengan aroma wewangian. Keindahan itu tidak untuk membuat dirinya sombong, sebaliknya keindahan itu dikurbankannya sebagai pemberian diri agar dia memenuhi panggilannya. Ia memberikan diri sampai sehabis-habisnya, terkikis oleh panas membuat rupanya yang elok tidak lagi nampak dan setelah habis ia akan disingkirkan. Pengorbanan diri seperti lilin inilah yang banyak membawa orang pada kekudusan. Ada banyak martir dalam Gereja Katolik yang akhirnya dianggap kudus karena mereka mempersembahkan hidupnya.
  2. Lilin tidak akan pernah luntur walaupun terkena sinar matahari atau air, ia tidak akan berubah warna sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan. Dari hal tersebut, kita dapat belajar tentang kesetiaan dan integritas. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering malas untuk beribadah hanya karena turun hujan atau mungkin kita akan bekerja dengan rajin ketika dilihat orang lain agar mendapat predikat baik. Marilah kita belajar dari lilin untuk tetap setia dalam keadaan apapun dan tetap menjalankan tugas dan kewajiban bukan karena supaya dinilai baik oleh orang lain.
  3. Dalam terang sesuatu menjadi terlihat, sebaliknya dalam gelap sesuatu tidak dapat dilihat. Berani hidup seperti lilin artinya kita berani untuk hidup jujur, apa adanya, membiarkan apa yang kita lakukan terlihat, terlepas dari apakah itu benar atau salah. Hidup dalam terang adalah hidup yang jujur tanpa pura-pura.

Bagi saya, sebagai pembuat lilin dekorasi, membuat lilin bukan semata-mata pekerjaan seni yang memerlukan keterampilan, ketelitian dan kesabaran.

Jauh lebih dalam, membuat lilin merupakan sarana meditasi karena dikerjakan dalam hening dan sambil berdoa semoga mereka yang menggunakan lilin-lilin tersebut untuk berdoa, hidupnya semakin diberkati dan mampu menjadi berkat juga bagi sesama seperti lilin yang menerangi. Hingga setiap dari mereka pun juga dapat berkata,”Akulah terang.“

 

Ditulis dari bengkel lilin di Wina Austria, Sr. Bene Xavier, MSsR (Kontributor)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here