Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung: Pintu Kerahiman Allah selalu Terbuka

190
Mgr Fransiskus Kopong Kung (Foto: [Dok. HIDUP)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 16 April 2023 Hari Minggu Paskah II (Minggu Kerahiman Ilahi) Kis.2:42-47; Mm.118:2-4, 13-15, 22-24; 1Ptr.1:3-9; Yoh.20:19-31.

SELAMAT hari Paskah, kebangkitan Yesus Kristus, Tuhan kita. Hari Minggu Paskah kedua adalah Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Perhatian khusus kepada kerahiman Allah. Menyadari, mengalami, dan menjumpai Allah Bapa yang Maharahim, Maha pengampun dan Berbelaskasih, yang hadir dalam diri Yesus, Putera-Nya dan Tuhan kita, yang datang untuk membebaskan dan menyelamatkan kita, melalui penderitaan dan kematian di salib, serta kebangkitan-Nya.

Pengampunan

Waktu Yesus bergantung di salib, Ia berdoa bagi mereka yang menganiaya dan menyalibkan Dia. Yesus berdoa bagi mereka dan bagi kita, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).  Ada seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus berdoa: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk.23:42). Dan Yesus mengingat dia, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43).

Begitu besar kasih Allah dan kerahiman-Nya kepada kita yang lemah dan berdosa. Dalam penderitaan yang begitu hebat, Tuhan berdoa bagi kita. Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan kita.

Peristiwa Rasul Tomas, murid Yesus, dalam bacaan Injil hari ini, turut menghadirkan pintu kerahiman Allah yang selalu terbuka. Yesus tidak pernah menyimpan dendam kepada para murid-Nya. Yesus tidak pernah menolak dan meninggalkan para murid-Nya, walaupun pada saat penderitaan dan penyaliban, mereka semua meninggalkan Dia, karena takut kepada orang Yahudi.

Sesudah kebangkitan Yesus justru datang menjumpai mereka. Walaupun pintu-pintu rumah tempat mereka berada tertutup, karena takut kepada orang Yahudi, Yesus datang menjumpai mereka. Pintu hati Tuhan tetap terbuka kepada mereka.

Sapaan pertama yang keluar dari mulut-Nya adalah “damai sejahtera bagi kamu”. Bukan kata-kata umpatan, cercaan, karena marah, kecewa dan sakit hati tetapi kata-kata damai dan pengampunan. Untuk membuktikan bahwa Dia benar telah bangkit dan hidup, Yesus memperlihatkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid sangat bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.

Tomas tidak hadir pada saat Yesus datang. Dan ia tidak mau percaya kalau ia sendiri tidak melihat langsung. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh. 20:25). Tidak hanya pintu rumah yang tertutup, pintu hati Tomas pun sepertinya terkunci dan tertutup. Ia tidak mau percaya kepada apa yang diceritakan oleh murid-murid lainnya.

Secara manusiawi kita mungkin saja merasa kecewa dan tidak senang dengan sikap Tomas yang demikian. Namun, tidak demikian dengan sikap Yesus. Delapan hari kemudian, Yesus datang lagi menjumpai para murid-Nya di tempat yang sama. Dan Tomas ada bersama murid-murid lain pada saat itu.

Sementara pintu-pintu rumah terkunci, Yesus hadir di tengah mereka dengan salam yang sama: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh. 20: 26). Dan kepada Tomas, Ia berkata, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh. 20: 27).

Menaruh jari pada tangan Tuhan yang ditembusi paku untuk boleh merasakan cinta Tuhan yang mengampuni dan memberi berkat. Mencucukkan tangan ke dalam lambung yang terbuka oleh tikaman tombak untuk boleh merasakan denyut jantung hati Allah yang Maharahim dan Maha Pengampun. Tuhan Yesus sangat sabar dan penuh pengertian. Ia sangat memahami situasi Tomas dan para murid-Nya. Kunjungan Yesus, kehadiran dan sapaan yang lembut, membuat Tomas sujud menyembah, menyadari diri yang tidak layak dan tidak pantas, seraya berucap, “ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20: 28). Ungkapan rasa sesal, mohon pengampunan, dan pengakuan iman akan Tuhan yang bangkit dan hidup.

Kesempatan Rahmat

Peristiwa Tomas menjadi kesempatan rahmat dan berkat bagi semua manusia sepanjang masa. “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20: 29). Kita berbahagia, walaupun tidak melihat, namun percaya. Seperti yang dikatakan dalam surat rasul Petrus, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu” (1 Ptr. 1: 8-9).

Kita bersyukur dan berbahagia berkat anugerah iman kepercayaan yang menghantar kita kepada perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit dan hidup, yang hadir dalam kehidupan kita. Kita bersyukur dan berbahagia, karena pintu kerahiman Allah selalu terbuka kepada kita, bila kita kembali bersujud di hadapan-Nya dan berucap seperti Tomas, “ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20: 28). Kita mohon ampun dan belas kasih-Nya.

Yesus yang bangkit menganugerahkan Roh Kudus kepada para murid-Nya dengan kuasa mengampuni dosa. Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22-23).

Roh Kudus yang dihembuskan ke dalam hati para murid dan hati kita adalah Roh yang menggerakkan kita untuk mau mengampuni sesama. Sebagaimana pintu hati dan kerahiman Allah selalu terbuka untuk mengampuni kita, demikian hendaknya pintu hati kita juga harus terbuka untuk mengampuni dan memaafkan sesama kita.

Mari kita selalu mengucapkan “Salam damai sejahtera” dari Tuhan kepada sesama dalam kehidupan kita setiap hari, dan selalu berkata, “saya mengampuni engkau; saya memaafkan engkau.”

 “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu” (1 Ptr. 1: 8-9).”

HIDUP, Edisi No.16, Tahun ke-77, Minggu, 16 April 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here