Ketua Lembaga Biblika Indonesia Romo Albertus Purnomo, OFM Perpanjangan Tangan Sang Penyembuh Agung

362
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 04 Februari 2024 Hari Minggu Biasa V. Ayb.7:1-4, 6-7; Mzm.147:1-2, 3-4, 5-6; 1Kor.9:16-19, 22-23; Mrk.1:29-39

“KRISTUS adalah Tabib yang Baik. Tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan-Nya. Tidak ada dosa yang tidak dapat dihapuskan-Nya. Tidak ada masalah yang tidak dapat ditolong-Nya. Dia adalah Balsem Gilead, Tabib Agung yang tidak pernah gagal menyembuhkan semua penyakit rohani dari setiap jiwa yang datang kepada-Nya dalam iman dan doa.” Kata-kata pendeta James H. Aughey (1828-1911), yang berkarya pada zaman Perang Saudara di Amerika Serikat menegaskan kembali salah satu profesi Yesus, yaitu sebagai seorang tabib atau penyembuh.

Penyembuhan terhadap orang sakit merupakan salah satu misi yang diemban Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah di dunia. Misi ini menjadi sangat penting lantaran salah satu persoalan hidup manusia yang serasa abadi adalah penderitaan karena penyakit.

Alkitab bercerita banyak tentang manusia yang menderita karena sakit. Dua di antaranya adalah Ayub dan ibu mertua Simon. Ayub, salah satu tokoh legendaris dalam Alkitab, mengeluh kepada Allah karena masalah penyakitnya. Ayub merasa dirinya sangat rapuh dan begitu cemas ketika berhadapan dengan masalah ini. Ia membandingkan hidupnya dengan seorang budak dan upahan yang hidupnya tergantung pada kebaikan orang lain. Namun, ia merasa bahwa kehidupan seorang budak dan upahan masih lebih baik daripada penderitaan yang dialaminya. Ayub tidak tahu mengapa dirinya menderita seperti orang terhukum.

Tetapi, dalam penderitaannya, Ayub tidak pernah berhenti berdoa memohon belas kasih dan kedamaian batin dari Allah. Seluruh kisah Ayub memang tidak menjawab persoalan klasik mengapa orang baik harus menderita, tetapi menekankan bagaimana orang baik harus tetap bertahan dalam penderitaan.

Injil Markus menceritakan seseorang yang mengalami penderitaan karena sakit, yaitu ibu mertua Simon. Penyakit ini mungkin disebabkan oleh usianya yang sudah sangat tua. Apapun penyakitnya, semangat dan harapan hidup seseorang tetap bisa lumpuh karenanya. Semangat hidup ibu mertua Simon lahir kembali setelah dirinya telah disembuhkan oleh Yesus. Kabar kesembuhan ini cepat menyebar ke seluruh Kapernaum dan membuat Yesus sibuk untuk menyembuhkan orang yang sakit, entah fisik maupun psikis dan untuk mengusir roh-roh jahat.

Sebagai murid Kristus, kita selalu berada dalam dua posisi. Di satu pihak, kita pernah berada dalam posisi sebagai orang yang sakit dan membutuhkan penyembuhan. Di pihak lain, kita sering berada dalam posisi seperti Yesus, yaitu orang sehat yang dikelilingi oleh orang sakit dan menderita.

Dalam posisi pertama, kita umumnya sering bertingkah laku seperti Ayub, mengeluh, tidak bisa menerima kenyataan, dan ujung-ujungnya meminta tolong kepada TUHAN. Ada yang disembuhkan secara cepat, tetapi juga ada yang harus menunggu bertahun-tahun. Sementara itu, dalam posisi kedua, seandainya kita tidak tahu harus mengambil tindakan apa, kita bisa belajar dari Yesus, Simon dan Andreas.

Mengetahui ibu mertua Simon sakit, kedua murid bersaudara itu, segera memberitahukan kepada Yesus. Sakit yang diderita ibu mertua Simon telah menjadi beban yang harus ditanggung mereka juga. Seperti Yesus yang bergerak cepat setelah selesai memimpin ibadat di Sinagoga, jika ada yang saudara atau sahabat yang mengalami sakit, kita pun harus bergerak cepat mencari cara untuk menyembuhkan mereka. Kita mungkin tidak akan seperti Yesus yang memiliki anugerah istimewa dari Allah untuk menyembuhkan orang sakit. Namun, memberi dukungan dan semangat terhadap orang yang sakit, entah fisik maupun psikis, merupakan obat alamiah untuk membangkitkan harapan kesembuhan kepada mereka yang menderita sakit.

Sebagai murid Kristus, kita juga dipanggil untuk menjadi penyembuh bagi saudara seiman yang sedang sakit. Tidak harus menjadi dokter, tabib, atau tenaga medis lainnya. Sebab, sudah ada mereka yang ditugaskan oleh Allah untuk profesi tersebut. Kita bisa menjadi penyembuh dengan cara kita masing-masing, terlebih untuk menyembuhkan dan membangkitkan semangat dan harapan yang hampir mati karena sakit yang telah dideritanya. Yesus adalah Sang Penyembuh Agung dari Allah dan kita adalah perpanjangan tangan dari Sang Penyembuh untuk mereka yang sakit dan menderita di dunia sekarang ini.

“Sebagai murid Kristus, kita juga dipanggil untuk menjadi penyembuh bagi saudara seiman yang sedang sakit.”

Majalah HIDUP, Edisi No.05, Tahun Ke-78, Minggu, 4 Februari 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here