Mengunjungi Gereja-gereja di Penang, Ternyata Banyak Bangunan Tua

107
Gereja Assumption, Penang, Malaysia
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – PENANG adalah sebuah pulau yang merupakan bagian dari Malaysia dan mereka menyebutnya sebagai Pulau Pinang. Entah mengapa dunia mengenalnya dengan nama Penang, bukan Pinang. Bagi kita, orang Indonesia, terlebih mereka yang tinggal di Medan — karena sangat dekat —  Penang dikenal sebagai tempat pergi berobat. Di Penang memang sangat banyak rumah sakit terkemuka. Biaya berobat di sana juga dikenal relatif lebih murah dibandingkan di negara kita. Tak heran bila pasien rumah sakit swasta di Penang hampir semua adalah warga Nusantara.

Namun setelah beberapa kali ke Penang, penulis menemukan hal menarik selain urusan berobat. Sudah kebiasaan, selalu berusaha meluangkan waktu mencari gereja setempat guna menyapa Allah di rumah-Nya.  Ternyata banyak bangunan gereja di sana. Beberapa sudah tua dan terawat baik. Gereja-gereja tua ini umumnya berada di kawasan George Town.

Biasanya mencari gereja yang dekat dengan hotel, sehingga cukup berjalan kaki. Seperti pada kunjungan ke Penang beberapa minggu lalu. Dengan bantuan aplikasi Maps, penulis dipandu berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Gereja St. John Britto. Saat itu hari sudah menjelang malam namun matahari masih belum benar-benar tenggelam. Gereja tampak sederhana. Halaman terhitung luas. Nampak dua orang keturunan Tamil sedang menyapu dan memotong rumput di halaman. Dari kejauhan kami menyapa mereka, lalu berjalan menuju pintu utama gereja. Ternyata pintu terkunci. Kami tidak merasa heran karena  sebagaimana gereja-gereja lain di Penang maupun Kuala Lumpur, selalu terkunci bila tidak ada kegiatan.

Pada dinding di sebelah pintu utama, terdapat tiga buah plakat. Sebuah berwarna putih dari marmer tapi tulisan sudah tidak terbaca. Di sebelah kanannya menempel sebuah plakat dengan tulisan TO THE GLORY OF GOD, THIS STONE HAS BLESSED AND LAID BY HIS EXCELLENCY MGR. G. YONG, BISHOP OF PENANG ON 19th DECEMBER 1968.

Sepertinya peresmian gereja ini dilakukan pada tahun 1968. Lalu telah direnovasi pada tahun 2014, sebagaimana dijelaskan melalui plakat ketiga yang ukurannya lebih besar dan letaknya di bawah dua plakat. FOR THE GREATER GLORY OF GOD TO COMMEMERATE THE RENOVATION AND REDEDICATION OF THE CHURCH OF ST. JOHN BRITTO THIS PLAQUE WAS BLESSED BY HIS LORDSHIP RT. REV. SEBASTIAN FRANCIS D.D. BISHOP OF PENANG ON SUNDAY THE 9TH FEBRUARY 2014. Jadi gereja ini sudah berusia 55 tahun lebih.

Karena pintu gereja terkunci, kami menghampiri  bapak yang menyapu halaman, bertanya apakah mungkin pintu gereja dibuka untuk kami berdoa. Dengan sigap, bapak ini pergi mengambil kunci di rumah kecil belakang gereja. Lalu membukakan pintu samping gereja dan mempersilakan kami masuk. Karena hari sudah menjelang malam, gereja dalam keadaan gelap ketika kami masuk. Bapak tersebut berjalan cepat menuju tempat saklar lampu dan menghidupkan beberapa lampu gereja sehingga gereja terang benderang.

Saat masuk gereja dalam keadaan gelap, mata langsung terarah ke satu titik terang yakni altar. Hati langsung berseru: “Wowww.” Nampak pemandangan menakjubkan. Dinding belakang altar adalah jendela kaca tembus pandang. Bentuknya segitiga dan tinggi. Dengan salib besar di tengah.

Cahaya sore hari dari luar walau sudah tidak terlalu terang, masih sanggup menampilkan sesuatu yang luar biasa indah. Ditambah penampakan rangkaian pohon bambu dengan daun-daun hijaunya yang ditanam di belakang jendela kaca. Entah mengapa, langsung merasakan damai sukacita, menuju kursi depan, berlutut dan mengucap syukur.

Setelah lampu menyala terang, nampak bagaimana sederhananya gereja berukuran 36 m x 30 m ini. Tidak terlalu tinggi dan tidak banyak dekorasi. Masih mengandalkan kipas angin di langit-langit. Terdapat patung Bunda Maria di sisi belakang gereja, patung Maria dengan ciri khas wanita Tamil. Termasuk tandu untuk perarakan patung Maria sungguh berciri khas Tamil. Di belakang gereja juga ada patung Johanes de Britto, santo pelindung gereja ini.

Gereja St. Francis Xavier, Penang, Malaysia

Gereja ini masuk dalam Paroki Kota (City Parish). Paroki Kota menjadi satu-satu paroki di Keuskupan Penang yang memiliki empat gereja. Salah satunya adalah Gereja Our Lady of Sorrows sebagai pusat administrasi paroki, usianya jauh lebih tua karena sudah ada sejak 1888. Gereja ini yang selalu penulis kunjungi saat beberapa kali ke Penang, karena terletak dekat pusat kuliner dan tidak jauh dari rumah sakit tempat penulis pernah dirawat.

Gereja lainnya adalah Gereja Francis Xavier berdiri tahun 1957. Beberapa tahun lalu, sempat berkunjung namun pintu terkunci dan hanya dapat berdoa di teras gereja.

Lalu yang terakhir adalah Gereja Assumption yang merupakan gereja tertua di Penang.  Menurut catatan sejarah, pada tahun 1786 Kapten Francis Light dari Inggris mendarat di Pulau Pinang, pada tanggal 15 Agustus bertepatan dengan Hari Raya Maria dDiangkat ke Surga (Assumption of The Blessed Mary). Pada tahun itu juga Francis dan koleganya membangun sebuah gereja dan diberi nama Gereja Assumption. Karena jumlah umat terus meningkat, pada tahun 1860 gereja diperluas membentuk rupa salib seperti bentuk saat ini dan memiliki dua menara lonceng.

Pada tanggal 25 Februari 1955 Roma menentukan berdirinya Keuskupan Penang bersamaan dengan Keuskupan Agung Kuala Lumpur. Uskup Francis Chan menjadi uskup pertama Penang dan Gereja Assumption diberi status katedral.

Pada pertengahan tahun 1970 jumlah umat katolik di George Town sangat sedikit. Banyak umat berpindah menyebar ke bagian lain Pulau Pinang sejalan pembangunan keluar kota tua George Town. Jumlah pastor juga menyusut. Mempertimbangkan hal ini, maka Uskup Antony Selvanayagam pada tahun 1988 memutuskan menggabung empat paroki menjadi satu paroki dan diberi nama City Parish.

Gereja Gereja Our Lady of Sorrows, Penang, Malaysia

Status katedral bagi Gereja Assumption berakhir pada tanggal 20 Januari 2003 ketika secara resmi Uskup Antony Selvanayagam memindahkan katedral ke Gereja Katedral Roh Kudus yang terletak di Green Lane, Penang. Pada tahun 2008 bersamaan dengan penganugrahan status UNESCO World Heritage Site bagi George Town, maka Gereja Assumption diberi status gereja warisan dunia.

Beberapa tahun lalu, penulis bersama keluarga pernah mengikuti Misa di  Gereja Assumption ini, sayang umatnya begitu sedikit. Sungguh terbalik dengan situasi Misa di Indonesia yang rata-rata penuh. Apalagi saat Misa Pekan Suci, tidak hanya penuh, namun membludak jauh melebihi kapasitas gereja.

Fidensius Gunawan dari Penang, Malaysia

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.17, Tahun Ke-78, Minggu, 28 April 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here