HIDUPKATOLIK.COM – Lautan manusia memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) untuk misa bersama Paus Fransiskus. Permandangan ini memunculkan kekagumanan tersendiri, terutama perjuangan umat dari seluruh Indonesia untuk ambil bagian dalam misa kudus.
Tiap perjuangan punya kisah yang menarik untuk dibagikan. Kisah itu muncul dari peserta dari Keuskupan Sintang. Sebanyak 157 orang hadir untuk mengabadikan momen yang tidak akan terulang.
Mereka datang dari berbagai paroki yang tersebar di Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi. Adapula beberapa peserta dari Bandar Lampung yang masuk dalam rombongan Keuskupan Sintang.
Fransiskus Aidi, peserta asal Sintang yang sudah tiga tahun merantau di Solo bercerita bahwa ia sempat mengalami keraguan untuk hadir dalam misa di GBK. Menurutnya halangan itu datang dari internal dan eksternal.
“Sehari sebelum hari H, aku banyak menonton tayangan kunjungan Paus Fransiskus. Aku menemukan satu postingan yang membuat aku menangis tanpa henti malam itu. Bila dipikir-pikir, kunjungan Paus memerlukan waktu sampai 35 tahun. Ini momen bersejarah dan tidak semua orang bisa terlibat. Aku membuat keputusan untuk hadir dengan 50% keyakinan,” ceritanya.
Aidi mengaku setibanya di GBK, ada perasaan haru sekaligus bahagia menjadi bagian dari sekitar 80.000 umat. Kesan mendalam ia dapatkan dari pengalaman melihat Paus Fransiskus dalam jarak 20 meter. Keramahan dan kesederhanaan pemimpin umat Katolik di dunia ini membuatnya sadar bahwa keindahan tidak melulu berkaitan dengan kemewahan. Tanpa terasa ia pun menitikkan air mata.
Di penghujung misa sebelum Paus Fransiskus meninggalkan GBK, melalui lambaian tangan dan senyuman Paus, ia merinding dan menyakini 100% keputusannya untuk hadir di GBK.
Pengalaman berkesan lainnya dibagikan pula oleh Modesta Tita Rahayu, orang muda yang memilih berkarya di Sintang. Selama misa berlangsung ia banyak terharu dan menangis. Baginya menjadi saksi kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan kesempatan yang tak boleh ia lewatkan.
“Sebelum tiba di Jakarta, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Keputusan untuk hadir adalah ungkapan pribadiku menjadi Katolik yang militan ditengah berbagai rintangan dan risiko. Perjumpaan dengan Paus Fransiskus di GBK menjadi perjumpaan kedua pasca World Youth Day Polandia tahun 2016. Saya salut dan bangga Bapa Suci memilih hadir ke Indonesia. Ini berkat yang luar biasa bagi umat Katolik Indonesia. Saya sangat bersyukur, bersukacita dan terharu merenungkan pengalamana iman ini,” ungkapnya.
Kisah yang mereka bagikan sangat erat kaitannya dengan homili yang Paus Fransiskus sampaikan, bahwa selalu ada kesulitan dan alasan untuk mengatakan tidak. Tapi, mereka belajar dari Petrus untuk berani mengambil risiko, menebarkan jala dan menangkap ikan yang banyak. Dan akhirnya, mereka pulang dengan semangat menghidupi sabda, terus berlayar dan menjadi pembangun harapan bagi sesama.
Angela Januarti (Kontributor)