web page hit counter
Senin, 14 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Terguling dalam Kereta, Terbangun dalam Iman

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Pertemuan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) pertama bulan September 2024 tentang cerita Nabi Nahum mengingatkan saya pada sebuah kisah masa lalu yang menjadi pembelajaran seumur hidup. Terutama pada Nahum 1 ayat 3 yaitu “Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya”.

Trolley Kereta Prameks

Kisah itu terjadi tahun 2010 -2013, saya bekerja sebagai guru di SMK Mikael Surakarta. Saya tinggal di Piyungan, Bantul Yogyakarta sedangkan SMK Mikael berada di Jl. Mojo No.1, Karangasem, Kec. Laweyan, Kota Surakarta. Untuk menempuh jarak tersebut saya menggunakan moda transportasi kereta api yang disebut dengan Prameks. Banyak pekerja yang tinggal di Yogyakarta dan bekerja di Solo dan sekitarnya menjadi commuter menggunakan Prameks, dua diantaranya adalah rekan saya bekerja di SMK Mikael Surakarta.

Kereta Api Prambanan Ekpress (Prameks) anjlok di dekat RS Panti Rini, Krajan, Tritomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta/www.tribunnews.com

Prameks pada zaman itu tidak memiliki fasilitas sebaik KRL saat ini. Kereta selalu penuh sesak di setiap jam perjalanannya. Saya lebih sering berdiri daripada duduk di kereta pada saat pergi atau pulang bekerja. Di dalam kereta yang penuh sesak selalu ada penjual dengan menggunakan meja beroda atau biasa disebut trolley untuk menjajakan jualannya. Tidak sedikit penumpang yang berkeluh kesah ketika penjual tersebut lewat membawa trolley, karena membuat penumpang harus menyingkir ditengah sesaknya penumpang agar trolley tersebut dapat lewat dari gerbong ke gerbong.

“Ditendang Tuhan”

Pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012, di sore hari kami seperti biasa pulang kerja menaiki Prameks yang selalu penuh sesak. Seperti biasa penjual di kereta melewati gerbong yang saya naiki. Dengan sedikit geram saya menyampaikan kepada teman saya yang kebetulan pulang ke Yogyakarta bersama-sama dengan mengucapkan dalam Bahasa Inggris “Mr, please kick the trolley out”, dengan senyuman teman saya membalas. Tidak berselang lama, kereta yang saya tumpangi bergetar agak kencang dan debu bertebaran masuk dari luar yang kemudian kereta tersebut terguling dan mengalami kecelakaan.

Saat ini, pengalaman itu sudah masuk tahun ke 12. Pengalaman yang penuh dengan refleksi mendalam dan mengubah banyak hal dalam sisi kehidupan saya. Bahwasanya, kata-kata yang kita ucapkan bisa saja menjadi berkat atau doa bagi kita tergantung apa yang terlontar dari ucapan tersebut. Ketika saya mengatakan “Mr, please kick the trolley out”, atau secara harafiah saya meminta teman saya untuk menendang penjual yang membawa trolley keluar malah saya sendiri bersama semua orang di dalam kereta yang “ditendang oleh Tuhan”.

Empat Pesan Nahum

Kitab Nahum 1 ayat 3 membawa refleksi bagi saya sebagai berikut:

Keadilan Ilahi: Ayat ini berbicara tentang keadilan Tuhan yang tidak pernah tertunda. Walaupun Tuhan panjang sabar, Ia pasti akan bertindak. Dalam konteks kecelakaan, saya bisa merenungkan apakah ada kaitan antara kejadian tersebut dengan sikap saya? Apakah ada pesan yang ingin disampaikan Tuhan melalui peristiwa ini?

Kekuatan Doa: Kata-kata yang kita ucapkan adalah doa yang kita panjatkan. Permintaan saya untuk menendang penjual pembawa trolley, walaupun diucapkan secara spontan, bercanda namun dalam nada kesal, ternyata memiliki dampak yang lebih luas dari yang saya kira. Ini mengajarkan saya untuk berhati-hati dalam berbicara, karena kata-kata memiliki kekuatan untuk menciptakan atau menghancurkan.

Nabi Nahum/wikipedia.org

Kerendahan Hati: Kecelakaan ini menjadi momen untuk merenungkan kembali sikap saya terhadap sesama. Kesesakan di kereta dan keberadaan penjual pembawa trolley mungkin menjadi pemicu ketidaknyamanan, namun apakah itu alasan yang cukup untuk mengeluarkan kata-kata yang kasar? Kejadian ini mendorong saya untuk lebih rendah hati dan sabar dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

Kehidupan yang Ringkih: Kecelakaan kereta adalah pengingat nyata tentang kerapuhan kehidupan. Dalam sekejap, segala rencana dan aktivitas saya bisa terhenti. Hal ini mengajak saya untuk lebih menghargai setiap momen dan selalu siap menghadapi ketidakpastian.

Eustalia Wigunawati

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles