HIDUPKATOLIK.COM – Jumat Agung. Yes. 52:13 – 53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42.
SECARA alamiah Tuhan menciptakan refleks dalam tubuh kita. Saat menyentuh duri, kita akan menghindar. Manusia memang dikaruniai kemampuan untuk menghindarkan diri dari rasa sakit dan derita. Akan tetapi, rasa sakit dan derita adalah juga bagian integral dari hidup manusia.
Mari mengulik misteri penderitaan manusia. Ada penderitaan yang disebabkan kelalaian kita atau orang lain. Umpama, kecelakaan karena kurang berhati-hati. Ada penderitaan yang tak terhindarkan seperti penuaan. Ada pula penderitaan yang kita tanggung demi keselamatan orang lain. Misalnya, seorang pemadam kebakaran yang bertaruh nyawa menyelamatkan korban.
Yesus menjadi contoh sejati pemberian diri dengan menderita demi keselamatan banyak orang. Yesus menggenapi nubuat Yesaya, “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yes. 53:5).
Yesus membuat kita sadar bahwa pada saat tertentu, kita harus menerima penderitaan, bukan melarikan diri darinya. Yesus meminta kita untuk berani memeluk salib kehidupan kita. Santo Yohanes Paulus II menulis dalam Salvifici Doloris, “Kristus menerima penderitaan-Nya karena Ia menyadari daya penyelamatannya. Ia taat kepada kehendak Bapa.” Itulah penderitaan yang menyelamatkan!
Pastor Bobby Steven Octavianus Timmerman, MSF
Dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta