web page hit counter
Minggu, 18 Mei 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kota Abadi dalam Keadaan Luar Biasa; Tantangan Logistik untuk Pemakaman Paus Fransiskus

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Di saat puluhan ribu orang melewati peti mati Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus, dari luar terdengar suara keramaian keras dari mereka yang berebut masuk ke dalam gereja. Sejak wafatnya Fransiskus pada Senin Paskah, Vatikan telah bersiap untuk upacara pemakaman hari Sabtu. Seluruh Kota Abadi tampaknya berada dalam keadaan luar biasa. Mendadak pesanan tiket menuju Roma terus melonjak walaupun diikuti kenaikan harga yang seolah tidak lagi masuk akal. Bukan hanya tiket transportasi, harga hotel dan berbagai penginapan lainnya pun ikut melonjak tinggi.  Tetap saja ribuan orang dari berbagai penjuru dunia bergegas menuju Roma.

Jemari Paus Fransiskus dikenakan rosario hitam (Foto: Vatican Media)

Tribun-tribun untuk tamu kehormatan seperti Trump, Steinmeier, dan lainnya sudah didirikan di Lapangan Santo Petrus. Di sekitar Vatikan, tak terhitung jumlah petugas keamanan dan relawan mencoba mengatur lautan manusia yang masih ingin memberikan penghormatan terakhir kepada Fransiskus di hadapan peti mati terbuka. Basilika Santo Petrus pun tetap dibuka hampir sepanjang waktu. Toilet portabel, ambulans dan kendaraan perlindungan sipil telah disiagakan. Bagi mereka yang tidak dapat mencapai Lapangan Santo Petrus pada hari Sabtu, upacara dapat disaksikan melalui layar besar di Via della Conciliazione, serta di Piazza Pia yang baru dibangun dekat Castel Sant’Angelo untuk Tahun Jubileum.

Baca Juga:  Yang Terbaru dari Majalah HIDUP

“Sebaiknya antre dari jauh-jauh waktu!”

Di Pusat Peziarah Jerman di seberang Jembatan Malaikat, Direktur Christian Böck dan timnya kewalahan melayani pertanyaan. “Kami dibanjiri pertanyaan, misalnya berapa lama waktu tunggu di Basilika dan bagaimana jalannya upacara pemakaman,” kata sang imam yang telah menyiapkan sudut peringatan dengan buku belasungkawa di bawah potret Paus yang dihiasi kain hitam. “Kami berkoordinasi dengan Prefektur Rumah Kepausan, tapi banyak detail masih belum jelas.” Namun, satu hal yang pasti tentang upacara hari Sabtu: “Tidak perlu tiket, siapa pun bisa datang — tapi harus antre sejak awal!”

Ribuan orang yang mengantri di Lapangan Santo Petrus juga berebut untuk membeli buku, kartu pos, dan rosario. Buku yang dimaksud tentu saja autobiografi paus yang berjudul “Harapan” yang terbit musim semi ini.

Baca Juga:  Menjawab Krisis Global dengan Iman dan Solidaritas: Refleksi Ekonomi dari Perspektif Katolik

Buku-buku karya Fransiskus, rosario, kartu pos dan lembaran berkat untuk Tahun Suci dengan tanda tangan faksimili paus laris manis. Di kantor pos Vatikan di sebelahnya, perangko bergambar paus jadi favorit. Sebuah rombongan kecil dari Münster mengirim kartu pos ke teman-teman di rumah. “Perangkonya cantik,” ujar salah satu sambil menunjukkan perangko dengan wajah Paus Fransiskus. Mereka sedih atas wafatnya, namun menghibur diri bahwa beliau telah mencapai usia 88 tahun. Tur mereka di Basilika pada Sabtu dan Museum Vatikan pada Minggu kini batal.

Lebih dari 100.000 Remaja untuk Kanonisasi Carlo Acutis

Di toko suvenir terdekat, foto pria berjubah putih berdampingan dengan foto seorang remaja berkaus merah: Carlo Acutis (1991–2006), pemuda Italia yang dikenal sebagai “Rasul Cyber”, seharusnya dikanonisasi hari Minggu. Kematian paus menyebabkan penundaan. Meski begitu, lebih dari 100.000 remaja datang untuk pertemuan Tahun Jubileum, tiba dengan kereta khusus dan bus dari seluruh dunia.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia Pastor Albertus Purnomo, OFM: Saling Mengasihi Menuntut Pengorbanan

Satu permintaan khusus dari Paus Fransiskus menjadi tantangan logistik besar: bagaimana membawa jenazahnya dari Basilika Santo Petrus ke tempat peristirahatan terakhir di Gereja Santa Maria Maggiore dekat stasiun kereta utama Roma? “Saya membayangkan mobil jenazah akan melewati Corso Vittorio Emanuele,” kata Pastor Böck — dan melihat hal itu sebagai kesempatan: “Orang-orang bisa berdiri di pinggir jalan dan melihat peti mati lewat. Saya anjurkan, bukan karena penasaran semata, tapi dengan Doa Bapa Kami di hati dan di bibir.”

Bene Xaver dari Wina, Austria

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles