web page hit counter
Jumat, 20 Juni 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Menjawab Krisis Global dengan Iman dan Solidaritas: Refleksi Ekonomi dari Perspektif Katolik

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) tahun ini genap berusia 67 tahun. Di tengah usia yang telah matang, ISKA memperingati Dies Natalis dengan mengusung tema: “Berkarya, Mengabdi, dan Mewujudkan Harapan dalam Kesetaraan.” Tema ini bukan sekadar slogan perayaan, melainkan bentuk kesadaran atas panggilan iman untuk hadir di tengah kompleksitas dunia, terutama saat kita dihadapkan pada krisis ekonomi global yang kian multidimensi dan memprihatinkan.

Sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis, ISKA menyelenggarakan seminar ekonomi nasional dengan tajuk: “Menjawab Krisis: Tantangan dan Arah Baru Ekonomi Global dari Perspektif Indonesia.” Kegiatan ini menjadi ruang kontemplasi bersama, tidak hanya dari sisi kebijakan publik dan akademik, tetapi juga dari kacamata iman, nilai kemanusiaan, dan semangat solidaritas Kristiani.

Krisis Ekonomi Ujian Bagi Martabat Manusia
Krisis yang kita hadapi saat ini bukan sekadar stagnasi angka pertumbuhan, tetapi juga ancaman terhadap martabat manusia. Mereka yang paling terdampak bukanlah mereka yang kuat modal atau punya akses politik, melainkan para buruh harian, petani kecil, pekerja informal, ibu rumah tangga di pinggiran kota, hingga generasi muda yang gelisah akan masa depan. Kita tidak bisa membicarakan ekonomi tanpa menyentuh kehidupan nyata mereka yang tersisih dan tak terdengar suaranya. Dalam Injil Matius 25:40, Yesus berkata, “Apa yang kamu lakukan terhadap salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Di sinilah kita diingatkan: ekonomi bukan hanya soal efisiensi dan angka, tetapi tentang relasi kasih dan keadilan. Sebagai umat Katolik, kita tidak bisa menutup mata terhadap penderitaan akibat sistem ekonomi yang tidak adil. Kita dipanggil untuk bersikap aktif, bukan reaktif; proaktif, bukan netral.

Ajaran Sosial Gereja Fondasi untuk Ekonomi yang Manusiawi
Gereja Katolik memiliki warisan ajaran sosial yang sangat kaya, yang mengajarkan bahwa struktur ekonomi dan politik harus melayani kebaikan bersama (bonum commune), bukan kepentingan segelintir elite. Dalam Evangelii Gaudium (EG 203), Paus Fransiskus menekankan:
“Setiap orang Kristen dan setiap komunitas dipanggil untuk menjadi alat Allah bagi pembebasan dan promosi kaum miskin, agar mereka sepenuhnya dapat mengintegrasikan diri dalam masyarakat.”
Pesan ini begitu kuat dan relevan. Kita tidak hanya diajak untuk “peduli”, tetapi untuk bertindak nyata: membela, mendampingi, dan memberdayakan. Solidaritas bukan semata emosi, tetapi pilihan etis dan tindakan konkrit.

Sebagai Ketua Panitia Dies Natalis ISKA ke-67, saya melihat antusiasme besar dari para peserta—terutama kaum muda Katolik—yang ingin mengetahui bagaimana nilai-nilai spiritual dapat dihidupi dalam realitas sosial dan ekonomi. Mereka tidak hanya ingin menjadi sarjana yang cerdas, tetapi juga murid Kristus yang solider.

Krisis dan Ketimpangan Tantangan Bagi Hati Nurani
Ketimpangan ekonomi bukan hanya persoalan distribusi, tetapi juga soal dominasi dan marginalisasi. Ketika segelintir orang menguasai sebagian besar kekayaan dan akses, sementara jutaan lainnya terperangkap dalam kemiskinan, kita harus bertanya: sistem macam apa yang kita pertahankan?

Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti (FT 116) mengingatkan bahwa:
“Kita tidak bisa membiarkan pasar saja memutuskan nasib manusia. Ekonomi harus didampingi oleh etika, oleh keadilan, dan oleh solidaritas.”
Dalam semangat ini, ISKA menyelenggarakan seminar untuk membangun kesadaran bahwa kita butuh arah baru ekonomi. Arah yang tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan, keadilan ekologis, dan perlindungan terhadap kelompok rentan.

Ekonomi Harapan: Membangun Masa Depan Bersama
Kita memerlukan ekonomi harapan, ekonomi yang tidak meminggirkan siapa pun, yang mengutamakan keutuhan ciptaan, dan yang mengakar pada relasi antar manusia sebagai saudara. Kita perlu menggeser logika eksploitasi menjadi logika persekutuan dan pelayanan. Kita dipanggil untuk membangun ekonomi yang hidup, seperti digambarkan dalam Kisah Para Rasul 4:32:

“Kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan sejiwa dan tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.”
Prinsip inilah yang menjadi landasan komunitas Gereja perdana, dan prinsip ini pula yang harus menginspirasi umat Katolik masa kini untuk membangun tatanan sosial yang adil dan berbelas kasih.

Tanggung Jawab Kaum Intelektual Katolik

Sebagai organisasi intelektual, ISKA memiliki tanggung jawab moral untuk tidak hanya berpikir dan meneliti, tetapi juga terlibat secara profetik dalam isu-isu bangsa. Kami menyadari bahwa ilmu pengetahuan tanpa iman bisa menjadi kering dan dingin, sementara iman tanpa tindakan bisa kehilangan makna sosialnya. Dalam spirit Sanctus Albertus Magnus, pelindung para sarjana Katolik, ISKA berupaya menggabungkan kedalaman intelektual dan kelembutan spiritualitas. Di tengah dunia yang cenderung pragmatis dan teknokratis, ISKA ingin menyuarakan kembali dimensi etika dan martabat dalam setiap kebijakan ekonomi dan sosial.

Kesetaraan sebagai Jalan Perjumpaan

Tema Dies Natalis ke-67 ISKA mengajak kita semua untuk “Berkarya, Mengabdi, dan Mewujudkan Harapan dalam Kesetaraan.” Kesetaraan bukan berarti menyamakan segala hal, melainkan memberi ruang yang adil bagi setiap orang untuk tumbuh dan berkontribusi. Kesetaraan adalah jalan perjumpaan dengan sesama dan dengan Tuhan. Dalam Mazmur 85:11 tertulis:

“Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.”
Itulah visi yang ingin kami wujudkan: sebuah Indonesia yang berjalan dalam kasih dan kesetaraan, dalam keadilan dan pengharapan. Sebab kita percaya, iman yang hidup adalah iman yang berpihak; dan ekonomi yang benar adalah ekonomi yang memanusiakan.
Selamat Dies Natalis ke-67 untuk seluruh keluarga besar ISKA. Mari terus berkarya, mengabdi, dan mewujudkan harapan sebagai bagian dari perutusan Gereja di dunia.

Ardy SusantoKetua Panitia Dies Natalis ke-67 Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles