HIDUPKATOLIK.COM – PUKUL lima sore pada Sabtu, 17 Mei 2025 di Lantai 8 Kampus 3, Universitas Katolik Atma Jaya, Cisauk, Bumi Serpong Damai, tampak mulai ramai didatangi banyak orang. Malam itu, ada pementasan Wayang Alkitab yang diselenggarakan oleh Sie Kerasulan Kitab Suci (KKS) St. Monika, Paroki Serpong.
Pementasan ini merupakan salah satu program pelayanan yang diselenggarakan untuk menarik umat di St. Monika agar lebih mencintai firman Tuhan dalam Kitab Suci dengan cara yang berbeda.
Wayang Alkitab ini mengangkat lakon Kisah Daniel dan Susana, yang diceritakan kembali seperti dalam Kitab Tambahan Daniel yang ada di Kitab Deutrokanika.

Sedangkan dalang Wayang Alkitab adalah Pastor Y. Istimoer Bayu Ajie — Romo Bayu Ajie panggilan akrabnya –, Pastor Paroki Salib Suci, Purwakarta, Jawa Barat.
Romo Bayu Ajie menjelaskan, dari spontanitas mementaskan isi Alkitab yang divisualkan kembali dalam bentuk pertunjukkan wayang kulit, maka terbentuklah Komunitas WABAH (Wayang Alkitab Bandung Asyik Heboh). Pertunjukkan ini bertujuan mengajak umat untuk lebih mencintai dan mengetahui isi Alkitab.
Wayang Alkitab untuk pertama kali dipentaskan di Paroki St. Martinus, Keuskupan Bandung, bertepatan dengan acara rotasi para imam di tahun 2013. Pementasan pertama ini mendapat respons yang sangat postif dari umat paroki.
Wayang Alkitab beberapa kali diundang untuk mengisi acara di berbagai paroki di Keuskupan Bandung.

Tahun 2016 nama WABAH resmi digunakan sebagai Komunitas Wayang Alkitab. WABAH pernah diundang untuk mengisi acara di Paroki St. Lukas, Samarinda dan di salah satu paroki di Balikpapan. Keduanya di Keuskupan Agung Samarinda.
Tahun 2025 ini untuk pertama kalinya WABAH diundang di Paroki Serpong.
“Semoga persembahan Wayang Alkitab ini dapat menghibur, sekaligus menambah wawasan dan kecintaan umat terhadap Alkitab, “ujar Romo Bayu.
Pada pementasan ini, hadir 330 peserta. Tampak juga Pastor Yohanes Haris Andjaja, OSC selaku Pastor Rekan Paroki Serpong. Lampu di dalam aula kampus ini dipadamkan semua, hanya beberapa lampu kecil yang digunakan untuk mendukung pementasan.
Dari sebuah layar putih yang berukuran sekitar 3×1 meter dan disorot oleh sebuah lampu, tokoh-tokoh wayang kulit ini dipamerkan.
Dalam pementasan ini, di belakang layar, Romo Bayu dibantu oleh sekitar 15 orang dari Komunitas WABAH.
Sebelum acara dimulai, dari belakang layar Romo Bayu sempat meralat salah satu aturan menonton yang diberikan oleh panitia yaitu tidak boleh berisik. Sebaliknya, Romo Bayu sangat mengharapkan interaksi dari penonton.
Selama sembilan puluh menit pementasan ini berlangsung dengan sangat heboh melalui kekompakkan tim WABAH yang meramaikan lakon.
Isi cerita diambil dari Kitab Suci dengan cara visual yang sangat berbeda. Bercerita di Babel, menampilkan tokoh Raja Nebukadnezar, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Susana. Sedangkan tokoh dua orang tua-tua yang mengintip Susana diberi nama Iri dan Dengki. Kreatifitas dalam mengolah cerita yang disampaikan, membuat isi pementasan menjadi ringan, mudah dimengerti dan sangat menghibur penonton, karena penuh dengan gelak tawa dan kelucuan.

Romo Bayu sangat menjiwai setiap tokoh. Suara tokoh-tokoh yang diperankannya juga sangat mendukung. Salah satunya suara tokoh yang membuat penonton tertawa adalah ketika suara Susana disuarakan dengan baik. Wayang yang ditampilkan dan disiapkan, bukan hanya tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, tetapi juga tokoh-tokoh pendukungnya untuk memeriahkan suasana seperti pohon, kuda dan abang tukang ojek.
Warisan Budaya
Kristian Leo, Ketua KKS St. Monika mengatakan bahwa wayang kulit merupakan sebuah warisan budaya. Pada zaman yang serba mudah dan modern saat ini warisan budaya semakin tergerus. Padahal wayang kulit merupakan salah satu mahakarya dan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO.
“Melalui Wayang Alkitab, kami ingin mempopulerkan kembali warisan budaya dan menyampaikan pesan-pesan yang terkandung dalam lakon tersebut. Cerita ini pasti sudah sering didengar tetapi terdapat dalam Kitab yang mungkin jarang dibuka atau dibaca, yaitu terdapat pada Kitab Tambahan Daniel yang ada di Kitab Deutrokanika,” ujarnya.
Pada akhir lakon ditegaskan bahwa kebenaran dan keadilan dapat menang walaupun ada tuduhan palsu yang membuat Susana menjadi pendosa. Daniel adalah seorang penolong yang diutus Tuhan untuk membantu, menegakkan keadilan dan kebenaran.
Eviantine Evi Susanto (Kontributor, Tangerang)