HIDUPKATOLIK.COM – SEJAK didirikan tahun 2017, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) telah mencatatkan setidaknya tiga peristiwa nasional yang melibatkan umat Katolik di seluruh provinsi di Indonesia. Peristiwa pertama, penyelenggarakan Pesparani Nasional Pertama di Ambon, Maluku tahun 2018. Sebagai perhelatan akbar pertama, Pesparani ini disambut hangat oleh kalangan umat Katolik. Semua provinsi mengirim utusan, termasuk dari Aceh dan Gorontalo yang jumlah umat Katolik di kedua provinsi ini boleh dibilang dapat dihitung dengan jari. Gebyar Pesparani ini sungguh menarik perhatian. Guyub dan kompaknya panitia lokal, yang melibatkan semua elemen masyarakat dan pemerintah menjadikan Pesparani ini bergaung ke seluruh penjuru Nusantara. Sayangnya, Presiden Joko Widodo tak jadi hadir dan diwakili oleh Ignasius Jonan sebagai menteri untuk membuka perhelatan ini.
Peristiwa kedua, Pesparani Nasional Kedua di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2022. Kendati tertunda karena pandemi, Pesparani ini juga tak kalah menggemanya bila dibandingkan dengan Pesparani Pertama. Perlu dicatat, ketua pelaksana Pesparani ini diemban oleh seorang tokoh Muslim. Kita tahu mayoritas masyarakat NTT adalah umat Kristiani – Katolik dan Protestan. Terobosan ini mengundang decak kagum sebagaimana terjadi di Maluku.
Pesparani Nasional Ketiga, sebagai peristiwa ketiga, dihelat di DKI Jakarta pada tahun 2023. Antusiasme peserta dari setiap provinsi tak kalah dari dua Pesparani sebelumnya. Panitia bahu-membahu agar event nasional ini dapat berjalan dengan baik dan sukses sebagaimana diraih pada Pesparani Ambon dan Kupang.
Ketiga Pesparani itu memiliki denyut dan dinamika yang berbeda. Terlepas dari segala kekurangan yang masih ada, Pesparani telah menyedot perhatian umat Katolik hingga ke tingkat desa/kelurahan. Bila dibadingkan dengan Pesparawi (Protestan) dan MTQ (Islam), Pesparani telah membangkitkan semangat baru dalam diri umat Katolik di Indonesia. Semangat untuk menghidupi nilai-nilai kekatolikan dalam pelbagai bentuk perlombaan paduan suara, cerdas cermat, bertutur Kitab Suci, dan beberapa kegiatan lein yang menyertainya.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta beberapa waktu lalu, para utusan dari seluruh provinsi membicarakan bersama tentang penyelenggaraan Pesparani Nasional Keempat nanti. Peserta secara serius yang diwarnai diskusi dan perdebatan yang rasional mengadakan evaluasi atas tiga Pesparani. Tujuannya agar peristiwa besar yang akan digelar di masa yang akan datang benar-benar sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Agama (PMA) di awal pendirian LP3KN.
Sebagai lembaga “bersama” antara Pemerintah, Gereja (KWI) dan masyarakat Katolik, LP3KN diharapkan dapat menjadi laboratorium pembinaan umat Katolik dalam menghayati salah satu dimensi keimanan yaitu liturgi. Menteri Agama, Nasaruddin Umar saat membuka Munas lalu mengatakan, LP3KN melalui penyelenggaraan Pesparani menjadi “bengkel spriritualitas” umat Katolik di Indonesia. Pernyataan Menteri ini mengadung makna yang mendalam. Pesprani bukanlah tujuan melainkan menjadi jembatan, jalan, medium untuk pembinaan rohani atau iman umat.
Karenanya, LP3KN memikul tanggung jawab yang tidak ringan. Bagaimana menjaga visi dan misi, keseimbangan antara semua stakeholder, menjadi perutusan yang tidak ringan.
Sumber: Majalah HIDUP, No.24 Tahun Ke-79, Minggu, 15 Juni 2025