web page hit counter
Minggu, 7 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Pada Festival Merjosarian 3, Patung Bunda Maria Turut Diarak

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Para frater dan bruder SMM Skolastikat Malang memeriahkan kegiatan karnaval yang diselenggarakan oleh Kelurahan Merjosari, Malang pada hari Sabtu, 12/7. Kegiatan ini adalah bagian dari rancangan acara Festival Merjosarian 3 yang diselenggarakan setiap tahun.

Festival Merjosarian 3 yang diselenggarakan pada tahun ini mengusung tema, “Bertumpu pada lokalitas, menuju Merjosari cerdas Berkualitas.” Kegiatan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi komunitas SMM karena diberi kesempatan untuk memperkenalkan kekhasan agama Katolik, mengingat bahwa warga kelurahan Merjosari adalah mayoritas beragama muslim.

RW 13 berpose bersama di halaman depan seminari Montfort.

Kelurahan Merjosari memiliki 13 RW, dengan 92 RT di dalamnya. Komunitas Skolastikat Malang tergabung dalam RW 13, RW terakhir kelurahan Merjosari yang baru mekar. Di dalamnnya terdapat lima RT, dan komunitas SMM masuk dalam RT 01. Sebagaimana telah disinggung tadi bahwa lingkungan di seputar komunitas seminari adalah umat beragama muslim. Kepercayaan yang diberikan oleh pihak RW kepada seminari dalam memeriahkan kegiatan ini menjadi kesempatan berharga untuk memperkenalkan agama Katolik.

Festival Merjosarian telah dimulai dari tanggal 26 Juni 2025 dan akan berakhir nantinya pada tanggal 19 Juli 2025. Hanya saja, para frater dan bruder baru diberi kesempatan untuk tampil pada tanggal 4 Juli 2025 pada saat acara malam kesenian.

Baca Juga:  Paus Leo tentang AI: Generasi Baru Harus Dibantu, Bukan Dihalangi

Pada momen ini, para frater dan bruder SMM yang menjadi perwakilan dari RW 13 membawakan acara yang menampilkan nyanyian-nyanyian daerah dengan menambahkan tariannya. Pagi harinya, tertanggal 5 Juli 2025, para frater dan bruder diperkenankan untuk membawakan tarian Ja’i untuk menyambut kedatangan tamu penting dari pemerintah.

Foto bersama para frater dan umat muslim-warga 13

Untuk memaknai tema festival yang diusung pada tahun 2025 ini, RW 13 mengangkat tema toleransi antar umat beragama. Hal ini dibuat mengingat di dalam RW 13, terdapat beberapa keyakinan agama yang berbeda, salah satunya adalah agama Katolik. RW 13 kemudian menjadikan pluralitas ini sebagai bentuk kekhasan yang mesti diperkenalkan kepada khalayak ramai.

Tidak hanya itu, pengangkatan toleransi antar umat beragama ini menjadi sebuah ajakkan agar setiap orang mesti saling mengahrgai perbedaan, dan berusaha menciptakan kedamaian antar umat beragama. RW 13 kemudian membuat acara “payung agama,” dan bagian-bagian dari payung tersebut diberi ikon-gambar yang menjadi kekhasan dari masing-masing agama.

Selama dalam penampilan, warga RW 13 menyanyikan lagu “nyanyian perdamaian.” Kata-kata ynag tertuang di dalam lagu ini sejatinya menjadi suatu harapan bahwa semua agama mencintai dan menghargai perbedaan. Sebagaimana yang terungkap dalam refren lagu ini, “Islam cinta kedamaian/Kristen penuh kasih sayang/Konghucu sabar pengertian/Hindu suka ketenteraman/Budha sumber kebajikan/mari kita hidup berdampingan/bicara lintas agama/di taman hati yang indah/Pancasila perekat hidup bangsa.”

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza
Pastor Anar, SMM dan umat muslim berpose di depan ikon agama Katolik

Dalam karnaval ini, para frater dan bruder berjalan bersama Bunda Maria menyusuri jalanan di kota Malang. Patung Bunda Maria berdiri megah di mobil pick up dalam sebuah tandu dengan ditambahkan dekorasi bunga yang telah dibuat oleh para frater sendiri. Para frater dan bruder berjalan di belakang mobil tersebut dengan mengenakan pakaian kebiaraan.

Para frater dan bruder juga didampingi oleh tiga romo yang merupakan formator di seminari, yakni Pastor Anar Bani, SMM, Pastor Hedi Hediharto, SMM, dan Pastor Marsel Lobi, SMM. Dalam perjalanan, para frater menampilkan tarian-tarian yang disesuaikan dengan isi lagu yang diputar. Sebagaimana kesan yang sering didengar bahwa ketika berjalan bersama Bunda Maria, perjalanan yang panjang dirasa tidak begitu melelahkan.

Kesan yang demikian juga dialami oleh para frater dan bruder ketika mengadakan karnaval ini. Tidak hanya itu, perasaan bangga akan kekhasan Katolik yang ditampilkan oleh para frater dan bruder melalui ikon salib Yesus dan Bunda Maria terungkap jelas dalam antusiasme para frater dan bruder.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia Pastor Albertus Purnomo, OFM: Dibaptis dengan Roh Kudus dan Api

Karnaval berakhir pada pukul 12.15 WIB. Para frater dan bruder, beserta warga lingkungan RW 13 kembali ke Seminari untuk berkumpul. Setelah berbincang-bincang bersama, para warga pamit dan pulang ke rumah mereka masing-masing.

Para frater dan bruder kemudian melaksanakan makan siang bersama, dan saat itu hadir juga ketua RT 01, beserta petugas lainnya. Kegaiatan karnaval yang telah diselenggarakan pada hari ini telah memberikan suatu decak kagum dalam hati para frater dan bruder SMM oleh karena kekhasan Katolik dapat diperkenalkan kepada khalayak ramai.

Kegiatan ini juga telah membangun kesadaran para frater/bruder bahwa Bunda Maria akan senantiasa menyertai perjalanan kita untuk sampai kepada Yesus, Puteranya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh St. Louis Marie de Montfort, Bunda Maria adalah satu-satunya jalan yang paling aman, nyaman, dan cepat untuk sampai kepada Yesus.

Bunda Maria selalu menggenggam tangan dan berjalan bersama kita. Semoga pengalaman kami ini membantu kita untuk terus teguh dalam iman akan Yesus Kristus dan Bunda-Nya, dan tidak pernah malu mengakui iman kita di hadapan semua orang. Tuhan memberkati.

Laporan Fr. Tino Wendos, SMM (Malang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles