web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Semakin Berakar dan Berbuah

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – PERARAKAN 38 vandel, masing-masing bertuliskan nama komunitas Kongregasi FCh, mengawali Perayaan Ekaristi Syukur yang berlangsung pada Rabu, 9 Juli 2025, di Gereja Santo Yoseph, Palembang, Sumatra Selatan. Sore hari itu para biarawati FCh berhabet putih, sebuah warna yang melambangkan kemurnian dan kesucian, tengah larut dalam sukacita.

Sembilan puluh sembilan tahun sudah Kongregasi FCh hadir di Indonesia, terhitung sejak kedatangan lima misionaris pertama asal Belanda – Suster M. Raymunda Hermans, Suster M. Chatarina Koning, Suster M. Alacoque van der Linden, Suster M. Caecilia Luyten, dan Suster M. Wilhelmina Blesgraaf – pada 9 Juli 1926 di Pelabuhan Boom Baru.

Perarakan 38 vandel oleh para biarawati FCh. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Bersama Pastor Albertus Hermelink Gentiaras, SCJ mereka meninggalkan negeri kincir angin pada 11 Juni 1926, yang bertepatan dengan Pesta Hati Kudus Yesus, dan menempuh perjalanan laut melintasi samudra dengan kapal dagang Insulinde selama lebih kurang empat minggu.

Seratus Kali Lipat

Perayaan Ekaristi Syukur berlangsung meriah. Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, memimpin perayaan yang disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Suster Charitas ini bersama Uskup Agung Emeritus Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ dan Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo serta 39 imam dan seorang diakon.

Sekitar 600 orang, termasuk para biarawati FCh dan tamu undangan, memadati setiap sudut gereja paroki yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 128C tersebut, persis di seberang kompleks biara kongregasi dan Charitas Hospital Palembang.

Dalam homilinya, Mgr. Harun menceritakan tentang sosok Nabi Yeremia, sesuai dengan Bacaan I (Yeremia 17:5-10). Menurutnya, Yeremia adalah seorang nabi pendoa dan pemberani sekaligus penakut. “Manusia memang seharusnya melayani Allah sepenuh waktu, segenap jiwa dan raga, konsisten, seumur hidup, dan tanpa pamrih. Apa yang terjadi pada Yeremia berlaku juga bagi kita. Panggilan Allah sangat serius, dan ini perlu disyukuri dan dihidupi dengan setia. Bukan melakukan rencana kita sendiri, melainkan melakukan rencana Allah bagi umat-Nya,” ujarnya.

Layaknya Yeremia, manusia acapkali berhadapan dengan berbagai tantangan, yang menguras tenaga dan pikiran. “Yeremia mempunyai seorang sekretaris bernama Barukh. Ia sering curhat kepada Barukh. Andai Anda menderita karena Pemimpin Umum Anda, Suster M. Patricia, FCh, yang memberi Surat Keputusan (SK), mencabut Anda dari tempat tertentu, dan membenamkan Anda di tempat lain, Anda boleh mengatakan apa saja. Anda boleh mengatakan apa saja kepada beliau, seperti Yeremia menjerit kepada Tuhan. Namun hendaklah mengerti kalau Pemimpin Umum Anda hanya bisa berkata: ‘Saya tidak dapat berbuat banyak kecuali saya sangat mengerti jika Anda melakukan SK itu,’” imbuhnya.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Mgr. Harun berharap para biarawati FCh tetap setia kepada Tuhan. “Maka panggilan dan hidup Anda akan berbuah berkali lipat. Bahkan mungkin seratus kali lipat,” ungkapnya.

Bibit Pohon Alpukat

Satu hal yang membedakan Perayaan Ekaristi Syukur tersebut dengan Perayaan Ekaristi pada umumnya adalah pemberkatan bibit pohon alpukat.

Menjelang berkat penutup, Mgr. Harun menyampaikan doa dan memerciki empat bibit pohon alpukat dengan air suci. “Kami mohon, sudilah memberkati pohon-pohon yang akan kami tanam di mana pun komunitas para suster FCh berada. Semoga sebagaimana kami harapkan, pohon-pohon ini memiliki akar yang kokoh, bertumbuh subur, dan berbuah berlimpah. Semoga dengan memandang pohon ini, kami diingatkan akan belas kasih dan kesetiaan-Mu yang senantiasa menyertai dan memberkati penziarahan hidup kami,” ujarnya.

Biarawati FCh menyanyikan theme song “100 Tahun FCh di Indonesia.” (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Kemudian Pemimpin Umum Kongregasi FCh menyerahkan keempat bibit pohon alpukat tersebut kepada empat biarawati FCh, yang mewakili seluruh anggota kongregasi. Mereka adalah Suster M. Yoseline, FCh – mewakili Komunitas Santo Fransiskus Palembang sebagai komunitas pertama di Indonesia; Suster M. Stella, FCh – mewakili Komunitas Rumah Generalat; Suster M. Leonora, FCh – mewakili komunitas misi terbaru, yakni Komunitas Charitas di Mississippi, Amerika Serikat; Maria – mewakili saudari muda sebagai generasi penerus yang akan meneruskan estafet misi Charitas di tengah Gereja dan dunia.

Tentu Kongregasi FCh memiliki pertimbangan khusus terkait pemilihan bibit pohon alpukat. “Pohon alpukat dipilih sebagai simbol pohon yang berbuah, dan buahnya berguna bagi kesehatan manusia. (Pohon alpukat) dapat ditanam dan bertumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. (Pohon alpukat) juga memiliki durasi waktu produksi yang panjang,” ujar Suster M. Carolisa, FCh, Dewan I Kongregasi FCh.

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh

Makna Logo

            Tak hanya Perayaan Ekaristi Syukur, pada hari penuh makna tersebut para biarawati FCh juga secara resmi mengawali rangkaian kegiatan yang berlangsung selama satu tahun untuk menyambut hari jadi kongregasi ke-100. Terbagi dalam beberapa divisi, rangkaian kegiatan bertema “Berakar dan Berbuah dengan Sukacita” ini mencakup aksi kemanusiaan, aksi ekologi, kompetisi, seminar dan workshop, safari kor, dan bedah buku.

“Tujuan pelaksanaan rangkaian kegiatan sepanjang tahun adalah mengingatkan kami akan perjalanan hidup kami dan mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan kepada kami dan apa yang sudah dirintis oleh para misionaris. Kami diingatkan untuk hadir kembali di tengah masyarakat, mungkin karena kami masih belum sepenuhnya menyentuh mereka. Perkembangan zaman kadang menjauhkan kami dari visi-misi kami. Kami juga kembali diajak untuk menjalankan apa yang sudah dicanangkan oleh para misionaris,” ujar Suster M. Albertin, FCh, selaku Ketua Panitia dan Dewan II Kongregasi FCh.

Tiga penari cilik mengawali perarakan persembahan. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Pembukaan selubung logo “100 Tahun FCh” oleh Mgr. Harun, yang diiringi tabuhan kendang, mengawali seremoni sederhana yang digelar di pelataran gereja paroki tersebut. Turut mendampingi Sang Gembala adalah Pemimpin Umum Kongregasi FCh. Logo ini memiliki lima elemen, yakni peta Indonesia, akar dan buah, dua tangan menengadah dan menopang lingkaran hijau, lingkaran hijau, dan burung merpati.

Setiap elemen mengandung makna tersendiri. Peta Indonesia melambangkan pertumbuhan dan perkembangan Kongregasi FCh di Indonesia dan warna-warni pulau melambangkan asal dan latar belakang anggota kongregasi yang menyatu dalam persaudaraan. Akar dan buah masing-masing menggambarkan kongregasi yang mendasarkan seluruh aspek kehidupan pada Kristus, Injil, karisma pendiri, dan spiritualitas kongregasi dan harapan akan terwujudnya semangat belarasa-yang-tak-terbagi dalam tindakan nyata bagi kemuliaan Allah dan keselamatan serta sukacita bagi sesama, Gereja, dan semesta.

Sementara dua tangan menengadah dan menopang lingkaran hijau memiliki makna keterbukaan, kesiapsediaan, dan ekspresi kegembiraan dan syukur atas anugerah kepercayaan dan panggilan kerasulan untuk mencintai, menjaga, memelihara, dan merawat bumi sebagai “Rumah Kita Bersama.” Lingkaran hijau, yang bertuliskan tema, melambangkan bumi dan tempat di mana para biarawati FCh berada, diutus membawa pengharapan, mengakar dalam Kristus, dan menjadi saksi belas kasih dan sukacita dalam kesatuan sebagai anggota kongregasi, Gereja Lokal dan Gereja Universal serta bagian tak terpisahkan dari alam semesta.

Baca Juga:  Dalam Misa di Beirut, Paus Leo: Bebaskan Hati Kita untuk Membawa Perdamaian dan Keadilan ke Lebanon

Elemen terakhir adalah burung merpati, yang melambangkan cinta, perdamaian, dan Roh Kudus. Panggilan yang menampakkan sukacita hidup adalah anugerah dan mesti bersumber dari Roh Allah. Cinta dan perdamaian menjadi cara hidup dan kesaksian yang terus diperjuangkan dalam hidup persaudaraan dan perutusan, kapan pun dan di mana pun, dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal.

Secara keseluruhan, logo tersebut memiliki makna penziarahan Kongregasi FCh di tengah Gereja dan dunia dalam terang Roh Kudus, yang mengakar pada Kristus dan berbuah dalam wujud nyata belas kasih dan sukacita bagi sesama, Gereja, dan semesta.

Semakin Kuat

            Menyinggung tema rangkaian kegiatan menyongsong hari jadi kongregasi ke-100, Pemimpin Umum Kongregasi FCh, Suster M. Patricia, FCh mengajak para biarawati FCh untuk semakin berakar dan berbuah. “Sudah saatnya kita memperdalam akar kita pada Kristus sendiri. Kita memperpanjang akar kita pada spiritualitas pendiri kita sehingga pertumbuhan kongregasi kita semakin kokoh. Angin, badai, tantangan, rintangan, dan hambatan tidak menyurutkan semangat kita, semangat cinta kasih yang kita terima dari Muder Theresia Saelmaekers,” ujarnya.

Akar rohani, jiwa, dan hati nurani para biarawati FCh harus semakin kuat. Dengan demikian, semua karya yang dilakukan dengan sepenuh hati menghasilkan buah-buah manis yang dapat dirasakan oleh semakin banyak orang. “Kita sadar bahwa kehadiran kita di tengah Gereja, terutama keuskupan-keuskupan di mana para suster hadir dan Keuskupan Agung Palembang, telah dimulai,” ungkapnya.

Katharina Reny Lestari dari Palembang, Sumatra Selatan

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 29, Tahun Ke-79, Minggu, 20 Juli 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles