HIDUPKATOLIK.COM – Perjalanan panjang Forum Pendamping Buruh Nasional (FPBN) penuh perjuangan. Setiap tahun diadakan pertemuan secara nasional yang memiliki tujuan untuk membangun jejaring yang lebih luas. Pada tahun ini Keuskupan Tanjungkarang mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Tema yang diusung: “Bergerak Bersama Buruh Menuju Keadilan Sosial dan Kemanusiaan.”
Pertemuan FPBN diselenggarakan pada Rabu, 17-19 September 2025 bertempat di RPCB Matow Way Hurik Tanjungseneng, Bandar Lampung. Acara dibuka dengan Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo.
Gerak Bersama
Menurut Koordinator Panitia FPBN Falentinus Andi, saat ini dunia perburuhan tidak sedang baik-baik saja. Ia menyebut beberapa hal: upah jauh di bawah hidup layak. PHK masih banyak terjadi. Kepastian kerja tidak ada. Jaminan keselamatan kerja masih jauh dari ideal. Hukum masih belum berpihak kepada para buruh dll.
Buruh membutuhkan satu gerakan bersama untuk bersatu menyuarakan keadilan bagi dirinya sendiri. Masih banyak buruh yang belum sejahtera. Masih banyak ketimpangan sosial bagi kaum buruh di negara kita ini.

Falentinus berharap, bahwa setiap keuskupan mulai menyuarakan kembali tentang pastoral perburuhan, di mana ASG telah berbicara sejak Konsili Vatikan II. Buruh adalah manusia yang harus kita hormati. Mereka mempunyai martabat kemanusiaan. Martabat kemanusiaan ini yang harus menjadi dasar bagi kita untuk menjadikan mereka sahabat seperjalanan untuk memperjuangkan kesejahteraan. “Ketika kita berbicara buruh, itu berarti tidak hanya “individu buruh” itu saja, tetapi ada suami atau istri dan anak-anak mereka. Mereka semua punya hak untuk sehat, berpendidikan dan hidup sejahtera,” tandas Falentinus.
Tugas Panggilan
Ketua Rumpun Kemasyarakatan Keuskupan Tanjungkarang Rm. Philipus Suroyo Pr mengatakan pastoral perburuhan menjadi bagian tugas panggilan, perutusan setiap orang beriman. Dan yang memanggil adalah Allah karena kita telah menerima berkat-Nya lewat sakramen khususnya Sakramen Permandian, Sakramen Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Kita menghadirkan wajah Kristus yang tulus dan penuh kerahiman. Dengan demikian kita menjadi terang dan garam bagi dunia,” ujar Rm. Roy, sapaan akrabnya.
Semoga lewat pertemuan ini memberikan pemikiran-pemikiran yang positif dan kontribusi bagi kaum buruh. Kita sendiri pun diberi energi dan spirit yang baru untuk melakukan karya kemanusiaan. Sekecil apa pun yang kita lakukan bagi mereka, mari kita lakukan dengan cinta yang besar, ajak Rm. Roy.
Mengikis Sikap Ego
Uskup Vinsensius mengucapkan terimakasih karena keuskupan Tanjungkarang diberi kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Ia mengatakan perjalanan panjang Gereja yang sudah 2025 tahun ini harus berani ‘keluar, kotor dan berdarah-darah.’
Uskup berharap dengan pertemuan ini, sedikit demi sedikit kita semua berani mengikis sikap ego, mementingkan diri sendiri. Gereja harus berkontribusi kepada orang-orang yang membutuhkan terutama yang kecil dan lemah. Tema FPBN tahun ini juga, lanjut Uskup, sejalan dengan Arah Dasar Keuskupan Tanjungkarang VIII: Tahun Keadilan Sosial Kemanusiaan.
Uskup mengajak agar Gereja membuka jendela dan pintu selebar-lebarnya untuk sesama. “Selamat pertemuan. Selamat mewujudkan kerjasama untuk kepentingan umum.”
Pertemuan FPBN ini dikemas dengan berbagai acara. Ada sharing terkait dengan pastoral perburuhan baik antar lembaga dan keuskupan. Diskusi tentang situasi perburuhan dan hukum perburuhan dengan mendatangkan narasumber Prof. Dr. Tisnanta Akademisi Fakultas Hukum Unila dan Aktivis Buruh Yohanes Joko Purwanto. Selain itu, diadakan refleksi oleh Uskup Vinsensius. Hari terakhir para peserta outing tentang koperasi di Mekar Sai.

Acara ini dihadiri peserta dari Keuskupan Bogor, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung, dan Keuskupan Pangkal Pinang.
Hadir pula Ketua Rumpun Kemasyarakatan Keuskupan Tanjungkarang, Ketua Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Tanjungkarang, Ketua Pusat Pastoran Keuskupan Tanjungkarang, Seluruh Anggota Badan Pengurus KKPPMP, Pemuda Katolik, PMKRI, WKRI, Vox Point, dan ISKA.
Sr. M. Fransiska, FSGM (Lampung)






