web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Hari Kedua SAGKI 2025 Memperlihatkan Keresahan Bersama

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM— SIDANG Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 memasuki Hari kedua. Semangat kebersamaan Gereja Indonesia semakin menyala. Setelah perjalanan panjang pra-SAGKI di berbagai provinsi gerejawi, kini para perwakilan dari seluruh Indonesia berkumpul untuk merefleksikan perjalanan iman yang telah ditempuh dan menatap arah misi Gereja ke depan dengan penuh pengharapan.

Dalam suasana hangat di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, pada Selasa (4/11), para utusan dari 10 provinsi gerejawi mempresentasikan hasil pembahasan yang sebelumnya telah dilakukan di tingkat keuskupan dan provinsi. Mereka menelusuri bagaimana misi Gereja bermula di wilayah masing-masing dan berjuang hingga kini, seraya menghidupi tema besar SAGKI 2025 “Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Mewujudkan Gereja yang Sinodal dan Misioner.”

Menurut Uskup Agung Semarang sekaligus Wakil Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, tema ini mengandung makna mendalam.   “Melalui tema ini, kita diajak berjalan bersama menuju satu tujuan, kebahagiaan sejati. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita ingin mewujudkan iman yang utuh dalam semangat 100% Katolik, 100% Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh

Dari berbagai presentasi, tampak bagaimana misi Gereja Katolik di Indonesia hampir selalu berawal dari kehadiran para misionaris. Para imam dan suster pionir itu bekerja keras dalam berbagai bidang: pendidikan, kesehatan, sosyal-ekonomi, hingga pelayanan pastoral yang menjangkau pelosok. Dari sekolah-sekolah Katolik, universitas, rumah sakit, hingga koperasi umat, semua menjadi buah dari karya iman yang diwujudkan dalam pelayanan nyata.

Kini, semangat pewartaan itu berkembang. “Gereja tidak lagi hanya berbicara tentang pelayanan rohani, tetapi juga tentang pelayanan bagi kemajuan umat manusia secara utuh,” lanjut Mgr. Rubiyatmoko. “Kehadiran Gereja diharapkan semakin nyata, baik bagi umat Katolik sendiri maupun bagi masyarakat luas.”

Suara Umat dan Keresahan Bersama

Dari hasil paparan para delegasi, muncul pula sejumlah keresahan dan tantangan nyata yang dihadapi Gereja Indonesia, baik secara internal maupun eksternal.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Tantangan internal yang paling menonjol adalah soal pembinaan iman.  “Kesadaran hidup menggereja di beberapa daerah masih rendah. Banyak umat yang imannya mudah goyah oleh arus duniawi. Karena itu, pembinaan iman menjadi kebutuhan mendesak bagi Gereja Indonesia saat ini,” ungkap Mgr. Rubiyatmoko.

Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia khususnya imam, tenaga pastoral, dan katekis masih menjadi persoalan serius. Para katekis yang menjadi ujung tombak pewartaan di banyak daerah sering kali bekerja dengan sarana dan dukungan terbatas. Beberapa keuskupan juga mengungkapkan rasa inferioritas umat karena status minoritas dan keterbatasan dana.

Masalah lain adalah benturan antara iman dan adat istiadat yang tidak sejalan dengan ajaran Katolik. “Kita tidak bisa melepaskan diri dari budaya, tetapi juga harus berani membina dan menyaring nilai-nilai yang tidak senapas dengan iman,” jelasnya.

Di sisi eksternal, Gereja menghadapi tantangan modernitas yang kompleks. Sekularisasi dan modernisasi telah mengubah pola pikir umat yang tidak selalu ke arah yang positif.  “Regulasi pemerintah yang berubah-ubah juga berdampak pada kehidupan bersama, termasuk soal pendirian tempat ibadah yang belum selalu mudah,” ujarnya. 

Baca Juga:  Penyuluh Katolik Berkolaborasi dengan Komunitas Doa Santa Faustina Melaksankan Pembinaan Iman di Rutan Wirogunan

Luasnya wilayah pelayanan, keterbatasan tenaga dan pendanaan, serta rusaknya lingkungan akibat tambang dan deforestasi turut menjadi keprihatinan bersama. Gereja Katolik menegaskan kembali komitmennya terhadap misi penyelamatan lingkungan sesuai semangat Laudato Si’ untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama.

Menutup pemaparannya, Mgr. Rubiyatmoko dalam konferensi pers menegaskan kembali arah langkah Gereja Indonesia ke depan. Dengan semangat sinodalitas, Gereja Indonesia melangkah sebagai peziarah pengharapan yang setia pada Injil, bersaudara dengan semua orang, dan berjuang menghadirkan damai, keadilan, serta martabat bagi setiap anak bangsa. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Gereja percaya bahwa Indonesia adalah tanah rahmat tempat iman bertumbuh, budaya dihargai, dan kasih Kristus menjadi cahaya bagi kehidupan bersama.

Felicia Permata Hanggu





TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles