HIDUPKATOLIK.COM— KALA Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, OSC, naik ke podium. Sorot matanya menyapu para uskup, imam, dan tamu undangan yang hadir pada Perayaan Ekaristi bagi Karya Pelayanan Bapa Suci Paus Leo XIV di Katedral Jakarta pada Senin, 10/11/2025.
Mgr. Antonius membuka sambutannya dengan menyinggung momen bersejarah pada tanggal 8 Mei 2025, hari terpilihnya Paus Leo XIV. “Kata-kata pertama Bapa Suci adalah ‘Damai Sejahtera bagimu, bagi kalian semua’,” kenang Mgr. Antonius. Seruan sederhana itu, menurutnya, adalah undangan bagi seluruh umat untuk membangun jembatan untuk menyambung hati dengan siapa pun yang berkehendak baik, menumbuhkan budaya kasih terutama bagi mereka yang miskin, lemah, letih, dan lesu. Agar dalam Tuhan, semua manusia menjadi satu keluarga besar.
Namun di balik rasa syukur itu, sambutan tersebut juga dipenuhi nada perpisahan. Atas nama seluruh Gereja Katolik di Indonesia, para kardinal dan uskup, Mgr. Antonius menyampaikan terima kasih mendalam kepada Nunsius Apostolik, Uskup Agung Piero Pioppo, atas karya dan pelayanannya selama delapan tahun bertugas di Indonesia. “Doa, karya, dan persahabatannya telah membuat kami merasa dekat dengan Bapa Suci,” ujarnya. Dari masa mendiang Paus Fransiskus hingga kini bersama Paus Leo XIV, kehadiran Nunsio selalu menjadi representasi nyata kasih Gereja Universal.
Ucapan terima kasih itu bukan sekadar formalitas. Ia disampaikan dengan penuh kenangan konkret. Mgr. Antonius menyebut satu per satu perjalanan Mgr. Pioppo yang bermula dari ujung barat, Keuskupan Agung Medan, hingga timur jauh Keuskupan Agung Merauke. Bahkan tak luput wilayah pedalaman Keuskupan Agats-Asmat yang sulit dijangkau. Dari utara Manado dan Kepulauan Maluku hingga ke Flores dan Weetebula di selatan. Perjalanan panjang itu membuat sosok Nunsio begitu akrab di tengah para gembala dan umat Katolik Indonesia.
“Lebih dari setengah para uskup yang hadir di sini menduduki kegembalaan keuskupannya berkat doa dan kerja keras Bapa Nunsio,” ujarnya dengan nada bercampur sukacita. Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan warna humor, “Dari uskup yang muda sampai yang sudah berwajah tua, dari yang senyum manis sampai yang berkumis lebat, semua pernah merasakan sentuhan hati dari Nunsio Piero Pioppo.” Kalimat itu pun memancing tawa ringan.
Di balik humor itu, tersimpan cerita kecil yang memperlihatkan kedekatan personal. Selama delapan tahun, Mgr. Antonius kerap berbincang dengan Nunsio bersama Bapa Kardinal, ditemani secangkir kopi hingga sepiring spaghetti. Percakapan mereka selalu berputar pada Gereja Indonesia tentang harapan, tantangan, dan impian. “Selalu meneguhkan,” ujar Mgr. Anton singkat namun penuh makna.
Kini, sang Nunsio harus melangkah ke babak baru dengan tugas diplomatik barunya di Kerajaan Spanyol dan Kepangeranan Andora. Mgr. Antonius tidak lupa menyelipkan canda bahwa baru ketika Nunsio mulai fasih berbahasa Indonesia dan paham betul konsep gotong royong, justru ia dipindahkan. “Biarlah semangat gotong royong itu diterapkan juga di Spanyol sesuai dengan kondisi dan situasinya,” ujarnya sambil tersenyum.
Sebagai balasan, Mgr. Antonius pun menawarkan undangan, “Jika rindu nasi kucing atau nasi kuning, datanglah kembali. Ada banyak saudara dan sahabat di sini yang akan menemani.”
Menjelang akhir sambutan, dengan kerendahan hati, Mgr. Antonius memohon maaf bila ada yang kurang berkenan selama masa karya Duta Besar Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia itu sejak 14 November 2017 hingga 18 November 2025. Ia pun menutup sambutannya dengan doa, “Selamat berkarya. Tuhan memberkati kita semua.”
Felicia Permata Hanggu






