HIDUPKATOLIK.COM— Hanya beberapa hari setelah banjir bandang meluluhlantakkan kawasan Sumatera, wajah Desa Hutagodang di Tapanuli Selatan berubah menjadi hamparan puing dan lumpur. Di tengah kehancuran itu, Caritas Indonesia (Yayasan KARINA-KWI) hadir dengan langkah cepat menjadikan sebuah upaya nyata Gereja Katolik merangkul para penyintas bencana yang kehilangan hampir segalanya.

Ketika Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Pastor Fredy Rante Taruk, tiba di desa tersebut, pemandangan yang tersaji nyaris tak terbayangkan di mana rumah-rumah rata tanah, gereja berlumur lumpur, dan kayu gelondongan berserakan setinggi tubuh manusia. “Ini rumah saya sudah tidak ada… Kami lari hanya dengan baju di badan,” ungkap seorang perempuan berkerudung sambil menunjuk bekas lokasinya, air mata terus mengalir. Ia dan anaknya kini hanya memiliki pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Melihat situasi yang begitu pilu, Pastor Fredy bersama perwakilan Keuskupan Sibolga: Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Sibolga, Pastor Ignatius Purwo OSC dan Direktur Caritas-PSE Keuskupan Sibolga, Pastor Walter Manurung, menyapa satu per satu para penyintas sambil membagikan 150 paket makanan.
Di titik yang sama, ia mengumumkan rencana pembukaan pos layanan kemanusiaan di Desa Hutagodang. “Kami berharap layanan ini bisa meringankan beban penyintas. Akan ada dapur umum, layanan kesehatan, dan berbagai kebutuhan dasar lainnya,” ujarnya.
Solidaritas dari Berbagai Keuskupan
Hingga hari ini, Rp 1,8 miliar telah terkumpul melalui Caritas Indonesia.
Tak hanya Sibolga. Dari Medan, solidaritas mengalir deras. Sebelas truk logistik dikerahkan Caritas Keuskupan Agung Medan menuju wilayah-wilayah terdampak di Keuskupan Padang, Medan, dan Sibolga. Seluruh jaringan Caritas di Indonesia bergerak serempak, memastikan bantuan tiba secepat mungkin di titik-titik kritis.

Gereja Katolik di seluruh Indonesia pun sigap merespons. Keuskupan-keuskupan menggalang dana, salah satunya Keuskupan Surabaya melalui pesan publik Uskup Surabaya, Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo di media sosial. Solidaritas dari umat dan masyarakat umum terus mengalir.
Bantuan prioritas yang sangat dibutuhkan meliputi genset air, tenda, terpal, selimut, beras, minyak goreng, sepatu boot, hingga peralatan sekolah.
Caritas Indonesia menegaskan bahwa mereka tidak menerima pakaian bekas, makanan kedaluwarsa, maupun minuman kemasan instan yang tidak layak.
Duka Mendalam
Tragedi banjir bandang dan longsor ini menjadi salah satu bencana terbesar di Indonesia tahun ini. Data BNPB mencatat 914 korban meninggal di tiga provinsi, angka yang meningkat dari hari sebelumnya.
- Aceh: 359 jiwa
- Sumatera Utara: 329 jiwa
- Sumatera Barat: 226 jiwa
Selain itu, 389 orang masih dinyatakan hilang, dan tim SAR terus melakukan pencarian nonstop.
Kepala Pusat Data BNPB, Abdul Muhari, menegaskan bahwa angka ini kemungkinan masih dapat bertambah seiring masuknya laporan baru dari wilayah yang sulit dijangkau.
Di tengah kehancuran itu, Caritas Indonesia terus berkomitmen untuk membantu para korban dengan membuka pos-pos layanan dan menyalurkan seluruh bantuan yang dipercayakan kepada mereka.
Felicia Permata Hanggu





