Renungan Minggu, 5 Februari 2017 : Menjadi Garam dan Terang Dunia

4156
[id-id.facebook.com]
3.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com - Minggu Biasa V: Yes 58:7-10; Mzm 112:4-5,6-7,8a,9; 1Kor 2:1-5; Mat 5:13-16

KUTIPAN Injil menurut Matius diambil dari pesan Yesus, yang telah dikumpulkan dalam Khotbah di Bukit (Mat 5-7). Di situ ditampung ajaran baku Yesus bagi setiap orang, yang ingin menjadi murid sejati-Nya. “Kamu adalah garam dunia”, dan “Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:13-16). Apa makna pesan Yesus itu bagi kita sebagai Gereja-Nya?

Sejak dahulu, garam merupakan kebutuhan baku untuk hidup manusia. Garam memberi rasa lezat, memberi daya memelihara lama atau mengawetkan sesuatu. Bahkan garam menimbulkan rasa haus akan sesuatu yang lain. Kenyataan sehari-hari inilah yang dipakai Yesus untuk menyampaikan syarat, yang mutlak perlu untuk meneruskan Kabar Gembira, yaitu Injil-Nya sebagai santapan makanan lezat kepada masyarakat.

Dalam Perjanjian Lama pun garam dipakai secara simbolis untuk tujuan keagamaan. Misalnya, “Dalam setiap persembahanmu yang berupa korban sajian, haruslah kau bubuhi garam, janganlah kau lalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kau persembahkan garam” (Im 4:13). Bahkan juga dipakai istilah “perjanjian garam” (Bil 18:19). Perjanjian garam ini berarti suatu hubungan atau relasi yang menetap dan makan garam bersama orang lain itu berarti memasuki ikatan setia satu sama lain. Paulus menegaskan: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol 4:6). Mengapa demikian? Jawabannya: “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu akan mengasinkannya?” (Mrk 9:50).

Apa maknanya bahwa garam bisa menjadi hambar atau kehilangan rasa asinnya? Bagi kita sekarang, garam selalu tetap asin dan tak hambar! Di zaman Yesus, garam tak dibuat dan dimurnikan dari unsur-unsur campuran seperti garam kita saat ini. Karena tercampur dengan unsur-unsur lain, rasa garam itu berubah dan bisa kehilangan rasa khususnya. Nah, sifat garam inilah yang dipilih Yesus untuk menggambarkan sifat orang apabila menjadi murid-Nya, yaitu: tetap setia atau tidak setia sebagai murid Yesus.

Setiap orang yang ingin menjadi murid sejati Yesus harus tahu kapan dan bagaimana ia mengubah sikap dasar hidupnya, apabila “masakan hidangan ajaran Yesus” terasa hambar dan tidak cocok lagi dengan seleranya sendiri. Ia harus tahu dan mau berusaha untuk mempertahankan dan memupuk kembali keadaan hidupnya menurut iman, apabila makin terasa bertentangan dengan “rasa” injili atau alkitabiah yang benar! Ia harus setia dan loyal terhadap janjinya kepada Tuhan melalui baptis dan penerimaan sakramen-sakramen Gereja. Paulus mengatakan, murid sejati Yesus adalah orang yang tahu “berbicara” (artinya: berpikir, bersikap, berkata, dan bertindak) sesuai dengan nasihat dalam Kol 4:6.

Apa hubungan antara pesan Yesus “Kamu adalah garam dunia” dan “Kamu adalah terang dunia”? Pertama-tama karena Yesus sendiri adalah Terang Dunia! Murid-murid-Nya juga harus menjadi terang dunia. Terang mempunyai makna menghilangkan kegelapan! Artinya, menghilangkan kejahatan dan dosa, yang timbul dari kebodohan, ketidaktahuan, praduga, dan kepentingan diri sendiri. Yesus adalah terang, sebab wajah-Nya bersinar dan menunjukkan diri seperti ada-Nya, yaitu sebagai segala-galanya yang baik dan benar. Nah, itulah pula yang harus menjadi teladan bagi para murid Yesus sebagai terang dunia. Yang dilakukan Yesus dan apa yang juga harus dilakukan murid-murid-Nya ialah apa yang dikatakan Yesaya: “Membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah” (Yes 58:7), “melihat orang telanjang….engkau memberi dia pakaian” (ay.8), “memuaskan hati orang yang tertindas” (ay.10). Apabila itu yang dilakukan murid-murid Yesus, maka terjadilah apa yang dikatakan oleh Yesaya: “Terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari” (Yes 58:10).

Injil Matius hari ini mengingatkan kita secara sederhana, namun tegas dan jelas akan keadaan dan tugas kita sebagai umat yang telah dibaptis sebagai murid sejati Yesus. Kita harus mewartakan dan melaksanakan Injil kepada semua orang dengan kata dan perbuatan sebagai garam dan terang dunia.

Mgr F. X. Hadisumarta OCarm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here