HIDUPKATOLIK.COM – I encourage the contribution of so many women who work within the family, in the areas of teaching the faith, pastoral work, schooling, but also in social, cultural and economic structures. You women know how to embody the tender face of God, his mercy, which is translated into a willingness to give time rather than to occupy space, to welcome rather than to exclude. (Paus Fransiskus)
PADA 27 April 2025 Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) sebuah federasi organsasi Perempuan terbesar di Indonesia dengan 112 organisasi anggota di bawahnya menyelenggarakan perayaan bersama untuk peringatan 3 kepercayaan yakni Halal bi Halal (Islam), Paskah (Katolik dan Kristen) dan Nyepi-Galungan (Hindu). Di awal sambutan dan refleksinya Ketua Umum Kowani. Nannie Hadi Tjahjanto menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Bapa Paus Fransiskus sebagai seorang tokoh agama yang dikenal akan nilai-nilai kemanusiaannya, inklusivitas dan keberpihakan kepada kaum Perempuan anak-anak dan mereka yang terkucilkan. “Perayaan Paskah bagi umat Katolik dan Kristen menjadi pengingat akan cinta kasih Allah bagi umatnya agar mampu mengasihi sesama,” ungkapnya.
Wajah Lembut Tuhan
Selama sembilan hari setelah pemakaman Bapa Paus Fransiskus ditetapkan sebagai masa berkabung bagi umat Katolik di seluruh dunia, sekaligus saat yang tepat untuk mengenang kembali pesan-pesan inspiratif Paus khususnya bagi kaum Perempuan. Perhelatan yang diselenggarakan di Pendopo Wijaya Kusuma, Jakarta ini dihadiri tak kurang dari 200 orang pengurus dan aktivis dari berbagai organisasi serta mitra strategis Kowani. Pernyataan Paus di atas menekankan pada kontribusi kaum Perempuan di dalam keluarga, pengajaran iman, karya pastoral, pendidikan, tetapi juga dalam struktur sosial, budaya, dan ekonomi. Paus berpendapat bahwa para wanita tahu bagaimana mewujudkan wajah lembut Tuhan, belas kasih-Nya, yang diterjemahkan ke dalam kesediaan untuk memberi waktu daripada melewatinya, untuk menyambut daripada mengucilkan.

Berkaitan dengan hal ini, Nannie Hadi menekankan pentingnya Kerjasama lintas organisasi secara Pentahelix. Perayaan bersama ini juga menunjukkan bahwa Kowani merupakan organisasi yang menjunjung keberagama lintas organisasi, agama dan profesi. “Kowani bukan sekedar rumah besar nasional tetapi wajah Perempuan Indonesia di mata dunia melalui program-program strategis” tegasnya. Ditambahkan, bahwa tantangan organisasi yang akan memasuki usia 1 abad ke depan ini adalah bagaimana memperkuat diplomasi Perempuan di mata dunia. Kowani dalam hal ini akan membuka pintu bagi generasi Z untuk mau terlibat dalam aktifitas kemasyarakatan sekaligus belajar dari mereka, mendengarkan aspirasi mereka sebagai generasi penerus.
Kiprah Kowani di dunia internasional ditunjukkan melalui peran sertanya di berbagai organisasi yakni sebagai anggota aktif Komisi Status Perempuan (CSW) PBB sejak 1998, berperan aktif dalam forum-forum internasional dalam memperjuangkan hak-hak Perempuan. Disamping itu, Kowani juga menjadi inisiator berdirinya ASEAN Confederation of Women’s Organizations (ACWO) dengan tujuan meningkatkan peran perempuan di berbagai bidang, serta menjadi anggota International Council Women (ICW) yang memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak Perempuan.
Kejeniusan Feminin
Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) sebagai salah satu dari 3 organisasi pendiri Kowani ini, dalam dua tahun terakhir semakin bergerak aktif merangkul, berkolaborasi dengan berbagai organisasi dalam maupun luar negeri. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Elly Kusumawati Handoko, Ketua Presidium DPP Wanita Katolik RI (2023-2028), “kami ingin lebih menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi Perempuan yang memiliki visi selaras dengan Wanita Katolik RI. Dengan bekerjasama kita dapat menjangkau sasaran lebih luas dan cepat, terutama terkait persoalan-persoalan krusial masa kini seperti kekerasan, kemiskinan, kerusakan lingkungan.”

Pemikiran ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bapa Paus Fransiskus, “That women in society must be involved in decision-making is not only right for reasons of equality, but also for the specific insights that women bring to the process. This “feminine genius” will prove most valuable, as women increasingly play major roles in the solution of the serious challenges the world is facing. ” (Intervention By The Holy See at the General Assembly of the UN, 2007). Pernyataan ini mengandung arti bahwa keterlibatan perempuan dalam masyarakat untuk pengambilan keputusan bukan hanya alasan kesetaraan, tetapi juga karena wawasan perempuan dalam proses tersebut. Bapa Paus menganggap “Kejeniusan feminin” ini akan sangat berharga, karena perempuan semakin memainkan peran utama dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi dunia.”

WKRI masuk sebagai anggota ICRP (Indonesia Conference on Religion and Peace) menunjukkan bahwa isu pluralisme, toleransi serta interfaith menjadi ranah yang diprioritaskan. Dengan usia 100 tahun sudah waktunya WKRI go global terlibat dengan organisasi Perempuan dunia. Setelah vakum selama 2 periode, WKRI kembali masuk sebagai anggota WUCWO (World Union of Catholic Women’s Organizatiosn) asosiasi organisasi-organisasi perempuan Katolik seluruh dunia. Dengan masuknya Wanita Katolik RI menjadi anggota dan mempunyai perwakilan dalam Board Member merupakan kesempatan guna memperluas wawasan dan partisipasi dalam kiprah internasional. “WUCWO memperhatikan dan melaksanakan isu-isu yang menjadi perhatian Gereja seperti program lingkungan hidup (Laodato Si), isu migran seperti yang diserukan oleh Paus Fransiskus, isu keluarga, pendidikan karakter dan moral, persaudaraan sejati (frateli tutti),” jelas Justina Rostiawati yang telah menjadi Ketua Presidium DPP Wanita Katolik RI selama dua periode dan saat ini sebagai Board Member utusan Wanita Katolik RI di WUCWO.
Kontribusi tak tergantikan
DPP WKRI kerap mengirim utusan-utusan untuk mengikuti forum-forum lintas agama yang diselenggarakan berbagai institusi seperti Australia Awards Indonesia (AAI). Selama tiga tahun berturut-turut sejak 2018 ada 3 pengurus DPP dan DPD yang lolos seleksi mengikuti Studi Singkat ’Interfaith Women’s Leader Organization’ di Melbourne Australia bersama 25 pemimpin organisasi keagamaan Perempuan lainnya. Disamping mengikuti kuliah di Deakin University, para peserta juga melakukan kunjungan ke organisasi-organisasi Perempuan di Australia diantaranya yang bernaung di Victoria Women’s Center. Penulis merupakan peserta Angkatan pertama yang dikirim pada tahun 2018 dan mengembangkan proyek Pendidikan Keberagaman bagi Guru PAUD. Para peserta AAI sepulang dari Australia wajib menerapkan proyek inklusif mereka sesuai keahliannya.

Apa pesan Paus tentang keberagaman? “When women have the opportunity to fully pass on their gifts to the entire community, the very manner by which society is understood and organized becomes positively transformed by it, managing to better reflect the substantial unity of the human family.” (Pope Francis, Address for Interreligious Dialogue, 9th June 2017). Bahwasanya ketika perempuan memiliki kesempatan untuk mewariskan bakat mereka kepada seluruh masyarakat, mereka akan melakukan perubahan secara positif dan lebih mencerminkan kesatuan hakiki. Laporan keikutsertaan program ini diturunkan dalam sebuah karya buku terbitan Gramedia berjudul “Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Inklusif di Indonesia dan Australia”. Atas nama Wanita Katolik RI buku ini dipersembahkan untuk melengkapi perpustakaan Deakin University.
Paus Fransiskus dalam The Joy of the Gospel, 2013, 103 menyebutkan tentang kekhasan lain dari Perempuan, “The Church acknowledges the indispensable contribution which women make to society through the sensitivity, intuition and other distinctive skill sets which they, more than men, tend to possess.” Dalam hal ini dikatakan bahwa Gereja mengakui kontribusi tak tergantikan yang diberikan perempuan kepada masyarakat melalui kepekaan, intuisi, dan keterampilan khas lainnya yang cenderung mereka miliki, lebih dari laki-laki. Di Indonesia, kaum Perempuan mampu terlibat dalam berbagai aktifitas gereja yang sebelumnya didominasi kaum pria, mulai dari ketua lingkungan, prodiakon, dan lainnya.

Ketua Umum dan Pengurus.
Paus juga melihat bahwa perjuangan untuk hak-hak Perempuan merupakan perjuangan yang berkelanjutan. Kepada wartawan pada bulan November 2022 Paus menyerukan ajakan, “Kita harus terus berjuang untuk ini karena perempuan adalah anugerah. Tuhan menciptakan laki dan Perempuan setara.”
Mathilda AMW Birowo






