web page hit counter
Minggu, 7 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo: Menyambut dan Melayani Tuhan dengan Benar

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 20 Juli 2025. Hari Minggu Biasa XVI Kej.18:1-10a; Mzm.15:2, 3ab, 3cd-4ab, 5; Kol.1:24-28; Luk.10:38-42

BENANG merah dari bacaan Kitab Suci Minggu ini adalah tentang rahasia bagaimana mengikuti dan melayani Tuhan dengan benar. Dalam bacaan pertama, Abraham menyambut dan melayani tamu, yang tak lain adalah Tuhan sendiri, dengan ramah dan hormat. Paulus dalam bacaan kedua menekankan betapa ia bersukacita karena boleh melayani Tuhan sekalipun dalam penderitaan yang sering kelewat batas. Sedangkan dalam bacaan Injil, Marta dan Maria melayani Yesus dengan cara yang berbeda. Marta sibuk di dapur dan Maria memilih untuk menemani Yesus.

Ketiga bacaan ini sangat menarik dan memberi banyak inspirasi bagi kita umat Katolik dalam menghayati iman kekatolikan kita, terutama bagaimana kita melayani Tuhan dengan semestinya. Dari Abraham kita bisa belajar menerima dan melayani tamu secara total; baik dalam sikap, dengan ramah, dan penuh hormat maupun dalam pelayanan, dengan memberikan jamuan yang terbaik.

Baca Juga:  Paus Leo tentang AI: Generasi Baru Harus Dibantu, Bukan Dihalangi

Dari Paulus kita belajar apa artinya menyerahkan diri sepenuhnya dan melayani Tuhan secara total, dengan kerja keras, tidak kenal lelah, dan bahkan dengan penuh penderitaan. Dari bacaan Injil, mungkin banyak orang memilih untuk seperti Maria, duduk mendengarkan Yesus, sebab yang lebih penting adalah sabda Yesus sendiri. Atau juga memilih seperti Marta, sebab pelayanan yang konkret itu harus bekerja, tidak duduk diam seperti Maria. Sebagian lain mungkin memilih memperdamaikan kedua sikap itu dan mengartikan selalu ada dua sisi bagaimana melayani Tuhan dan itu adalah perpaduan antara sikap Marta dan Maria.

Yesus sendiri tentu tidak menolak kedua pilihan sikap itu. Ia akan membiarkan Marta menyiapkan makanan dan Maria duduk menemani-Nya. Yang jadi persoalan adalah karena Marta menggugat Yesus, yang merasa Ia membiarkan Maria tidak membantunya di dapur. Artinya, Marta yang mempertentangkannya dan menganggap bahwa sikapnya adalah yang lebih benar; maka Yesus meluruskannya.

Baca Juga:  Hari Studi Struktural 2025: Penguatan Supervisi Formal dan Informal untuk Meningkatkan Pelayanan Pendidikan

Sebetulnya jika sudah ketemu Yesus, apa sih yang masih harus dicemaskan? Apakah Marta tidak pernah mendengar kabar tentang betapa hebatnya Yesus dan apa yang sudah dibuat-Nya di mana-mana? Yang diperlukan saat itu bukankah membiarkan Dia bicara apa dan apa yang dikehendaki-Nya? Dan Maria sudah memilih bagian itu; bagian yang tidak akan diambil daripadanya.

Sebagai orang Katolik yang adalah pengikut Yesus, kita dipanggil untuk mengikuti Dia; melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Melaksanakan apa yang diinginkan Allah menuntut terlebih dahulu kita mengenal dan memahami Allah yang benar. Jika kita sudah mengenal dan mengerti Allah yang benar, kita baru bisa menyembah-Nya dengan benar; dan setelah bisa menyembah dengan benar, kita akan dapat hidup dengan benar. Jika kita mengenal Kristus secara salah, kita juga akan menafsirkannya secara salah sehingga efeknya kita tidak bisa hidup dengan benar. Untuk itu, semua tidak lain kita memang harus mendengarkan Dia terlebih dahulu, melalui pengajaran Gereja.

Baca Juga:  Pertemuan Katolischer Akademischer Ausländer-Dienst (KAAD): Jembatan Ilmu, Iman, dan Solidaritas Pangan

Kekatolikan kita adalah kristalisasi dari cara hidup mengikuti Kristus, itulah sebabnya kita disebut Kristen. Kristen berarti menyerupai Kristus. Artinya bahwa kehadiran kita di mana pun adalah kehadiran Kristus sendiri.

Di tahun Yubileum ini Gereja dituntut untuk menghadirkan belas kasih dari Hati Kudus-Nya. Maka dari wajah dan hati kita orang Katolik, dunia seharusnya mengenal Kristus dengan benar. Sebab sejatinya serupa dengan Yesus itu bukan hanya transformasi diri, di mana kita berubah forma menjadi orang beriman saja, tetapi sekaligus juga transfigurasi.

Kita bersatu dengan Kristus melalui sakramen-sakramen, sehingga menjadi figur baru yakni Kristus-Kristus yang lain yang adalah juga garam dan terang dunia. Itulah kerja yang kita sebut sebagai ungkapan iman (melalui katekese, liturgi dan koinonia) dan wujud iman (melalui diakonia dan martyria): perpaduan Maria dan Marta. Semoga.

Kekatolikan kita adalah kristalisasi dari cara hidup mengikuti Kristus.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles