web page hit counter
Sabtu, 6 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

LDD-KAJ Kunjungi Warga Kampung Muara Bungin

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Minim akses dan jauh dari layanan dasar, seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan, anak-anak pesisir Kampung Muara Bungin, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tetap tampak bersemangat meski mereka menjalani hidup dalam keterbatasan.

Situasi ini jelas terlihat pada Sabtu, 19 Juli 2025, ketika rombongan dari Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD-KAJ) dan sejumlah mitranya mengunjungi kampung tersebut untuk melakukan rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Anak Nasional, yang jatuh pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya. Misalnya, perayaan kreativitas anak-anak pesisir dan bakti sosial pemeriksaan kesehatan.

Rangkaian kegiatan itu berlangsung selama dua hari, mulai satu hari sebelumnya. Namun fokus pada hari kedua adalah menghadirkan layanan kesehatan langsung ke tengah masyarakat.

Layanan Konkret

Sejak pagi hingga siang hari itu, 240 orang memadati teras Masjid Jami Nur Attaqwa untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan yang diadakan secara gotong royong oleh tim gabungan dari Puskesmas Muara Bungin dan Sie Kerohanian Katolik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pemeriksaan kesehatan ini mencakup pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat, dan katarak serta konsultasi kesehatan.

Anak-anak Kampung Muara Bungin menampilkan tari “Indang.” (Dok. Bernadeth Amorita Manulyu)

Antusiasme warga kampung begitu besar sehingga antrean panjang sempat terjadi. Hal ini menunjukkan kebutuhan dan semangat mereka untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak.

“Masyarakat sangat antusias untuk diperiksa sehingga sempat terjadi tumpukan antrean. Tapi syukurlah, warga tetap sabar, tidak sampai terjadi kekacauan,” ujar Quinamora, salah satu tenaga medis.

Tak peduli terik matahari yang begitu menyengat, warga tetap menanti dengan sabar. Satu hal yang menunjukkan betapa besar harapan mereka akan sebuah layanan konkret seperti ini.

“Kegiatan ini sangat berarti. Harapan saya semoga ada yang rutin, apalagi buat lansia dan anak-anak,” ungkap Ratna, seorang warga.

Cerita Pesisir

Tak jauh dari lokasi pemeriksaan kesehatan, dekorasi balon warna-warni menghiasi sebuah panggung sederhana dengan latar belakang bertuliskan tema yang diangkat, “Anak Hebat, Keluarga Sehat, Masyarakat Kuat.”

“Orang tua bangga kalau anaknya hebat. Keluarga sehat akan menghasilkan anak hebat dan menjadikan masyarakat kuat. Hal ini ada kaitannya dengan bakti sosial Kesehatan, bahwa kita juga peduli terhadap kesehatan Masyarakat,” jelas Direktur LDD-KAJ, Pastor Adrianus Suyadi, SJ.

Di atas panggung itu, beberapa lagu yang dinyanyikan oleh sebuah band disabilitas dan tarian anak-anak kampung menyambut para tamu dengan hangat dan penuh makna.

Penampilan band disabilitas (Dok. Bernadeth Amorita Manulyu)

Masih di tempat yang sama, suasana berganti menjadi lebih reflektif saat sesi “Ngobrol Asyik” mulai. Obrolan santai bersama tokoh masyarakat menjadi ruang berbagi harapan dan kegelisahan, titik penting yang menyatukan kisah, suara, dan perjuangan warga.

Dipandu oleh Pastor Adrianus, diskusi menghadirkan lima narasumber. Mereka adalah Kepala Desa Pantai Bakti, Wahyudi, serta beberapa perwakilan, seperti Basir – perwakilan para bapak, Titik – perwakilan para ibu, Abdillah Manaf – perwakilan orang muda, dan Henricus M.W. Prasetyo – pegiat Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas. Topik bahasan antara lain abrasi, pendidikan, ekonomi, dan bagaimana warga kampung berjuang merawat harapan di tengah keterbatasan.

Abdillah, yang akrab disapa Abi, tak ingin nasibnya berakhir seperti kisah orang tuanya yang kehilangan tanah kelahiran. Kehilangan ini menjadi luka yang tak boleh terulang.

“Mimpi kami untuk saat ini dan ke depan adalah jangan sampai kami mengalami kehilangan seperti orang tua kami dulu. Mereka sudah kehilangan sebagian wilayah Kampung Bungin karena abrasi. Kehilangan itu tidak boleh terulang kepada kami dan juga kepada anak cucu kami nanti,” ujarnya, dengan nada penuh harap.

Mata pencaharian sebagian besar warga kampung adalah nelayan dan petambak. Hasil laut dan tambak dijual kepada pengepul ikan. Sebagian lainnya diolah oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) untuk dijual kembali. Namun harapan untuk memperluas pasar masih terhambat infrastruktur.

Hasil produksi UMKM warga Kampung Muara Bungin (Dok. Bernadeth Amorita Manulyu)

“Kalau kita pasarkan secara online belum bisa karena di sini tidak ada ekspedisi,” ungkap Wahyudi.

Ketergantungan pada jalur distribusi lokal membuat produk mereka sulit menjangkau pembeli di luar wilayah. Padahal potensi hasil laut dan olahan warga dinilai layak bersaing di pasar yang lebih luas.

Kenangan yang Terkikis

Muara Bungin, sebuah kampung pesisir di ujung Kabupaten Bekasi, telah kehilangan sebagian wilayahnya. Abrasi memakan lahan demi lahan, rumah demi rumah, meninggalkan sisa-sisa kenangan di balik rimbunnya mangrove dan genangan air laut.

Ketika dijumpai HIDUPKATOLIK.COM di sela-sela kegiatan, Pastor Adrianus menjelaskan bahwa awalnya perhatian LDD-KAJ tertuju pada krisis air bersih yang melanda kampung tersebut. Namun setelah terjun langsung ke lapangan, mereka melihat persoalan yang dihadapi warga kampung jauh lebih kompleks. Abrasi laut tak hanya menggerus daratan tapi juga perlahan mengancam kehidupan dan masa depan masyarakat pesisir. Beberapa warga terpaksa pindah karena rumah mereka tergerus air laut.

Pastor Adrianus Suyadi, SJ (Dok. Bernadeth Amorita Manulyu)

“Kami ingin bantu atasi abrasi yang mengancam keselamatan, terutama kaitannya dengan tempat tinggal. Kami mulai dari peletakan batu dan penanaman mangrove,” ujarnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa Kampung Muara Bungin membutuhkan perhatian lebih dan pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada keselamatan warganya.

Melalui kegiatan napak tilas, para tamu dibawa menyusuri pantai dengan kapal mesin, melintasi kampung yang kini tenggelam oleh air laut.

“Dulu di sini ada deretan rumah. Sekarang yang tersisa hanya air dan tiang-tiang yang lapuk,” ucap seorang warga, yang memandu jalannya napak tilas, sambil menunjuk bekas lokasi rumahnya.

Setiap kali air laut pasang, warga tak bisa tidur tenang. Kecemasan selalu membayangi, takut rumah hanyut, takut nyawa terancam.

Jika abrasi laut tak segera ditangani, warga Kampung Muara Bungin beresiko kembali kehilangan tempat tinggal untuk kesekian kalinya. Dalam keterbatasan, mereka tak tinggal diam. Bersama LDD-KAJ dan para donatur, mereka berinisiatif menanam batu pemecah gelombang dan mangrove sebagai upaya mitigasi. Meski sumber daya minim, mereka tak bisa terus menunggu janji pemerintah yang tak pasti. Waktu dan keselamatan menjadi taruhan. Maka mereka memilih bertindak sekuat tenaga.

LDD-KAJ berupaya mengangkat suara masyarakat pesisir yang sering terabaikan tapi tetap teguh menjalani hidup dengan semangat yang tak padam. Ini adalah ajakan untuk merenungkan kembali pentingnya kepedulian, solidaritas, dan semangat asa gerakan bela rasa. Di balik abrasi dan ketimpangan, kampung tersebut menyuarakan harapan agar tak lagi diabaikan. Bersama menjadikan Muara Bungin sebagai kampung tangguh.

Bernadeth Amorita Manulyu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles