HIDUPKATOLIK.COM – Di tengah dinamika masyarakat modern, di mana kecepatan dan produktivitas menjadi ukuran utama, kelompok lansia kerap terpinggirkan dalam ruang-ruang sosial. Padahal, mereka adalah penjaga nilai-nilai, pemilik pengalaman, dan sumber kebijaksanaan yang tak tergantikan.
Menyadari hal ini, Yayasan KARINAKAS meluncurkan kegiatan bertajuk WREDALOKA —sebuah inisiatif untuk menghormati, merawat, dan menghidupkan kembali kepedulian terhadap para lansia.

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 26 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Kakek dan Nenek Sedunia yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus sejak 2021. Bertempat di Gedung BELARASA KARINAKAS, Yogyakarta, kegiatan ini dihadiri oleh 93 peserta lansia dari 11 paroki yang berasal dari sebagian paroki rayon kota dan rayon Sleman Timur di wilayah Kevikepan Yogyakarta Timur. Beberapa di antaranya bahkan hadir secara mandiri tanpa dampingan keluarga, menunjukkan semangat dan antusiasme mereka untuk tetap terlibat dalam kehidupan sosial.
Nama WREDALOKA diambil dari kata ‘wreda’ yang berarti lanjut usia dan ‘loka’ yang berarti tempat atau ruang. Maka, program ini menjadi wadah inklusif bagi lansia untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar, edukasi, dan pendampingan rohani serta psikologis secara terpadu. Ada lima loka yang disiapkan, masing-masing dengan fungsi berbeda: mulai dari pendaftaran, pemeriksaan kesehatan, senam lansia, skrining demensia, hingga layanan konseling rohani dan psikologi.
Pastor Bernardus Himawan, Direktur KARINAKAS menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam pelayanan lansia. “Kesehatan lansia bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang hati yang merasa dicintai dan dihargai,” ungkapnya. Menurutnya, kepedulian kepada lansia adalah bagian dari pelayanan iman dan kemanusiaan.
WREDALOKA tidak hanya menjadi ruang pelayanan satu arah, tetapi juga ruang perjumpaan antar lansia dari berbagai latar belakang. Melalui kegiatan ini, muncul semangat gotong royong, saling mendukung, dan berbagi pengalaman hidup yang memperkaya satu sama lain.
“Program ini dirancang untuk menjadi model awal pelayanan lansia yang dapat direplikasi di lingkungan paroki. Harapannya, paroki-paroki di Keuskupan Agung Semarang dapat menjadikan WREDALOKA sebagai inspirasi dalam membangun posyandu lansia berbasis komunitas yang berkelanjutan. Rencananya, kegiatan ini akan kembali dilakukan pada tiga bulan mendatang,” Pastor Bernard menambahkan.

WREDALOKA adalah pengingat bagi kita semua bahwa merawat lansia bukan sekadar bentuk tanggung jawab sosial, tetapi juga perwujudan cinta yang konkret. Di tangan para simbah, tersimpan sejarah dan kasih yang membentuk kita hari ini. Saatnya kita membalas dengan perhatian yang tulus.
Laporan Martin Dody Kumoro (Yogyakarta)






