HIDUPKATOLIK.COM – Tiga puluh lima tahun bukan sekadar angka tetapi juga merupakan perjalanan panjang penuh berkat dan karya kasih.
Pagi itu, Kamis, 24 Juli 2025, Auditorium Santa Ursula BSD, Tangerang Selatan, Banten, dipenuhi rasa syukur dan semarak keceriaan. Siswa-siswi dari jenjang TK hingga SMA, bersama para tenaga kependidikan, memenuhi auditorium ini dengan senyum, tawa, dan antusiasme yang menghangatkan suasana.
Meneladani Yesus
Sekolah Santa Ursula BSD memperingati 35 tahun perjalanan pelayanan pendidikan dengan tema “Building the Future, Preserving the Legacy, Growing Together” dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh selebran utama, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Pastor Yohanes Haris Andjaja, OSC dan Pastor Rafael M.H. Adipramono, OSC turut mendampingi sebagai konselebran.
Dalam homilinya, Kardinal Suharyo menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi Sekolah Santa Ursula BSD yang telah berkontribusi memberi warna bagi kehidupan Gereja di Keuskupan Agung Jakarta.
Ia juga menyinggung soal tema perayaan.
“Melalui tema yang dipilih ini hanya mungkin dilakukan kalau memiliki watak seperti Yesus yaitu watak berbagi kehidupan. Inilah yang sudah dibuktikan dalam pendidkan Santa Ursula selama 35 tahun ini. Semoga watak rela berbagi dalam kehidupan tumbuh dan berkembang selama masa pendidikan. Semoga cita-cita ini tidak hanya menjadi impian sekolah tetapi juga menjadi cita-cita keluarga yang mempercayakan anak-anaknya untuk dididik di Sekolah Santa Ursula BSD,” ujarnya.
Sukacita Bersama
Seusai Perayaan Ekaristi, Kardinal Suharyo – didampingi dan Ketua II Yayasan Sancta Ursula, Suster Moekti K. Gondosasmito, OSU – memotong tumpeng. Gemuruh tepuk tangan dan lagu “Happy Birthday” mewarnai proses pemotongan dan penyerahan tumpeng.
Penampilan seni oleh siswa-siswi TK hingga SMP menyusul kemudian. Ada berbagai kreasi menarik, seperti gerak dan lagu, modern dance, dan tari tradisonal.
Lokasi Strategis
Melihat kebutuhan pendidikan di Bumi Serpong Damai (BSD), Santa Ursula berupaya mengembangkan karya pendidikan dengan mendirikan sekolah pada tahun 1990. Para biarawati Ursulin melihat peluang untuk mendirikan sekolah di kawasan yang saat itu masih belum ramai namun strategis.
“Kami kembali ke-35 tahun yang lalu pada saat kami ditawari untuk membuka sekolah di daerah BSD. Dengan restu dari Mgr. Leo Sukoto, Uskup Agung Jakarta kala itu, dan dengan perjuangan Suster Francesco bernegoisasi dengan pihak pengembang, akhirnya dibangun sekolah yang berada dekat dengan terminal dan stasiun,” ujar Suster Moekti.
Lokasi ini sengaja dipilih karena dekat dengan terminal dan stasiun agar mudah diakses dan tidak hanya terbatas pada lingkungan perumahan saja. Tujuannya, pendidikan berkualitas dapat dinikmati oleh lebih banyak siswa dari berbagai lapisan masyarakat.
Merawat Warisan
Kini, tiga dekade lebih telah berlalu. Gedung dan fasilitas telah berubah namun nilai dan
semangat yang ditanam tetap dipegang teguh. Tahun ini menjadi istimewa sekaligus
mengharukan karena salah satu perintis, Suster Francesco Marianti, OSU, telah berpulang pada Desember tahun lalu.
“Beliau sudah menanamkan fondasi yang kuat. Jadi ini saatnya untuk kami mengembangkan fondasi yang sudah ada. Kita bangun masa depan tanpa meninggalkan warisan yang sudah ada,” ungkap Suster Moekti.
Fondasi yang kokoh hasil kerja keras para pendahulu menjadi modal utama untuk terus
mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan sebelumnya.
Nilai Serviam
Cinta dan belas kasih, integritas, persatuan, keberanian dan ketangguhan, totalitas, dan pelayanan adalah nilai dasar yang dikembangkan di sekolah-sekolah Ursulin termasuk di Sekolah Santa Ursula BSD. Nilai-nilai ini terangkum dalam satu kata yang menjadi semboyan, “SERVIAM,” yang artinya “Saya Mengabdi.”

Nilai-nilai ini tidak hanya ditanamkan pada para siswa, tetapi juga untuk semua yang terlibat dalam komunitas pembelajar Santa Ursula.
“Guru, tenaga kependidikan, dan tenaga penunjang juga diajak untuk menghayati enam nilai tersebut karena mereka menjadi teladan bagi para siswa,” ujar Suster Moekti.
Harapannya ketika mereka berada di masyarakat, nilai-nilai yang ditanamkan dapat
diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan
Dalam hal pembelajaran, sekolah mengikuti perkembangan zaman. Tim Yayasan Sancta Ursula Bagian Sarana dan Prasarana, Lisyanawati Wiyono, menjelaskan bahwa dulu pembelajaran masih menggunakan kapur dan papan tulis namun kini setiap kelas telah dilengkapi smartboard dan teknologi pendukung lainnya.

“Perubahan itu pasti, dan kami ikuti,” ujarnya.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat. Nilai dan karakter tetap menjadi inti pendidikan.
“Anak boleh pintar secara digital, tapi yang utama tetap kejujuran, disiplin, dan
tanggung jawab. Itu yang kami jaga,” imbuhnya.
Hal tersebut sejalan dengan nasihat pendiri Ordo Ursulin, Santa Angela Merici, dalam Warisan Terakhir Ayat 2 – “Jika karena perubahan zaman dan dalam keadaan perlu untuk membuat peraturan baru atau untuk merubah sesuatu, lakukanlah hal itu dengan kebijaksanaan setelah mendengarkan nasehat yang baik.”
Bernadeth Amorita Manulyu






