HIDUPKATOLIK.COM – Pagi itu, Senin, 12/8/2025, mentari pagi bersahabat. Bersinar lembut menambah indahnya alam dan suasana kompleks Susteran Vita Gracia Gisting ini. Dengan rapi para suster senior duduk di kursi sambil menggerak-gerak tangan dan kaki sesuai intruksi pelatih senam. Mereka tampak semangat dan sukacita.
Senam ini merupakan sesi pertama pertemuan para suster berusia di atas 70 tahun. Pertemuan tahun ini bertema Penziarah Pengharapan Yang Melangkah Menuju Perdamaian Peduli terhadap Ciptaan dan Memupuk Persaudaraan. Hadir narasumber dari tim spiritualitas FSGM, Sr. M. Yoannita dan Sr. M. Editha.
Pendamping suster senior Sr. M. Marian berharap pertemuan ini dapat menyegarkan kembali para suster senior, sehingga para suster tetap memiliki semangat, sukacita, dan penuh pengharapan.

Penziarah Pengharapan
Dalam pertemuan ini Sr. M. Yoannita mengenang spiritualitas pendiri Kongregasi FSGM, Muder Anselma yang selalu hidup penuh pengharapan. Meski ia diterpa berbagai tantangan dan kesulitan. Diharapkan para suster mengikuti teladannya. “Penziarah pengharapan selalu melihat segala peristiwa hidup dalam kacamata iman. Maka, kita tidak akan pernah dikecewakan,” kata Sr. M. Yoannita. Ia juga meminta kepada para suster lansia agar menjadi teladan bagi orang muda sebagai penziarah pengharapan yang penuh belas kasih dan murah hati.
Melepas dan Menerima
Menjadi tua adalah proses manusiawi. Tak mudah menerima masa senja dengan besar hati. Memasuki masa lansia berarti melepaskan banyak hal. Di antaranya: jabatan, fasilitas, relasi, dan pelayanan kerasulan tidak seperti waktu muda.
Tugas perutusan para suster lansia beralih menjadi hening di hadirat Allah. Menjaga keheningan batin. Memanjatkan hati kepada Sang Ilahi. Berdoa bagi dunia dan Gereja. “Semakin terlatih kita masuk ke dunia batin, maka kita akan memiliki jiwa yang besar. Kita menjadi suster yang bahagia bila kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri, orang lain, dan Tuhan,” ungkap Sr. Yoannita.
Selain doa, kerasulan para suster adalah kehadiran. Hadir bagi sesama suster di komunitas. Saling melayani, mendengarkan, dan mendoakan. Para suster bisa menerima dan menemani tamu yang datang di komunitas. Meski raga semakin lemah, para suster masih bisa berkontribusi untuk komunitas dengan melakukan hal-hal sederhana. Semua itu memiliki nilai yang berarti. Inilah yang dinamakan sebagai peziarah harapan di masa senja. “Yakinlah, harapan tidak akan pernah mengecewakan,” tambah Sr. Yoannita.

Lalu Sr. Yoannita menjelaskan tentang proses melepaskan. Para suster masuk dalam tahap melepas dan menerima. Ia memberi contoh: melepas rambut hitam, menerima rambut putih. Melepas jalan cepat, menerima ke hati-hatian dan berjalan dengan tongkat.
Pertemuan suster gelombang II diadakan di RR La Verna, Padangbulan, Selasa 12-14 Agustus 2025. Diikuti 24 suster senior. Di hari ketiga mereka mengunjungi Panti Wreda Griya Nugraha (rumah lansia Suster-suster Hati Kudus), berziarah ke Gereja Katedral Kristus Raja Bandar Lampung, dan Porta Sancta Gua Maria Way Kandis.
Sr. M. Fransiska, FSGM (Lampung)






