web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Urgensi Pemberdayaan Masyarakat, Terutama Kaum Perempuan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Pemberdayaan bukan sekadar jargon. Di balik kata yang sering kita dengar itu, ada mimpi tentang masyarakat yang mandiri, perempuan yang berdaya, dan anak-anak bangsa yang mampu bersaing di panggung global. Mimpi inilah yang dibicarakan dalam sebuah seminar nasional yang digelar oleh Sinergi Perempuan Indonesia (SPI) bersama DPP Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) RI di Perpustakaan Nasional, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dengan tema “Strategi Pemberdayaan SDM untuk Indonesia Maju Berdaulat”, seminar ini menghadirkan tiga pembicara yang masing-masing punya sudut pandang unik: Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo (anggota DPR RI yang baru saja mengundurkan diri), Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Ketua DPP LPM RI), dan Lucy Willar (Direktur sekaligus produser iCSL).

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh

Saraswati, politisi yang dikenal vokal membela hak-hak perempuan dan anak, mengingatkan bahwa isu gender masih jadi tembok besar dalam pemberdayaan masyarakat. “Budaya patriarkal memang kuat, tetapi seringkali tantangan justru datang dari perempuan itu sendiri. Kita perlu mengubah mindset bahwa kita mampu dan mandiri,” tegasnya.

Baginya, persoalan serius seperti perdagangan manusia juga tak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi. “Kalau akar ekonominya tidak dibereskan, masalah-masalah ini akan terus muncul,” tambahnya.

Kejujuran, Kunci SDM Unggul

Ahmad Doli membawa cerita menarik soal keunggulan anak-anak Asia di bidang eksakta. Menurutnya, kekuatan kultur timur—dari kebersamaan keluarga hingga pelukan orang tua—punya pengaruh besar terhadap kecerdasan anak.

Ia memberi contoh anak-anak dari Indonesia Timur yang, meski infrastrukturnya terbatas, mampu menorehkan prestasi sains berkat pendidikan kreatif ala Prof. Yohanes Surya. “Untuk membangun SDM unggul, kuncinya sederhana: kejujuran, disiplin, dan dukungan orang-orang terdekat,” katanya.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

Lucy Willar menyoroti potensi UMKM, terutama yang digeluti perempuan. Baginya, UMKM Indonesia punya peluang besar menembus pasar global jika pelakunya memiliki literasi digital yang kuat.

“Produk lokal jangan hanya muncul saat pameran lalu hilang begitu saja. Harus ada pendampingan, modal, dan akses pasar yang lebih luas, bahkan internasional, lewat teknologi digital,” jelasnya. Dukungan dari berbagai pihak — pemerintah, swasta, dan lembaga masyarakat—menjadi support system penting agar UMKM benar-benar bisa naik kelas.

Suara lain datang dari Mathilda AMW Birowo dari SPI. Menurutnya, pemberdayaan tak bisa jalan sendiri. Ia menekankan perlunya pendekatan Pentahelix — kerja sama pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan media — untuk menguatkan kapasitas masyarakat dan produk lokal.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

“Kalau kita bisa mengoptimalkan sumber daya lokal, Indonesia akan lebih mandiri dan tidak tergantung pada pihak luar. Inilah fondasi pembangunan yang berkelanjutan,” kata dosen Universitas Indonesia itu.

Seminar ini bukan hanya ajang berbagi ide, tetapi juga sebuah ajakan. Ajakan untuk berkolaborasi, mengubah pola pikir, mengoptimalkan teknologi, dan menggali potensi lokal. Sebab, pemberdayaan sejati tak berhenti di ruang seminar—ia harus hidup dalam masyarakat, sehari-hari, dari kota besar hingga pelosok negeri. (FHS)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles