web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Jangan Buat Orang Berdosa…?

3.5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM

Banyak orang berbuat dosa,
Tapi tak perlu menghitungnya,
Siapa tahu salah satu penyebabnya
Adalah kamu

**

“Jangan berbuat dosa!”

Kalimat ini kerap kudengar sejak usia dini. Entah dari orang tua, guru di sekolah, kotbah dalam ibadah, atau bacaan yang kulahap. Semacam peringatan supaya selalu hidup baik dan ada di jalan benar.

Apakah aku mendengar dengan baik kalimat ini?

Tentu saja!

Lantas melaksanakan peringatannya secara bertanggung jawab?

Belum tentu!

Pastilah sebagai manusia biasa ada saat-saat tergelincir berkubang dosa, baik secara sadar atau tidak, sengaja maupun sekadar keliru. Pokoknya begitulah, tarik ulur. Tapi  lagi-lagi kalimat peringatan itu akan berulang terus. “Jangan berbuat dosa!”

Tetap biasa dan normal saja di telingaku. Sampai minggu lalu saat mengikuti misa, dalam kotbah pastor terselip demikian: “Jangan buat orang berdosa!”

Nah ini!

Sangat menggelitik. Sebaliknya yang terdengar: “Jangan buat orang berdosa!” Terdengar sederhana, tapi di otak kecilku terjadi perdebatan dengan organ tubuh lainnya. Andai kalimat itu ditujukan padaku, pasti langsung komentar: “Bagaimana bisa aku buat orang berdosa? Atau kalaupun memungkinkan, paling mengajak berdosa. Jadi berbuat dosa bareng. Bukan membuat orang lain berdosa dan aku tidak.

Sambil mengernyitkan kening, berusaha menyimak kotbah demi mendapatkan konteks kalimat di atas. Ternyata sederhana uraiannya. Kalau ikut misa, kenakan  pakaian sopan. Jangan main telepon genggam. Jangan lalu-lalang.

Hmmm.., pakaian, telepon genggam, lalu-lalang, tiga dari banyak komponen yang bisa membuat orang berdosa. Simpel tapi sangat mengena. Kalau begitu, entah berapa kalu aku sudah berdosa, karena akhirnya pas doa, terhentikan akibat lebih asik lihat tubuh seksi dengan baju, kalau pinjam istilah pastor yang lagi kotbah, jahitannya belum selesai atau bahannya rada ngepas. Kurang bahkan.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

Ternyata aku tidak hanya hilang konsentrasi dan menikmati penampilannya, tapi juga ngajak yang duduk di sebelahku ikut berkomentar julid. Ah.., aku telah berdosa mengabaikan doa, menilai buruk orang lain, bahkan mengajak lagi umat di sisi kanan terjerat gosip murahan dan menjelekkan si baju kurang.

Itu sekadar perkara baju. Bergerak ke HP. Bukan sok paling baik, tapi ada aturan keras dalam keluarga kecilku. Begitu memasuki pintu gerbang gereja sudah pantang  pegang HP.

Kerap kulihat umat main HP selagi misa berlangsung. Bukan Cuma anak kecil, remaja, bapak, ibu, bahkan kadang barengan sibuk dengan HP masing-masing. Beberapa kali mencuri-curi lihat, sekadar meyakinkan bisa jadi memang lagi baca ayat kitab suci melalui HP. Ternyata bukan! Ada yang balas WA, seakan pesan tak bisa menunggu. Ada yang jemarinya terus bergerak scroll-scroll Instagram. Sesekali berhenti di postingan tertentu lalu senyum-senyum sendiri. Lalu ada yang….main game.

Kadang tergelitik juga ingin bertanya, apakah tidak ada waktu nanti saja selesai misa? Tapi ya sungkan. Semacam bukan urusanku juga. Takut malah diomelin balik.  Akhirnya lagi-lagi ngedumel sambil mengajak penghuni sebelah ikut membahas. Tumpah ruah juga omelan beruntun yang otomatis sudah membuat terpecah antara mengikuti misa dan menyampah kata.

Masuk poin ketiga, lalu-lalang. Kalau kejadiannya dalam gereja kemungkinan orang ke toilet. Di beberapa gereja karena umat membludak, seringkali tempat duduk di tata petugas melebar sampai pelataran. Selayaknya di dalam gereja maupun luar, yang dilengkapi TV monitor sehingga dari tiap sudut bisa melihat apa yang berlangsung di dalam, tingkat ketertiban tidak beda.

Baca Juga:  Penyuluh Katolik Berkolaborasi dengan Komunitas Doa Santa Faustina Melaksankan Pembinaan Iman di Rutan Wirogunan

Tapi yang terjadi kerap kali, anak-anak berkeliaran atau meluncurkan mainan mobilnya sampai menimbulkan kebisingan. Ya namanya anak-anak, wajar ingin selalu bermain. Sudah mau ke gereja saja bagus. Apalagi tertulis di injil Lukas 18:16 – Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

Betul sekali, ada ayat demikian. Tetapi alangkah senangnya bila orang tua juga ikut berperan membiasakan anak duduk tenang, memberi pengertian seraya membujuk satu jam saja agar semua bisa mengikuti ibadat dengan baik. Belum lagi yang  membawa pengasuh, malah sambil menyuapin makan, mengikuti langkah lelarian si bocah.

Pernah dalam satu peristiwa misa malam natal, aku kebagian duduk di luar. Ada balita berlarian. Semula masih diawasi ibunya yang berdiri, karena juga tidak mendapatkan tempat duduk. Si anak yang berlarian tadi tiba-tiba sudah berada di dekat kami. Ada bocah lain seusia membuat dia senang.

Begitu melihat anaknya tampak bahagia di area kami, si ibu kembali ke tempat dia berdiri semula. Yakin anaknya akan baik-baik saja, seolah kami turut bertanggung jawab mengawasi sebab berada di ‘area’ kami. Aku mulai gelisah, tak lagi bisa beribadat dengan tenang. Meski belum berisik, tetapi ke sana kemari di depanku ya sedikit mengganggu juga.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Benar saja, si bocah mulai merebut kursi anak bocah lain. Si anak mengalah, tapi si bocah mulai memukul-mukul kursi yang direbut hingga menimbulkan suara berisik. Makin lama makin kencang dan bocah pemilik kursi mengingatkkan, dia malah marah. Semakin merasa terganggu, aku mengintip ke arah tempat berdiri si ibu bocah ini, eehhh… enak banget lagi main HP.

Ahhhh.. dalam hati aku kesal sangat dan mulai lagi ngomel lagi. Anak dibiarkan ‘mengacau’ di tempat orang lain, ibu malah lepas tugas mengawasi. Andai ibu itu dalam situasi payah, aku mungkin bisa maklum dan membiarkan saja anaknya di dekat kami. Akhirnya kuangkat bocah itu, menyerahkan pada ibunya sambil ngomel: anaknya dijaga bu, jangan dibiarin mengganggu orang lain. Aku sendiri sempat merasa tidak enak karena harus melakukan itu semua, tapi si ibu malah santai saja. Mengambil anak, dijepit di kakinya dan main hp lagi. Sampai sisa ibadat aku jengkel dan menyimpan amarah.

Mungkin ada komentar sesimpel, abaikan saja. Tetaplah konsentrasi dan fokus pada ibadatmu.

Uggh mohon maaf, memang aku belum mampu mengabaikannya. Tapi akhirnya  sangat paham kalimat dari sisipan kotbah pastor di atas: Jangan buat orang berdosa!

Permisiiii, ini hanya berbagi cerita
Pengalaman pribadi, selagi misa
bukan merasa sok paling iya
Mencerna potongan kotbah semata
Biar bisa ikut berkaca
 

Ita Sembiringpekerja seni/kontributor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles