Paus Pembangunan dan Penjaga Disiplin

198
St Leo IV.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Sejak remaja, ia sudah bekerja di lingkaran- dalam kepausan. Kesalehan hidupnya memikat hati Bapa Suci hingga ia naik takhta sebagai Paus. Masa kepausannya diwarnai dengan proyek pembangunan dan penegakan disiplin hidup rohani.

Pertempuran sengit antara tentara Turki dengan pasukan gabungan beberapa kota meletus di Ostia, Italia, tahun 849. Pasukan Turki yang sedang bergerak menuju Roma melalui Sardinia, dihadang di Ostia oleh tentara Roma yang telah diperkuat pasukan dari Napoli, Amalfi, dan Gaeta. Pasukan gabungan yang diinisiasi oleh Paus memukul mundur tentara Turki. Konon, inilah salah satu kemenangan terbesar melawan tentara Turki.

Kala Perang Ostia berlangsung, Paus sebenarnya sedang membangun benteng pertahanan di Kota Abadi sebagai tindakan preventif dari ancaman tentara Turki. Inilah secuil potret kejayaan Bapa Suci Leo IV, yang dikenal sebagai Paus Pembangunan.

Harapan Baru
Leo berasal dari keluarga berdarah Romawi. Ayahnya bernama Radoald. Konon ia lahir sekitar tahun 790. Tak banyak informasi mengenai masa kecilnya, kecuali saat beranjak remaja. Ia mengenyam pendidikan di Biara St Martinus, Roma. Praktik kesalehan hidupnya pada usia belia mencuri perhatian khusus dari Paus Gregorius IV (827-844).

Paus Gregorius IV lalu mentahbiskannya sebagai Subdiakon. Pada masa Paus Gregorius IV, Leo sudah terlibat dalam urusan rumah tangga kepausan dengan aneka tugas. Ia pun mulai diperhitungkan di lingkaran-dalam kepausan.

Pada masa Paus Sergius II (844-847), Leo diangkat sebagai Kardinal dengan gelar Kardinal-Imam Quatuor Coronati. Ketika Paus Sergius II mangkat, ia terpilih dengan suara bulat untuk menggantikannya. Ia menyandang nama Paus Leo IV, melanjutkan nama Paus Leo III yang bertakhta pada 795-816.

Kala itu, Roma berada dalam ancaman serangan tentara Turki sejak 846. Terpilihnya Leo sebagai Penerus Takhta St Petrus seolah menjadi harapan baru bagi rakyat Roma. Tanpa mengindahkan kaisar, Leo dimahkotai sebagai Paus pada 10 April 847.

Proyek Pertahanan
Menanggapi harapan rakyat Roma terhadap kegalauan mereka pada ancaman pasukan Turki, Paus Leo IV segera mengagendakan proyek pertahanan. Ia memerintahkan untuk merestorasi dan membangun tembok kota. Perbaikan benteng pertahanan itu dilengkapi dengan 15 menara jaga.

Demi merealisasikan pembangunan besar itu, Paus Leo IV menerima bantuan dari kaisar dan seluruh daerah koloni Kekaisaran Romawi. Selama empat tahun, proyek raksasa itu dilaksanakan. Gagasannya akhirnya mewujud. Ia menamakan kota dalam tembok itu sebagai “Civitas Leonina”.

Pada 852, benteng pertahanan itu rampung. Paus Leo IV memberkatinya dengan harapan mampu menanggulangi ancaman tentara Islam, serta memberikan rasa aman bagi rakyat. Proyek pertahanan itu membuatnya menjadi Paus pertama yang membentengi ibukota kepausan dengan tembok.

Setelah proyek pembangunan benteng pertahanan selesai, Paus Leo IV mela kukan hal yang sama di beberapa kota di sekitar Roma. Selain Paus sendiri yang memerintahkan pembangunan benteng pertahanan, para raja pun mengikuti apa yang telah dibuat Bapa Suci.

Selain membangun benteng-benteng per tahanan, Paus Leo IV merenovasi banyak bangunan yang carut-marut akibat perang. Ia juga merestorasi bangunan-bangunan bersejarah di Kota Abadi, seperti Biara St Martinus di mana ia mengenyam pendidikan semasa belia, Quatuor Coronati yang tak lain adalah gereja yang oleh Paus Sergius II dijadikan gelar kekardinalan Leo, Istana Lateran, Borgo, Subiaco, Basilika St Petrus dan Basilika St Paulus. Ia juga membangun Gereja St Maria Nova untuk menggantikan Gereja St Maria Antiqua.

Penjaga Disiplin
Paus Leo IV punya relasi baik dengan raja-raja dunia kekatolikan. Relasi yang harmonis itu memuluskan berbagai program pembangunan yang ia canangkan. Pada 850, ia menggelar sinode yang memahkotai Raja Louis II sebagai Kaisar Romawi Suci. Ia juga mengurapi Raja Alfred Agung dari Inggris yang masih bocah, menerimakan Krisma kepada si raja kecil ini, mengadopsinya sebagai anak angkat, dan mengirimnya kembali ke Inggris de ngan berkat apostoliknya.

Masa kepausan Leo IV ditandai dengan perlawanan terhadap para pejabat Gereja yang membangkang. Pada 853, ia menggelar Sinode Roma. Sinode ini menghasilkan dekrit tentang disiplin tatacara hidup religius dan umat beriman. Sinode ini juga menjatuhkan hukuman pada beberapa pustakawan dan pengurus arsip rahasia Vatikan karena telah melakukan pelanggaran.

Paus Gereja Katolik ke-103 ini secara terbuka mengekskomunikasi Kardinal Anastasius yang mengampu gelar Kardinal- Imam San Marcello. Kelak sekitar tahun 855-856, Anastasius mengklaim dirinya sebagai Paus, yang dikenal dengan nama Anti paus Anastasius Bibliothecarius. Anti paus Anastasius ini sempat merecoki tata pemerintahan kepausan pada akhir masa pemerintahan Paus Leo IV dan awal Paus Benediktus III (855-858).

Pada masa kepausan Leo IV, sebenarnya sudah muncul benih perselisihan dengan Kepatriakhan Gereja Orthodoks Konstantinopel. Pada saat itu, penerus Takhta St Andreas Konstantinopel, Patriakh Methodius I (843–847) menjatuhkan hukuman suspensi dan melengserkan Uskup Siracusa, Mgr Gregorius Asbestas dari takhtanya.

Pengganti Patriakh Methodius I, Patriakh Ignatius I (847–858) melanjutkan kebijakan yang telah diputuskan pendahulunya, terkait dengan kasus Uskup Siracusa. Ia melarang Mgr Asbestas hadir dalam upacara inagurasinya sebagai Primat Gereja Orthodoks Konstantinopel.

Patriakh Ignatius I pun meminta Paus Leo IV menyetujui dan meneguhkan hukuman kepada Mgr Asbestas. Namun, Bapa Suci justru merasa dilangkahi wewenangnya karena Patriakh Ignatius I sudah beberapa kali mengumpulkan para uskup Gereja Timur dan menjatuhkan hukuman kepada uskup-uskup yang menentangnya tanpa sepengetahuan Patriakh Roma sebagai primus inter pares di kalangan seluruh uskup dan patriakh.

Perselisihan ini seolah terbawa hingga para pengganti mereka, baik Primat Takhta St Petrus di Roma maupun Primat Takhta St Andreas di Konstanti nopel. Puncak perseteruan Gereja Barat dan Gereja Timur ini terjadi dalam Skisma Besar 1054, ketika dua Gereja ini saling mengekskomunikasi satu sama lain.

Perantara Rahmat
Paus Leo IV bertakhta sekitar delapan tahun. Ia mewariskan Civitas Leonina dan merestorasi bangunan bersejarah selama bertakhta. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika ia sering disebut sebagai Paus Pembangunan. Selain proyek raksasa pembangunan pertahanan, ia juga mewariskan teladan kesalehan hidup yang tercermin dalam hasil tiga sinode di Roma.

Paus Leo IV wafat pada 17 Juli 855 di Roma. Jenazahnya disemayamkan di Basilia St Petrus, yang telah ia renovasi. Tampuk penggembalaan Gereja Universal lalu dilanjutkan oleh Paus Benediktus III.

Di luar dugaan, tak lama sesudah Paus Leo IV wafat, dilaporkan banyak mukjizat terjadi karena berdoa melalui perantaraannya.

Meskipun relasi Gereja Barat dan Gereja Timur pada saat itu sudah kurang harmonis, Patriakh Photius tetap menghormati mendiang Paus Leo IV sebagai pemimpin Gereja yang saleh. Gereja memperingati Paus Pembangunan ini setiap 17 Juli 17 Juli, mengacu pada tanggal wafatnya.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here