Balita Bisa Melihat Yang Tak Bisa Dilihat Orangtuanya

419
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Bu Dewi, saya punya anak berusia lima tahun. Dia beberapa kali sering menangis sambil menunjuk-nunjuk ke arah tertentu seakan-akan ada orang atau sesuatu di hadapannya. Tapi, saya dan istri tidak melihat apa-apa di depan anak saya. Ini terjadi saat dia duduk sendirian di rumah, bahkan pernah juga saat bersama kami di dalam mobil. Saya dan istri bingung, karena memang kami tidak melihat penyebab anak kami menangis. Bagaimana menghadapi anak kami yang seperti ini? Saya beberapa kali bilang ke anak, “Tidak ada apa-apa kok menangis, jangan cengeng”. Soal omongan saya kepada anak sempat ditegur oleh teman, katanya, bakal membuat anak rendah diri kelak, jangan sampai dia melihat sesuatu yang tidak tampak oleh mata dewasa. Bagaimana kami harus menyikapinya? Mohon petunjuk, Bu Dewi.

R. Agustinus Djemarut, Bogor

Bapak Robertus, menghadapi anak usia dini memang menarik, karena memiliki dinamika sendiri. Anak pada usia lima tahun secara umum masih berada dalam ambang antara dunia kanak-kanak dan anak-anak. Pada saat itu, mereka sudah dipersiapkan untuk memasuki dunia sekolah. Masa transisi inilah yang memberikan aneka warna tersendiri.

Apa yang Bapak dan keluarga alami, seakan bukan menghadapi sesuatu yang riil yang dapat dinalar oleh logika orang pada umumnya. Namun suatu kondisi yang hanya orang tertentu dapat memahaminya. Tentu saja, penerimaan dan pemahaman bahwa anak berada dalam situasi antara mengimajinasikan sesuatu atau berada dalam dunia khayalannya dan dunia realitas memang perlu dipahami dengan rasa perhatian, kasih sayang, dan penerimaan.

Saya pribadi sepakat dengan rekan Bapak untuk tidak memberikan komentar yang seakan bernuansa tidak memahami situasi psikologis ananda. Tentu saja, anak dalam situasi cemas dan pada saat demikian, perhatian dan penerimaan orang tua menjadi sangat penting. Justru pendekatan yang penuh kasih sayang dan penerimaan akan memberikan suasana batin anak yang tenang dan nyaman, dan kondisi inilah yang sangat dibutuhkannya saat ini.

Bapak dan keluarga perlu memberikan perhatian untuk dapat mengamati apakah anak dalam situasi tertekan karena sesuatu hal sehingga lari ke dalam dunia imajinasinya. Apakah anak dalam situasi sangat cemas sehingga membayangkan, bahkan menghadirkan sesuatu yang tidak nampak dalam pandangan umum. Atau bahkan apa yang dilihatnya riil sehingga hanya orang dengan kemampuan lebih yang dapat menerima situasi tersebut.

Hal lain yang perlu dipahami adalah, dalam usia ananda saat ini, yang dibutuhkannya adalah situasi sosial, pertemanan, bermain, dan berkumpul bersama dengan teman-temannya, atau terlibat dalam kegiatan sekolah yang menyenangkan. Akan lebih baik, jika Bapak dapat mengamati bagaimana lingkup pergaulan sosialnya, sekolahnya, atau situasi saat di rumah.

Apakah ananda lebih banyak sendiri di rumah dengan pengasuh anak di rumah, karena orang tua bekerja atau ada orang tua yang menemaninya seharian setelah pulang sekolah. Kondisi ini penting untuk dipahami agar lebih jelas bagaimana pola pergaulan sosialnya.

Jika selama ini anak hanya sendiri di rumah dengan pengasuh, maka perlu juga dipahami apakah anak dibiarkan bermain sendiri atau diajak bermain dengan anak-anak lain seusianya. Jika anak berada di rumah dengan saudara kandungnya atau dengan orang tuanya, apakah anak merasakan suasana kehangatan di dalam rumah.

Inti semua ini adalah anak tidak dibiarkan merasakan suasana sendiri atau sepi yang akan membuatnya merasa “ditinggal”. Kondisi ini akan memancing perasaan cemas yang berlebihan sehingga memungkinkan anak mengimajinasikan sesuatu yang lain. Ketakutan atau kecemasannya ini dapat juga dipahami sebagai bentuk usaha anak untuk meminta perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Bagi orang tua, peluk hangat, penerimaan, dan pemahaman akan membuatnya merasa bahwa ia tidak sendiri.

Jika kondisi tidak kunjung membaik, saran saya, Bapak perlu konsultasi dengan psikolog anak untuk memastikan kondisi psikologisnya. Lebih awal menemukan sumber problemnya, semakin cepat untuk dapat menemukan solusinya. Kerja sama, perhatian, dan waktu khusus untuk ananda akan sangat berarti bagi anak untuk menumbuhkan semangat dan keceriaannya kembali.

Dewi Setyorini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here