Beato Álvaro del Portillo : Prelat Pertama Opus Dei

371
Beato Álvaro del Portillo y Díez de Sollano.
[1.bp.blogspot.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Totalitas pengabdian pada Gereja terukir indah selama hidupnya. Berkat bimbingan Escrivá, keutamaan kristiani menjadi langgam tiap karya. Ia terlibat dalam Konsili Vatikan II dan memimpin Opus Dei hingga akhir hayatnya.

Colegio Lamatepec, sebuah sekolah asuhan Opus Dei nyaris ditutup pada 1981! Sekolah di jantung kota San Salvador itu terkena imbas perang sipil di El Salvador, negara berpenduduk mayoritas Katolik. Beruntung dalam pertemuan dengan Dewan Direksi Colegio Lamatepec di Roma,Pastor Álvaro del Portillo yDíez de Sollano sebagai pimpinan Opus Dei menegaskan agar kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan seperti biasa. Imam kelahiran Madrid, Spanyol, 11 Maret 1914, itu berkeyakinan jika mereka membantu menjaga anak-anak sesamanya, Allah pun akan menjaga anak-anak mereka.

Keyakinan yang dihidupi dengan setia itu seolah menggema hingga kini. Colegio Lamatepec tak pernah ditutup dan tetap bergeliat untuk mencetak alumni yang ikut mengembangkan tanah airnya. Selama masa kepemimpinannya, Pastor Álvaro pun terus mendorong berdirinya aneka karya sosial, seperti RS Monkole di Kinshasa, Kongo; RS Niger di Enugu, Nigeria; Pusat Teknologi Industri dan Usaha di Cebú, Filipina; Universitas Kepausan Salib Suci dan Seminari Internasional Sedes Sapientiae di Roma, Italia; serta Kolese Internasional Bidasoa di Pamplona, Spanyol; dll.

Anak ketiga dari delapan bersaudara ini juga peduli pada perkembangan imam dan calon imam diosesan dari seluruh penjuru dunia. Mereka dibekali spiritualitas dan dibantu agar bisa menuntut ilmu di lembaga pendidikan asuhan Opus Dei. Dalam salah satu pesannya, ia menulis: “Imamat bukanlah karir, melainkan suatu totalitas kemurahan hati dan penyerahan diri, dengan menabur kedamaian dan suka cita di dunia, serta membukakan pintu surga bagi yang dilayani dan pelayannya.”

Tapak Panggilan
Álvaro berasal dari keluarga Katolik saleh pasangan Ramón del Portillo y Pardo dan Clementina Diez de Sollano. Bundanya berdarah Meksiko, sementara sang ayah Spanyol. Ia menghabiskan masa remajanya dengan belajar di St Maria del Pilar, Madrid. Lalu ia melanjutkan kuliah hingga menggondol gelar Doktor Teknik Sipil di Madrid tahun 1941.

Di sela-sela studi dan pelayanan sosial sebagai mahasiswa, Álvaro jatuh hati pada Opus Dei. Pada 1935, ia bergabung dengan institusi yang didirikan oleh Pastor Josemaría Escriváde Balaguer (1902-1975) yang telah digelari Santo pada 6 Oktober 2002. Sembari studi, Álvaro mendalami spiritualitas Opus Dei di bawah bimbingan Escrivá melalui korespondensi. Bahkan, ia ditugaskan untuk belajar merasul di beberapa kota di Spanyol pada 1939.

Sembari mengajar di Fakultas Teknik almamaternya dan bekerja di lembaga pemerintahan, Álvaro masih sempat belajar Filsafat dan Sastra hingga meraih gelar Doktor pada 1944. Padahal ia masih menjalani formasi rohani. Akhirnya, ia bersama dua koleganya José María Hernández Garnica dan José Luis Múzquiz – menjawab panggilan imamat. Tiga pemuda ini ditahbiskan oleh Uskup Madrid, Mgr Leopoldo Eijo y Garay pada 25 Juni 1944. Mereka tercatat sebagai imam perdana Opus Dei setelah St Escrivá.

Usai tahbisan, Álvaro kian giat merasul dan mengembangkan Opus Dei di manapun ia berada. Lagi-lagi, ia memanfaatkan celah kesibukannya untuk mendalami Hukum Gereja. Doktor Kanonik pun berhasil ia genggam bersama dua gelar sebelumnya.

Tenggelam dalam Karya
Tahun 1946, peraih tiga doktor itu pun hijrah ke Roma, Italia. Álvaro tinggal seatap dengan Bapa Pendiri Opus Dei. Ia berkecimpung dalam karya pelayanan Opus Dei secara mondial bersama Escrivá. Ketika menghelat kunjungan pastoral ke pelbagai medan karya, ia hampir selalu terlihat bersama kolega yang telah menjadi Bapa Rohaninya selama ini. Tak heran, relasi Álvaro dan Escrivá begitu erat. Bahkan hingga detik-detik terakhir Escrivá tutup usia, Álvaro senantiasa berada di lingkaran terdekatnya.

Seorang imam Agustinian asal Irlandia, John O’Connor OSA, mengungkapkan, “Melihat keramahan dan kerendahan hatinya saat hadir di samping St Escrivá, seolah mengingatkan saya akan kerendahan hati St Joseph.”

Di Roma, Álvaro pun ikut terlibat dalam perhelatan Gereja mondial kala itu: Konsili Vatikan II (KV II). Pasalnya sebelum KV II digelar, ia telah berkecimpung di berbagai dikasteri Kuria Roma, antara lain Kongregasi Ajaran Iman, Kongregasi untuk Klerus, dan Kongregasi Penggelaran Kudus. Dalam persiapan dan selama KV II berlangsung, ia berperan penting dalam beberapa komisi. Awalnya, ia mengepalai Komisi untuk Awam dalam persiapan konsili. Lalu, ia diangkat sebagai Sekretaris Komisi untuk Klerus. Selama konsili ia ditugaskan sebagai peritus (ahli) yang memberikan masukan pada para Bapa Konsili.

Pergumulannya sebagai peritus selama KV II membuahkan dua buku: Faithful and Laity in the Church (1969) dan On the Priesthood (1970). Selain itu, Álvaro turut membidani revisi Kitab Hukum Kanonik (KHK) yang di kemudian hari edisi revisi itu diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1983.

Penerus Escrivá
Kala Escrivá wafat pada 26 Juni 1975, Álvaro didaulat mengampu tampuk kepemimpinan Opus Dei pada 15 September 1975, pasca Kongres Umum. Para peserta kongres melihat kapabilitas, kesetiaan, kerendahan hati dan semangat hidupnya yang selaras dengan visi Bapa Pendiri dalam dirinya. Tak pelak, pengganti Escrivá ini mampu meretas karya baru di 20 negara selama sembilan tahun memimpin. Bahkan namanya harum di beberapa kota di Italia, karena pelayanan pastoral serta keutamaan hidupnya.

Sungguh anugerah, Paus Yohanes Paulus II meresmikan Opus Dei sebagai Prelatur Personal dan menunjuk Álvaro sebagai Prelat pertama pada 28 November 1982. Prelatur Personal ini didirikan dengan maksud demi pemerataan karya pastoral dan misioner para imam di berbagai daerah dan bagi aneka kelompok sosial tertentu. Mereka hidup dengan statuta tertentu dan bekerja sama dengan Uskup Diosesan di mana mereka berkarya. Prelatur Personal punya landasan yuridis dalam KHK Kanon 294-297.

Pada 7 Desember 1990, Bapa Suci menganugerahkan martabat episkopal pada Álvaro. Ia ditahbiskan sebagai Uskup Tituler Vita pada 9 Januari 1991 oleh Paus Yohanes Paulus II. Motto tahbisannya, Regnare Christum Volumus! (Kami ingin Kristus Meraja!), menjadi kristalisasi semangatnya mengabdi Gereja dan sesama. Ia melayani sebagai Prelat Opus Dei hingga wafat pada 23 Maret 1994, sepulang berziarah dari Tanah Suci. Jasadnya disemayamkan di Gereja Ratu Damai Bruno Buozzi, Roma. Sejak 20 April 1994, Bapa Suci mengangkat Mgr Javier Echevaría Rodriguez menggantikannya sebagai Prelat Opus Dei.

Figur Inspiratif
Keutamaan hidup Álvaro terasa begitu akrab dengan para Paus sejak Yohanes Paulus II, yang sempat berziarah ke makamnya dan menggarisbawahi semangat serta kesetiaannya pada Takhta Suci. Paus Emeritus Benediktus XVI, yang pernah bekerja bersama dalam Kongregasi Ajaran Iman, terkesan dengan kesederhanaan dan kesigapannya. Paus inilah yang menggelarinya Venerabilis pada 28 Juni 2012.

Akhirnya, Paus Fransiskus menandatangani kesahihan mukjizat penyembuhan melalui perantaraan doa Álvaro pada 5 Juli 2013. Peristiwanya dialami bocah yang didera serangan jantung dan pendarahan di Chile pada 2003. Meski divonis tak bertahan lama, orangtuanya terus berdoa melalui perantaraan Álvaro. Di luar dugaan, anak itu sembuh dan sehat hingga kini. Pada Juni 2012, sekitar 12 ribu laporan mukjizat melalui Álvaro diterima Vatikan. Upacara beatifikasinya akan digelar di Madrid, Spanyol, pada 27 September mendatang.

Yanuari Marwanto/R.B.E. Agung Nugroho

HIDUP NO.08 2014, 23 Februari 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here