Disadari, lanjut Aphinus, bahwa sikat gigi meski sangat sederhana tetapi sering tidak direspon baik oleh anak-anak. Hal ini karena kurangnya pengetahuan mereka, tetapi, bisa jadi juga karena kurangnya dukungan dari orangtua.
“Ternyata, menyikat gigi belum menjadi kebiasaan di kalangan anak-anak di Asmat. Oleh karena itu, hal ini menjadi momentum bagi penerapan kesehatan agar terinternalisasi dalam keseharian anak sekolah,” ungkap Alphinus.

Kepala Puskesmas Atsj, Kabupaten Asmat Ambrosius Oktan mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud dari kekuatan dan kekompakan lintas sektor di Atsj. Keterlibatan masyarakat merupakan gambaran, bahwa masyarakat Asmat, khususnya Atsj, tidak mau terus tenggelam dalam keterpurukan di bidang kesehatan.
“Inilah yang memotivasi kami semua melaksanakan kegiatan yang didukung banyak pihak dari luar Asmat sebagai bukti dari kekuatan jejaring bagi kemajuan Anak Bangsa,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, sejak kasus campak dan gizi buruk terjadi beberapa waktu lalu, banyak pegiat kesehatan sampai saat ini terus memantau perkembangan gizi dan kesehatan masyarakat Asmat. Kegiatan-kegiatan seperti sikat gigi kiranya dapat menjadi habitus baru bagi masyarakat.
Dedianus Mela (Asmat)






