Teater Tanya : Pastoral di Atas Panggung

266
Teater Tanya dalam sebuah pementasan di ruangan terbuka.
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Dari atas panggung dan jalanan, Teater Tanya mengajak setiap orang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.

Api perlahan-lahan membakar beberapa potongan kayu. Seketika, perapian itu berubah menjadi terang. Tak lama kemudian, tiga orang merangkak mendekati kobaran api. Dari kobaran api itu, mereka menyalakan obor yang ada di tangan mereka. Saat tetabuhan gendang mulai terdengar, saat itu juga mereka menari mengikuti irama sambil mengitari api itu.

Adegan dengan obor itu seakan ingin mewakili keseluruhan babak teater bertajuk “Api Air Api” yang dibawakan oleh Teater Tanya. Pementasan yang digelar setahun silam itu mencoba menggali makna saat “api” dibakar oleh “air”.

Sebagai kelompok teater yang ada di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret, Sikka, Nusa Tenggara Barat, Teater Tanya akhirnya menjadi tempat bagi para frater, untuk mengekspresikan kemampuan akting. Di sela-sela waktu belajar untuk mempersiapkan diri menuju imamat, para calon imam ini mengembangkan talenta di bidang seni peran.

Belum Pensiun
Selain Tater Tanya, Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret masih memiliki kelompok minat yang lain. Benih Tater Tanya sendiri sudah mulai tumbuh bersamaan dengan berdirinya lembaga ini pada tahun 1955 hingga kini. Dalam rentang waktu itu, para frater tercatat telah melakonkan berbagai judul. Sebut saja Antigone, Hamlet, Nagalalang, Api Air Api, dan Mencari Yamin.

Kordinator Teater Tanya Retapiret, Fr Beny Bisa mengungkapkan, setiap tahun mereka mengadakan pementasan yang disebut “Kaledoskop”. Dalam pementasan ini, Teater Tanya bermaksud menyegarkan kembali memori yang terangkai sepanjang tahun. “Apa yang dipentaskan bertujuan mengingat kembali setiap kegiatan yang dijalankan di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret sepanjang tahun itu. Teater Tanya mencoba untuk mendramatisir kembali kegiatan yang telah dilaksanakan di seminari,” ujar Fr Beny.

Selain tema teologi dan filsafat, sudah sejak lama tema tentang sastra, seni, dan teater juga diminati oleh sebagian frater yang belajar di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret. Dari sana, muncul niat dari beberapa frater untuk membentuk sebuah kelompok teater. Alhasil, terbentuklah Teater Tanya pada 16 September 1997.

Fr Beny menuturkan, nama “Teater Tanya” sendiri diambil dari sikap dasar manusia, sebagai makhluk yang selalu bertanya (homo quarens). Dengan bertanya, manusia merealisasikan eksistensinya, untuk berdialog dengan yang lain. Dengan bertanya pula, manusia mencari kebenaran yang hakiki. Fr Beny melanjutkan, lebih jauh lagi Teater Tanya semakin bersemangat untuk bersuara dalam ziarah mencari kebenaran. “Teater Tanya, ingin bertanya sebelum kesempatan untuk bertanya terpasung dalam kebisuan yang membeku,” ujarnya.

Untuk tema pementasan, ada masa di mana Teater Tanya cenderung mementaskan “lakon” yang berorientasi pada pastoral. Perkembangan tema ini berubah pada tahun 1997-1999. Pada saat ini, pementasan drama berusaha selaras dengan gema reformasi di Indonesia. Fr Beny menjelaskan, hal ini dipengaruhi adanya begitu banyak “suara” yang dibungkam. Sedangkan kepentingan kaum terpinggir juga tidak pernah didengarkan oleh rezim yang otoriter. Pada masa itu, berkembang pemikiran di dalam tubuh Teater Tanya untuk menjadikan seni teater sebagai pendobrak kekuasaan yang tidak berpihak itu. “Teater tanya dinaungi spirit yang tergambar dalam moto ‘Suara Kami Belum Pensiun’. Selain itu kami juga punya semboyan, ‘kami tidak tahu apa yang anda tanyakan, tetapi kami tahu apa yang tidak anda tanyakan’,” jabarnya.

Menyapa Kaum Muda
Panggung bagi Teater Tanya tidak sebatas bangunan persegi dengan cahaya lampu warna warni. Salah satu pengurus, Fr Donis Goa mengungkapkan, dalam banyak kesempatan, “panggung” mereka adalah pasar, taman kota, pantai, dan beberapa tempat umum lain. Ia mencontohkan, untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda, mereka mementaskan teater dengan mengelilingi Kota Maumere. “Siang hari kami mengelilingi Kota Maumere dan orasi. Pada malam hari, kami berkumpul untuk mementaskan teater,” bebernya.

Dengan cara itu, peringatan Sumpah Pemuda mampu membakar kembali semangat kemerdekaan. Selain itu, lanjut Fr Donis, pementasan ini juga untuk memperkenalkan teater kepada masyarakat khususnya kaum muda.

Dalam perkembangannya, Teater Tanya juga tidak pernah melepaskan perhatiannya pada kekayaan sastra nusantara dan dunia. Fr Donis meyakini, selain punya minat dalam seni peran, para frater juga mengembangkan kecintaan pada dunia sastra. Dengan ini, para frater juga ingin membuka ruang bagi orang muda.

Di beberapa kesempatan, mereka mengunjungi sekolah di sekitar Maumere untuk melatih mereka menulis prosa, puisi hingga cerpen. Fr Donis mencontohkan, Teater Tanya pernah mendatangi SMAK Bhatyarsa, SMAN 1 Maumere, dan SMAN 2 Maumere. Dalam setiap kunjungan ini, para frater mengenalkan teater dan sastra kepada siswa di sekolah tersebut.

Dengan bekerjasama dengan siswa-siswa sekolah, sejauh ini, Teater Tanya telah berhasil menerbitkan empat buku berjudul We Have a Dream, Volume I sampai IV. Fr Donis mencermati, cara ini menjadi bentuk pewarisan literasi bagi kaum muda. Selain itu, inilah cara untuk menyapa mereka.

Pewartaan
Perjalanan yang panjang akhirnya mendorong Teater Tanya untuk senantiasa menggema sepanjang zaman. Mereka berusaha membentuk cakrawala berpikir yang lebih kritis terhadap setiap situasi, menuntun kaki yang selalu melangkah lebih jauh, dan hati yang senantisa terbuka terhadap setiap situasi hidup.

Fr Beny menuturkan, untuk mewartakan Kerajaan Allah ada banyak cara dapat dipakai, termasuk dengan seni teater. Potensi yang dimiliki oleh masing-masing pribadi, merupakan alat yang bisa dipakai untuk mengabarkan Kabar Gembira. “Ketika calon-calon imam memiliki talenta mementaskan teater maka itu dapat digunakan,” ujarnya.

Dengan Potensi atau talenta yang dimiliki setiap orang dipanggil untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran sebagai bentuk nyata menghadirkan kerajaan Allah. Fr Beny menjelaskan, pementasan teater juga merupakan cara berpastoral. Dalam setiap pementasan, berisi ajakan bagi umat beriman agar bersama-sama berziarah sembari memperjuangkan nilai-nilai kebaikan.

“Memperjuangkan keadilan, suara orang tertindas, miskin dan papa merupakan misi utama Teater Tanya. Melalui seni teater, kelompok ini menyampaikan pesan-pesan Kristus yang selalu bersabda setiap saat. Dari atas panggung dan jalanan, kelompok ini mengajak setiap orang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran sampai langit ini runtuh,” tuturnya.

Willy Matrona/Antonius E. Sugiyanto

HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here