Duka Sentani, Duka Indonesia

145
Evakuasi korban banjir Sentani oleh tim dari RS Provita, Jayapura.
[Goklian P. Haposan OFM]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Banjir Bandang yang menerpa Sentani, Jayapura, Papua meninggalkan duka. Keuskupan Jayapura langsung turun membantu.

Hingga berita ini diturunkan, banjir bandang dan longsor di Sentani, Jayapura, Papua, menewaskan sedikitnya 70 orang, 18/3. Bencana yang menerjang pada Sabtu, 16 Maret itu, menimbulkan korban luka-luka sebanyak 75 orang dan luka berat 41 orang. Sedikitnya ada empat ribu warga yang harus mengungsi dan 350 bangunan rusak- rusak.

Dikutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hujan deras yang mengguyur kawasan Sentani, diakibatkan curah hujan yang meningkat hingga mencapai 50.5 meter per jam. Hal ini membuat palungan sungai yang ada di sekitar Sentani tidak mampu lagi menampung derasnya air hujan. Ada indikasi, bahwa sebelumnya terjadi longsor di kawasan hulu yang kemudian membendung alur sungai. “Itulah yang menyebabkan mengapa terjadi banjir bandang dengan material
kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen banyak yang dialurkan ke bagian hilirnya. Kemudian menerjang sembilan kelurahan-kelurahan di kecamatan Sentani,” ujar Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Saat ini, banjir sudah surut tetapi menyisahkan lumpur dan material. Beberapa organisasi dan lembaga sosial masyarakat telah terjun langsung membantu korban banjir. Mereka membantu membersihkan sarana-prasarana umum. Beberapa di antaranya adalah Tim Gabungan Baznas Tanggap Bencana Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, TNI-Polri,
Pertamina, dan Keuskupan Jayapura.

Pastor Goklian Paraduan Haposan OFM mengatakan, sejauh ini sudah ada gerakan dari berbagai paroki, instansi, paguyuban, dan Rumah Sakit Katolik. Selain itu bantuan secara pribadi dari umat Katolik juga mulai berdatangan.

Di Paroki Sang Penebus Sentani, pastor paroki dan Orang Muda Katolik (OMK) langsung turun membantu para korban. Umat juga sudah turun membersihkan jalan-jalan dan mengevakuasi para korban. Pastor Goklian mengatakan sejak Minggu, 17/3, beberapa bantuan sudah diberikan.

Bantuan juga datang dari pihak Rumah Sakit Provita Jayapura, rumah sakit yang dikelola Ordo Fransiskan (Ordo Fratrum Minorum/OFM). Setelah bencana banjir bandang itu, RS Provita mengirimkan dua armada ambulan dengan masing-masing tujuh orang tenaga medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga lapangan. Tim ini dipimpin dr Guntur selaku dokter ahli bedah RS Provita. Mereka membantu merawat korban. “Bantuan dari Gereja secara nyata adalah terjun ke lapangan membantu korban yang mengalami luka-luka seperti patah tulang,” ujar dr Guntur.

Selain bantuan kesehatan, tim RS Provita juga membantu dalam hal pembagian bahan makanan. Pakaian, selimut dan tenda-tenda darurat juga disiapkan oleh tim ini. “Harapannya sebelum pemerintah membantu soal fasilitas, kebutuhan pangan dan sandang seperti makanan dan pakaian mereka terpenuhi,” ujar Pastor Goklian.

Sampai saat ini bantuan tidak saja datang dari lembaga kesehatan. Ada juga bantuan dari lembaga-lembaga lain termasuk Paguyuban Tianghoa Katolik Jayapura. Dikomandai Paulus Arfayan, anggota paguyuban ini membantu dalam berbagai bentuk seperti makanan dan minuman, tenda darurat, air bersih, dan selimut. “Keuskupan Jayapura secepat mungkin merespons kebutuhan para korban bencana alam. Ini sebagai salah satu bentuk dukungan nyata Gereja terhadap masyarakat khususnya para korban banjir di Sentani di masa Prapaskah ini,” ujar Pastor Goklian.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Mateus Saban (Jayapura)

HIDUP NO.12 2019, 24 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here