Beato Qerim Sadiku LaiK (1919 – 1945) : Suara Kenabian Martir Militer

248
Poster-poster martir Albania di atas jalan raya menjelang Misa Beatifikasi.
[Dok.HIDUP]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Perannya bagi Gereja Albania sangat besar. Saat komunis berkuasa, ia tampil sebagai penyelamat umat Katolik. Sebagai Letnan, ia menyelamatkan Gereja.

Usai Perang Dunia II (1939-1945) Albania dicaplok Italia (1939-1942), kemudian Jerman (1943-1944). Setelah perang berakhir, rezim Komunis Albania berkuasa. Rezim ini didirikan oleh Enver Hoxha (1908-1985), pemimpin Partai Buruh Albania.

Saat Hoxha berkuasa, Albania menjadi sebuah negara komunis. Seketika, semua praktik keagamaan dilarang di negara yang terletak di Eropa bagian Timur ini. Tidak saja para imam yang dibunuh, perwira yang taat pada iman Katolik pun berakhir di ujung senjata. Satu di antara mereka adalah Letnan Qerim Sadiku Laik.

Qerim wafat sebagai martir Gereja. Ia dibunuh bersama dua imam Serikat Yesus (Societas Jesu/SJ), seorang imam Fransiskan (Ordo Fratrum Minorum/OFM), seorang frater SJ, seorang seminaris, dan dua awam. Mereka ditembak lalu mayatnya dibuang di sebuah tempat pembuangan sampah dekat Kota Shkodrë.

Melawan Komunis
Pada masa kekuasaan Hoxha, ateis terus menyebar di seantero Albania. Sebagai seorang Katolik, Qerim tentu khawatir saat melihat gerakan ini. Di tengah kecamuk ini, ia pun berinisiatif mencari informasi tentang para imam di Albania. Melalui mereka, ia bertekat membangkitkan kembali iman umat.

Setelah lama mencari, Qerim lalu bertemu dengan Pastor Daniel Dajani SJ (1906-1946) yang juga rektor di sebuah seminari menengah di Albania. Lewat Pastor Daniel, Qerim dapat mengenal para pelayan pastoral lain. Ia juga bertemu dengan Pastor Giovani Fausti SJ dan Pastor Gjon Shllaku OFM.

Salah satu misi yang digagas Qerim bersama para pastor ini adalah menggerakan rakyat kecil melawan komunisme. Bila para pastor berteriak dari altar ke altar, Qerim menebarkan virus penolakan terhadap komunis di dalam tubuh militer.

Sebagai tentara, Qerim bisa bebas menggali informasi di dalam tubuh militer. Ia bahkan ditugaskan menjadi informan militer di dalam Gereja Katolik. Dengan kedekatan ini, ia berhasil membawa hasil positif. Ia mengetahui segala rencana yang hendak dibuat oleh militer. Ia tersentak, saat mengetahui, bahwa militer ingin menjadikan Gereja Katolik sebagai alat politik. Saat mengetahui ini, ia melaporkannya kepada Nunsio Apostolik Albania, Mgr Leone Giovanni Battista Nigris (1884-1964).

Rencana militer ini ternyata tidak hanya isapan jempol. Tak berselang lama, gereja-gereja disegel. Tidak hanya itu, Qerim juga menyaksikan bagaimana rezim yang berkuasa menutup seminari dan banyak biara. Hatinya seperti disayat, saat ia menyaksikan para imam, seminaris, dan awam ditahan dengan berbagai tuduhan yang tidak mendasar.

Dalam gerakannya ini, Qerim berusaha keras agar identitasnya tidak terbongkar. Meski memiliki darah Muslim dari kakek dan neneknya yang orang Montenegro, tetap saja ia terlahir sebagai Katolik. Namun, tak dipungkiri bahwa Banyak yang mengira ia seorang Muslim. Dari namanya, ia dianggap sebagai seorang Muslim. Memiliki nama “Qerim” atau “Kareem”, nyatanya menjadi keuntungan baginya.

Meski memiliki nama Muslim, tetapi Qerim justru lebih setia pada iman Katolik. Ia dikenal sebagai seorang yang aktif menghadiri setiap perayaan-perayaan besar Gereja Albania. Setiap mengikuti Misa, dia selalu terlihat tenang dan khusuk. Ia seorang yang tak pernah mengabaikan devosi pribadinya kepada Bunda Maria.

Kelahiran Vusanje, Montenegro, 12 Februari 1919 ini memang dikenal saleh. Bersama sang istrinya Marije Vata, Qerim sering menjalankan puasa dengan berziarah ke Gereja Santo Antonius, Lezhë. Di gereja yang dibangun pada abad XIII itu, Qerim bebas mengungkapkan keluh kesahnya kepada Tuhan. Marije pun tak mau kalah, ia adalah seorang wanita saleh yang selalu menghadirkan Tuhan dalam keluarganya. Marije tak pernah lalai mengingatkan Qerim untuk berdoa.

Martir Sampah
Pengaruh Hoxha dengan cepat menjadi semakin besar. Di saat bersamaan, komunis semakin menancapkan pengaruhnya di Albania. Dalam situasi ini, diam-diam Qerim terus melawan dengan kampanye anti-komunis di antara prajurit yang masih setia pada iman Katolik. Ia menjadi penggerak di resimennya untuk menolak kebijakan Hoxha. Beberapa prajurit yang setia kepada imannya pun ikut mensosialisasi penolakan terhadap komunisme.

Upaya Qerim nyatanya hanya seumpama menyeberang lautan hanya dengan selembar kecil papan. Meski kampanye menolak komunis terus ia galakan diantara para prajurit, nyatanya banyak umat yang sudah menyerah pada kebijakan Hoxha.

Sayangnya, perjuangan Qerim menyelematkan Gereja dari rezim komunis harus berakhir. Suatu hari, salah seorang teman menyaksikannya berdoa secara Katolik. Informasi ini langsung di bawah kepada tentara Komunis. Pada 3 Desember 1945, dirinya ditahan dan dijebloskan dalam penjara Shkodrë. Ia dituduh sebagai anggota Albanian Union-sebuah kelompok yang oleh Komunis dianggap Fasis.

Di saat yang sama, para imam terus melancarkan kritik pedas terhadap komunisme. Hoxha tentu melawan kampanye para imam ini. Pada tahun 1946, ia melarang Serikat Yesus untuk menjalankan semua aktivitas keagamaan di Albania. Setahun kemudian, giliran Fransiskan yang dilarang. Dengan dekrit No. 743 tentang agama, Hoxha melarang para pemimpin agama untuk bergaul dengan kekuatan asing.

Setelah Qerim ditangkap, rezim yang berkuasa lalu meringkus Pastor Daniel SJ, Pastor Fausti SJ, dan Pastor Gjon OFM pada September 1946. Di tahun yang sama pula, tentara juga menangkap Frater Gjergj Bici SJ, seorang seminaris Mark Cuni, dan dua awam.

Pada tanggal 4 Maret 1946, tepat jam 6:00 pagi hari, delapan orang ini dihukum mati. Setelah ditembak, jazad mereka lalu ditempat pembuangan sampah dekat sebuah pemakaman dil luar kota Shkodrë. Para pahlawan iman ini dibunuh dengan tuduhan menjadi “mata-mata” Vatikan.

Paus Fransiskus menyetujui dekrit penggelaran kudus Qerim. Pada 5 September 2016, ia dibatifikasi di Katedral Shën Shtjefnit, Shkodër, Albania. Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus Vatikan Kardinal Angelo Amato SDB mewakili Paus Fransiskus memimpin Misa Beatifikasi ini. Tanggal ini juga ditetapkan untuk mengenang Beato Qerim bersama 35 Martir Albania lainnya.

 

Yusti. H. Wuarmanuk/Antonius E. Sugiyanto

HIDUP NO.12 2019, 24 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here