Alam, Altar Kehidupan Manusia

275
Para peserta Misa Alam PALAPASS di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat mengikuti Perayaan Ekaristi.
[HIDUP/Marchella A. Vieba]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Alam menawarkan ragam pesan. Membangun relasi dengan alam, kaum muda membangun altar kehidupan di dunia.

Pecinta Alam Paroki Salib Suci (PALAPASS) Cilincing mengadakan Misa Alam untuk ketiga kalinya. Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat menjadi lokasi diadakannya kegiatan rutin PALAPASS dengan membawa 175 peserta lintas usia dan lintas paroki.

Acara yang mengusung tema “Sayangi Bumi Lestarikan Kehidupan” ini diadakan selama tiga hari, Jumat-Sabtu, 2-4/8. Para peserta berasal dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang sudah berpengalaman maupun yang baru pertama kali mendaki gunung.

Kegiatan ini diawali dengan berjalan kaki dari Gunung Papandayan, menuju camping ground yang sudah dipersiapkan oleh panitia di Pondok Saladah. Meski lelah, namun para peserta dengan rapih mengikuti semua rangkaian acara yang ada.

Ketua PALAPASS sekaligus Ketua Panitia Antonius Riyanto Wibowo mengatakan, acara ini diadakan dengan maksud untuk mengajak teman-teman untuk lebih memperhatikan alam dan lingkungan. “Kami mengajak kita semua untuk peduli lingkungan, makanya di rundown acara ada edukasi tentang membuag sampah pada tempatnya, pilah sampah, penanaman bibit pohon, dan lainnya. Hal ini juga merujuk pada seruan Paus dalam Ensilik Laudato’ Si,” jelas Antonius.

Cinta Alam
Pastor Albertus Yogo Prasetianto yang memimpin Misa mengatakan, kegiatan yang digagas oleh PALAPASS ini sangat baik apabila diteruskan. Bukan soal mendaki gunung, tetapi ada pesan dan pengalaman beranjak dari segala kenyamanan yang peserta dapatkan di lingkungan rumah, sekolah, dan sebagainya, harus mereka tanggalkan. “Di sini mau makan, harus masak dulu, mau ke toilet juga sulit. Hal ini mengajarkan sesuatu nilai yaitu kemandirian,” ungkap Pastor Yogo.

Menurut Pastor Yogo, wujud nyata cinta pada alam bahkan bisa kita lakukan di paroki, seperti pilah sampah, gotong royong, serta bersih-bersih gereja. “Banyak yang bisa kita buat untuk merefleksikan itu, dan PALAPASS bisa mendorong berinisiatif memulai,” sebutnya.

Senada dengan Pastor Yogo, Pastor Emanuel Prasetyono CM juga turut mendampingi kegiatan Misa Alam ini. Di hari pertama, dirinya mengakui gembira melihat teman-teman muda aktif, kompak, dan berkoordinasi dengan baik. Ia tak segan menyatakan rasa salutnya terhadap kegiatan yang digagas oleh PALAPASS ini.

“Para peserta terlihat antusias sekali, terutama ketika mereka masak. Mereka saling bersosialisasi satu sama lain, suasana kekeluargaan secara alamiah muncul. Alam dan segala yang ada di dalamnya bisa menjadi media pembelajaran yang Tuhan sendiri sudah sediakan,” ujarnya.

Pastor Pras, panggilannya melanjutkan, ketika di gunung ini tidak dapat signal, maka menghadapi atau berkomunikasi dengan orang lain bukan hanya sekadar teks saja, tapi secara langsung berinteraksi, bertatap muka. Dan itu sangat baik dilakukan. “Untuk anak muda, kegiatan seperti ini perlu. Di sini kita membangun relasi dengan alam. Bahwa kehidupan sehari-hari itu juga sebuah altar yang di dalamnya setiap hari kita mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan,” jelasnya.

Pastor Pras berharap, sekembalinya para peserta bisa lebih peduli terhadap lingkungannya. “Tuhan baik kepada kita dengan alam yang indah, kita bersyukur dan secara pribadi menyatu denganalam. Kita ingin menanamkan kepada teman-teman, bahwa kita sendiri sebagai voluntir untuk menjaga lingkungan bagi anak cucu kita nanti,” tandasnya.

Marchella A. Vieba (Garut)

HIDUP NO.34 2019, 25 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here