Bela Rasa Umat KAJ

1308
Kardinal Ignatius Suharyo (kedua dari kiri) saat mengunjungi Keuskupan Agats.
[NN/Dok.HIDUP]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Semakin beriman, umat akan semakin bersaudara dan berbela rasa dengan sesama.

Sebuah pesawat membawa Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo pada malam hari ke Timika. Tujuannya bukan Timika melainkan ke negeri para pengukir. Segala ketidakpastian menunggu di sana. Dimulai dari jadwal penerbangan yang tidak menentu, cuaca, serta medan ganas yang menunggu.

Kedatangan Kardinal Suharyo ke Agats untuk mengikuti acara rangkaian syukur Ordo Salib Suci (OSC) melayani di wilayah tersebut. Beruntung Kardinal tidak perlu mengalami penundaan penerbangan karena pesawat misi Katolik, AMA sudah di pesan untuk acara tersebut. Mendarat di bandara, mata disuguhkan oleh lapangan udara sederhana satu lintasan dan seorang yang menjaga agar kambing atau babi tidak melintas sembarangan. Kardinal pun harus melanjutkan perjalanan naik speedboat sekitar satu setengah jam untuk mencapai Agats.

Kardinal Suharyo menuturkan, ia pergi ke salah satu kampung bernama Momogo. Perlu waktu sekitar enam jam lamanya untuk mencapai tempat tersebut. Ia harus melewati sungai dengan lebar satu kilometer dengan penghuni sungai, buaya. Tiba di Momogo, ia baru melihat jalan darat. Sedangkan di Agats sendiri tidak ada tanah, semuanya becek karena rawa.

“Semua rumah ada di atas kayu. Kalau ada lapangan bermain juga itu dibuat kayu di atas tiang, tidak ada tanah. Tidak ada air selain air hujan dan air beli. Di sana sumurnya penuh, hampir tiap hari hujan, jadi tidak kekurangan air,” tutur Kardinal asal Sedayu ini.

Gerakan bela rasa umat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) kepada Keuskupan Agats bermula sekitar tujuh tahun lalu, saat sekelompok bapak yang datang kepadanya menanyakan apa yang mereka bisa buat untuk KAJ. Secara spontan Kardinal mengatakan, “Jika bapak-bapak mau membantu KAJ, silahkan membantu Keuskupan Agats. Itu salah satu keuskupan yang paling sulit medannya.”

Bagi Kardinal, tindakan ini sekaligus menerapkan semboyan KAJ “Semakin Beriman, Semakin Bersaudara, Semakin Berbela rasa”. Inisiasi ini dijalankan dengan baik dengan para bapak tersebut membentuk Panitia Peduli Keuskupan Agats (PPKA). Sejak saat itu PPKA melakukan kegiatan untuk membantu Agats. Tanpa lelah, mereka bolak-balik ke Asmat untuk mengembangkan bidang pendidikan dan pemberdayaan.

Bagi Kardinal Suharyo, yang paling menakjubkan adalah kerjasama antara Keuskupan Agats, dan PPKA Jakarta dalam memberi perhatian khusus kepada masyarakat Momogo. Masyarakat yang semua penduduknya menderita kusta pada waktu itu.

Melihat ini, Kardinal Suharyo ingin mengajak seluruh umat di KAJ untuk berpartisipasi di dalam membantu Keuskupan Agats. Maka pada hari Minggu, 26 Oktober 2019, disepakati, seluruh paroki di KAJ akan memberikan kolekte kedua untuk membantu Keuskupan Agats. “Kami tidak memilih bentuk malam dana tetapi kolekte karena kolekte itu mengajak seluruh umat KAJ dalam rangka semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbela rasa,” ujarnya.

Kardinal Suharyo juga mengapresiasi mereka yang diutus untuk melayani saudara-saudara di Agats. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kebesaran hati. Ketika melayani di Agats bukan hanya motivasi kemanusiaan yang menggerakkan tapi terlebih inspirasi iman yang besar. “Katekese kehadiran bagi mereka itulah yang amat penting karena mereka merasa ditemani tidak dipinggirkan, dibantu. Itulah katekese yang benar,” ujarnya sambil tersenyum.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.45 2019, 10 November 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here