DIPERLUKAN AKTIVISME PARA WAKIL RAKYAT

43
Cori Bush
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SEBUAH kejutan terjadi di Parlemen AS (House of Representatives): Seorang anggotanya, Ms. Cori Bush (CB) (Demokrat- dari Missouri) melakukan sebuah aksi berupa kemping di halaman Gedung Konggres (Capitol Hill) selama 4 hari berturut-turut. Anggota DPR AS yang masih “gres” alias freshman (baru tahun pertama) itu menuntut agar Pemerintah Joe Biden, yang berasal dari sesama Partai Demokrat juga, agar memperpanjang moratorium bagi para penyewa apartemen supaya tidak diusir karena tak mampu membayar sewa mereka. Jumlah para penyewa di seluruh AS tak tanggung-tanggung: 11 juta orang!

Aksi Cori Bush ternyata membuahkan hasil. Presiden Joe Biden, kendati sempat mewanti-wanti akan kemungkinan kesulitan dari segi hukum, sepakat memperpanjang moratorium selama 60 hari mulai bulan Agustus. Dengan demikian upaya wakil rakyat perempuan kulit hitam berusia 44 th ini, untuk setidaknya melindungi para penyewa yang tak mampu membayar uang sewanya. Waktu tersebut dianggap cukup sambil menunggu pencairan anggaran Pemerintah sekitar US $ 46 juta, yg memang diperuntukkan bagi bantuan sewa rumah kaum lapis bawah itu.

Langkah Cori Bush tak pelak mengundang decak kagum banyak kalangan. Bukan hanya karena sang pelaku masih baru, tetapi dalam sejarah politik AS sangat langka terjadi dan, terutama, karena keberhasilannya. Memang salah seorang anggota Parleman lain, Alexandria Ocasio Cortes (AOC) (Demokrat-New York), pada 2018 lalu pernah ikut aksi protes terhadap Ketua DPR, Nancy Pelosi (Demokrat-California), dengan cara ikut “menduduki” ruang kantor sang ketua. Tetapi dibanding apa yang dilakukan oleh Cori Bush, jelas kalah spektakuler, baik dilihat dari isu yang dibawanya maupun signifikansi politiknya. Maka tak heran jika kemudian para politisi senior Partai Demokrat, seperti Senator Chuck Schumer (Demokrat-New York) dan beberapa yang lain termasuk AOC dan Ayana Pressley (Demokrat-Massachusetts), ikut “ngobyongi” dan mendukung Cori Bush.

Pastinya Cori Bush bukan orang baru dalam soal aktivisme politik. Dia adalah seorang aktivis kulit hitam yang ikut dalam aksi protes di Kota Ferguson, Missouri, pada 2014 di mana seorang kulit hitam, Michael Brown Jr. (18), ditembak mati oleh seorang polisi kulit putih, Darren Wilson (28). Peristiwa ini telah menciptakan gelombang besar protes-protes yang melahirkan, antara lain, gerakan Black Lives Matter (BLM) pada 2015. Cori Bush tentu saja kemudian terlibat aktif dalam BLM yang, kita sama-sama tahu, semakin menonjol dalam perpolitikan AS setelah kasus pembunuhan seorang kulit hitam, George Floyd, oleh polisi pada 2020 yang lalu.

Cori Bush terbukti kemudian menjadi sangat populer namanya dan moncer dalam politik. Ia mengalahkan seorang inkamben dari partai Demokrat dalam pileg 2020 untuk Parlemen yang sudah bercokol lama mewakili Missouri. Anggota separtai yang dikalahkan oleh Cori adalah datang dari dinasti politik keluarga Clay, yang sudah menduduki kursi Parlemen lebih dari setengah abad lamanya (melalui Bill Clay dan anaknya, William Lacy Clay)! Ini mengingatkan kepada kesuksesan AOC yang kondang karena memenangi pileg untuk mewakili New York, mengalahkan seorang inkamben, Joe Crowley, yang sudah berada di Parlemen selama lebih dari 20 tahun!

Cori, sebagaimana AOC dan Bernie Sanders dkk, adalah para politisi dari sayap progresif kiri dalam Partai Demokrat AS. Dengan demikian platform politiknya juga tak jauh berbeda, termasuk pembelaannya terhadap M4A (Medicare for all), anti pengaruh korporasi dalam politik, kritis terhadap Israel dalam masalah konflik dengan Palestina, pro-Green New Deal, dan lain-lain. Itulah sebabnya ketika ia masuk menjadi anggota Parlemen dan melihat nasib kaum lapis bawah yang akan menjadi korban pengusiran pemilik rumah kontrakan, Cori merasa terpanggil. Dan ketika Parlemen dan Pemerintah yang dianggapnya tetap “mbulet” dalam melakukan proses penganggaran, ia pun melakukan aksi protes dengan kemping di halaman Capitol Hill selam 4 hari! Tak peduli bahwa DPR, Senat, dan Gedung Putih kini sedang dikuasai oleh partainya sendiri!

Hemat saya, apa yang dilakukan Cori adalah wujud aktivisme yang menjadi landasan dirinya masuk politik dan menjadi wakil rakyat. Sebagai orang yg mengalami sendiri bagaimana rasanya menjadi tunawisma (homeless), bagi Cori menjadi wakil rakyat bukan sebuah pekerjaan (occupation), tetapi lebih merupakan sebuah panggilan (calling) untuk melakukan perjuangan bagi kepentingan rakyat banyak, terutama yang berada di lapis bawah. Kendati AS adalah negara adikuasa dan kaya, tetapi faktanya jutaan orang miskin dan masih terlantar tanpa jaminan sosial yang memadai masih ada. Buat para politisi seperti Cori, AOC, dll, menjadi anggota Parlemen bukanlah sebuah tujuan per se, tetapi sebagai jalan agar perjuangan mereka lebih efektif, walaupun tak selalu berhasil. Dan karenanya, mereka tidak lupa bahwa tetap dibutuhkan keberanian untuk melakukan aksi-aksi protes, karena tak cukup hanya bicara dan beragumentasi di dalam gedung Parlemen saja!

Akankah di negeri kita muncul aktivisme macam ini dari para politisi di DPR/DPD/DPRD? Ataukah mereka malah menjadi contoh kongkret kelas “parvenu politik” (political parvenu) yang kiprahnya hanya mengatasnamakan rakyat yang “diwakilinya” demi meraih kepentingan-kepentingan pribadi, partai politik, dan kelompok mereka? Barangkali sudah waktunya diperlukan politisi-politisi seperti Cori Bush dan AOC di parlemen kita.***

Muhammad A.S. Hikam, pengamat politik

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here