Orang Muda, Misionaris Zaman Ini

298
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SEJAK masa pontifikat Paus Yohanes Paulus II, Gereja memberikan perhatian besar kepada orang muda dengan menyelenggarakan perayaan khusus, berupa Hari Orang Muda Sedunia. Saat Paus Benediktus XVI meneruskan tongkat penggembalaan Gereja Katolik, orang muda tetap menjadi salah satu fokus karasulan penting. Begitu juga dengan masa pontifikat Paus Fransiskus saat ini.

Dalam Dikasteri untuk Awam, Keluarga, dan Kehidupan, orang muda juga menjadi sentral. Diskateri ini menerbitkan Pastoral Guidelines for the Celebrations of World Youth Day in the Particular Churches (Pedoman Pastoral untuk Perayaan Hari Orang Muda Sedunia). Harapannya, di setiap keuskupan di seluruh dunia, orang muda mendapat peranan dalam Gereja. Mereka bukan sekadar pelengkap penderita yang sering disebut saja. Penyelengaraan hari orang muda perlu menyentuh problematika krusial yang dihadapi orang muda zaman ini.

Tantangan yang dihadapi orang muda ke depan, terang saja tidaklah ringan. Jika kita berpijak pada keadaan dua tahun terakhir ini, — pandemi memporak-porandakan dunia dalam arti yang seluas-luasnya, orang muda terdampak langsung. Keluarga-keluarga, di mana orang muda hadir dan berada, mengalami guncangan yang hebat dalam ketakutan dan ketidakpastian akan masa depan. Banyak orang muda ‘kehilangan’ kesempatan untuk menimba ilmu di kampus atau sekolah-sekolah sebagaimana mestinya. Sementara itu, perubahan dunia sedemikian cepat bergerak ke arah yang juga membuat orang muda dapat kehilangan orientasi.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang terus-menerus tanpa henti-hentinya juga membawa dampak yang besar bagi orang muda. Jikalau, orang muda tidak mendapat pendampingan (pelayanan pastoral) yang intensif, dikhawatikan orang muda bisa terperangkap dalam pusaran ini dan berpotensi menjauh atau meninggalkan  Gereja. Gereja menjadi sesuatu yang kurang (atau tidak) menarik perhatian orang muda zaman ini.

Maka, pascapandemi dan pascadisrupsi digital ini, Gereja harus secara serius memikirkan strategi baru model penggembalaan orang muda. Komisi atau seksi-seksi yang menangani orang muda perlu mengerahkan segala upaya dan tenaga untuk menerjemahkan Pedoman Pastoral tadi pada level keuskupan, paroki, stasi, dan lingkungan yang paling dekat dengan orang muda. Jika pedoman tersebut tidak menyentuh perhatian dan minat orang muda, kekhawatiran akan keterlibatan orang muda dalam menggereja kian lama kian tergerus.

Dalam bingkai Sinode Para Uskup Sedunia yang tengah berlangsung saat ini, sejauh manakah orang muda diikutsertakan? Sejauh mana orang muda menjadi subjek yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting, tak hanya terkait dengan orang muda itu sediri tapi juga dengan keprihatinan dan harapan Gereja yang lain.

Paus Yohanes Paulus II pernah menegaskan, bahwa orang muda harus merasa Gereja peduli pada mereka. Ia mengajak semua pihak untuk memberikan komitmen terhadap orang muda, mendengar harapan dan aspirasi mereka.

Jika Paus Fransiskus terus menggandeng orang muda, tak lain agar visi pendahulunya itu sungguh-sungguh diwujudnyatakan di semua level. Harapannya, orang muda di mana pun berada merasakan tangan Kristus melalui Gereja-Nya terus merangkul mereka. Dan, mereka pun diutus untuk menjadi misionaris zaman ini!

HIDUP, Edisi No. 2, Tahun ke-76, Minggu, 9 Januari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here