Menggerakkan Generasi Z Mewartakan Nilai Kebangsaan: Betapa Indahnya Keberagaman yang Ada

422
Setelah bernyanyi di dalam gereja, para peserta dengan keceriaannya berfoto bersama di depan rumah ibadah tertua di Kampung Sawah tersebut.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “Jalinan acara Kemah Kebangsaan II sungguh mengesankan, membuat kami menyadari secara langsung betapa indahnya keberagaman yang ada!” ungkap Tim Maluku Putri di video klip mereka seusai acara.

Para peserta Kemah Kebangsaan II bersama Kiai Rahmadin Afif (bersorban, depan, keempat dari kanan)

ACARA Kemah Kebangsaan II diselenggarakan oleh DPC Kota Bekasi Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika (Fornas BTIka), didukung oleh Yayasan Fisabilillah (YASFI), Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, Paroki Kampung Sawah Santo Servatius, Perkumpulan Strada, Pemda Kota Bekasi, Alumni Kemah Kebangsaan I disertai dukungan Surat Rekomendasi dari Kepala Cabang Dinas Wilayah III Provinsi Jawa Barat dan para donatur lain, pada 29-30 Oktober 2022 di Vila Yayasan Fisabilillah, Jati Asih, Bekasi.

Utusan 37 SLTA

“Di Kemah kebangsaan yang ke-2 ini, kami berharap para siswa SLTA, yang merupakan Generasi Z itu, bukan lagi sekadar cinta tanah air,“ tutur Ustadz Sholahudin Malik, Ketua Umum DPC Kota Bekasi Fornas BTIka, “Tapi menghasilkan suatu karya untuk kemajuan bangsa, berkarya untuk negeri dan punya karakter dewasa dengan nalar kritis terhadap isu yang berkembang. Mereka juga diharapkan tergerak untuk menebarkan cinta serta kasih sayang pada sesama. Semuanya kami proyeksikan untuk indonesia lebih baik,” lanjutnya.

Rangkaian acara yang membidik tema “Menjadi Penggerak Kebhinnekaan yang Smart, Tangguh, dan Visioner” tersebut dikemas padat namun menyenangkan. Sejak awal para peserta yang merupakan anak utusan 37 SMA/SMK se-Kota Bekasi dibagi berdasarkan kelompok yang sengaja diacak agar mereka mendapat teman baru dalam satu kelompok. Nama kelompok menggunakan nama-nama provinsi di Indonesia. Pemberian materi-materi bernuansa kebangsaan juga disajikan dengan cara yang fun, sesuai dengan selera generasi Z.

Salah satu pemberi materi, Intan Fauzi, staf Khusus Menteri Agama RI, misalnya, pada acara Kelas Kebangsaan Siang menyampaikan kaitan antara cinta bangsa dengan kemampuan Gen Z untuk bersaing sebagai enterpreuner muda.  Sementara Romo Odemus Bei Witono SJ, Direktur Perkumpulan Strada, pada acara Kelas Kebangsaan Malam, banyak bercerita tentang pola kerukunan di Kampung Sawah-Bekasi, kampung kelahirannya. Romo Bei juga mengajak beberapa peserta untuk memberi kesan saat mereka berkeliling ke 3 rumah ibadah.

“Saya senang, di GKP, kami diajak menyanyi penuh semangat!” ujar seorang peserta.

“Di Gereja Servatius, kami diajak menyelami kisah sejarah gereja yang banyak memperlihatkan kerukunan agama di Kampung Sawah!” ungkap peserta lain.

“Di Rumah Abah, Kiai Rahmadin, kami memperoleh kisah-kisah kerukunan yang turun-temurun di Kampung Sawah.”

Selain Romo Bei, pemberi materi Kelas Kebangsaan Malam adalah Syaiful Arif (BPIP) dan Gildas Deograt.

Meri, alumni Kemah Kebangsaan I yang menjadi Pendamping tengah mendampingi para peserta saat berdinamika kelompok.

Banyak peristiwa tak terduga, namun indah, yang dialami para peserta. “Semula aku kurang siap untuk bersosialisasi dengan teman-teman baru tersebut! Karena aku takut respons mereka tidak sesuai dengan yang kupikirkan!” tutur Sheren,”Namun, ketika pembagian kelompok terjadi…waow…kami langsung akrab, ceria, dan enak kerja sama!” Sheren berada di Kelompok NTB Putri bersama Sharifah, Dinda, Bintang, Michelle, dan Khusnul.

“Kedekatan kilat” di antara mereka, yang terdiri dari pelbagai sekolah, suku, agama, begitu terasa saat mereka harus berjalan kaki dari Villa YASFI yang berada di bukit, turun lewat jalan setapak, menelusuri kompleks dan kampung, untuk sampai ke destinasi Jelajah Kebhinnekaan pertama, yakni Rumah Abah Kiai Rahmadin, di sebelah Masjid Al Jauhar. Seperti yang disampaikan peserta, Kiai Ramadin bertutur banyak tentang nilai-nilai kerukunan di Kampung Sawah. Betapa konsep kearifan lokal “satu pu’un” (satu pohon, satu keluarga) dijalankan terus-menerus, dan turun temurun.

Acara pemberian materi siang yang molor cukup lama, membuat acara Jelajah Kebhinnekaan berlangsung dramatis. Perjalanan dari Masjid Al Jauhar ke Gereja Servatius, yang cuma beberapa puluh meter, disertai hujan turun agak deras, sementara umat yang mau mengikuti Misa sore sudah berdatangan. Kabar dari GKP menambah suasana dramatis namun hangat, “Pukul 19.00 WIB, GKP akan ada acara lain!” pesan Pendeta William Alexander.

Maka jadilah, penjelasan tentang sejarah kerukunan yang mewarnai sejarah Gereja Umat Katolik Kampung Sawah dilakukan di bawah kanopi utara gereja, di bawah rintik hujan, dengan pesan.

Destinasi terakhir, yakni GKP, tanpa diduga menjadi acara yang sangat ceria dan hangat. Para peserta lintas agama dan lintas sekolah tersebut diajak bernyanyi, sahut-sahutan oleh Pendeta William dan Pendeta Yoga Willi Pratama di dalam gereja.

Ikrar Kebangsaan

Acara Api Unggun di malam hari adalah acara yang ditunggu peserta. Setelah melakukan upacara bendera malam, seluruh peserta diajak membuat lingkaran di tengah api unggun. Di situ mereka mengumandangkan Ikrar Kebangsaan, sebagai hasil permenungan bersama,”Kami pemuda pemudi Indonesia, bersumpah akan melanjutkan perjuangan pahlawan kami untuk terus bersatu dengan keanekaragaman yang ada, demi Bangsa Indonesia, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika!”

Sumpah bermuatan Ikrar Kebangsaan tersebut, yang ditulis di atas kertas, secara simbolik, dilempar bersama-sama ke api unggun yang menyala terang, di tengah kegelapan kebun pisang, duku, yang mengelilingi Villa YASFI.

Dinamika Kelompok

Di hari kedua para peserta diajak untuk melakukan senam. Setelah itu, pelbagai acara dinamika kelompok yang mengakrabkan, menghangatkan, dan beraroma nilai-nilai kebangsaan terselenggara dengan riang dan menyenangkan.

Melempar lembar Sumpah Ikrar Kebangsaan ke tengah api unggun sebagai bentuk penyerahan sumpah tersebut ke api kebangsaan.

Hingar-bingar keakraban begitu membahana saat masing-masing kelompok harus “bertarung menyangkal diri” demi keberhasilan kelompok. Kegiatan Jaring Laba-Laba, Air Keseimbangan, dan lain-lain begitu fun buat mereka.

Menjadi “Kakak”

Romo Johanes Wartaja SJ, Kepala Paroki Kampung Sawah, saat menyatakan dukungan pada acara Kemah Kebangsaan II, di hadapan para utusan pengurus Fornas BTIka yang dikomandoi oleh Sekjen Fornas, Yuherisman Sangaji menyatakan,”Kegiatan seperti ini tidak boleh berhenti. Harus ada follow up untuk kegiatan berikutnya!”

Senada dengan ajakan Romo Wartaja, sebagian peserta, yang akan disebut Alumni Kemah Kebangsaan II, bersama dengan Alumni Kemah Kebangsaan I, yang saat acara telah menjadi pendamping adik-adiknya, tahun 2023 akan diajak untuk “Road Show Kebangsaan” ke SMP-SMP di Kota Bekasi. Mereka akan menjadi fasilitator buat adik-adik SMP.

Dinamika kelompok “Menembus Jaring Laba-Laba” sebagai bentuk pengingkaran diri demi kelompok.

Rencananya, peran “kakak” tidak berhenti di situ. Satu orang alumni kebangsaan akan terus menjadi “kakak” yang mendengarkan, mendampingi, 5 orang adik SMP. Begitu seterusnya.  Begitu cita-cita DPC Kota Bekasi Fornas BTIka dalam upaya mengajak Generasi Z mewartakan nilai-nilai kebangsaan, sekaligus membentuk kader kebangsaan sejak dini. Kesukesan acara yang pelaksanaannya digawangi oleh duet Ustad Saifulloh dan Stefanus Soni Sosawe tersebut hanyalah pintu masuk menuju kaderisasi kebangsaan terstruktur di Kota Bekasi.

Aloisius Eko (Kontributor, Bekasi)

HIDUP, Edisi No. 49, Tahun ke-76, Minggu, 4 Desember 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here