Setelah Separuh Abad, Alumnika UI “Kembali ke Rumah Melalui JalanLain”

239
Bincang-bincang di Pendopo Wisma SY, Depak dengan tema "Profesi dan Bisnis Masa Depan" bersama Rhenald Kasali (kiri kaos hitam)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Ayat Kitab Suci yang menjadi acuan dalam perayaan Natal yakni para Majus kembali ke negerinya melalui jalan lain (Matius 2:12) menjadi sangat bermakna dalam reuni Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) yang diselenggarakan Wisma SY (Sahabat Yesus), Depok pada 14 Januari 2023.

Misa Natal, Tahun Baru dan Homecoming ini diselenggarakan oleh tiga elemen yakni Alumnika UI, Paguyuban Dosen Katolik UI, dan Keluarga Mahasiswa (KMK) UI.

Hadir juga para guru besar UI, Rhenald Kasali sebagai narasumber bincang-bincang “Profesi dan Bisnis Masa Depan”; Teddy O.H. Prasetyono (Ketua Paguyuban Dosen); Daldiyono; May-ling Oey; Sulistyowati Irianto; Adrianus Meliala; Djoko Sihono Gabriel dan Dekan Fasilkom, Petrus Mursanto.

Ki-Ka: Romo R. Bambang Rudianto, SJ (Moderator), Soedibyo (Dosen UI), Rhenald Kasali (Guru Besar FEB UI), Enrico (Ketua KMK UI), Teddy Prasetyono (Ketua Paguyuban Dosen UI), dan Mathilda AMW Birowo (Ketua Alumnika UI)

Kebersamaan para mahasiswa juga diwujudkan dalam pertemuan ini melalui persembahan Paduan Suara mahasiswa Katolik dari berbagai Universitas di Depok seperti President University, Gunadarma dan Pancasila.

Wisma SY menyimpan banyak kenangan bagi alumni Katolik tak hanya dari UI tetapi juga universitas-universitas lain di sekitar Depok. Sebelumnya di tahun 80an para mahasiswa/I atau yang dikenal dengan Keluarga Umat Katolik Sivitas Akademika (KUKSA) UI mempunyai tempat ‘mangkal’ di Wisma SY Kramat 7. Setelah itu, dengan berpindahnya kampus UI ke Depok, maka arena kumpul berpindah ke Wisma SY, jalan Margonda Raya, Depok.

Mathilda AMW Birowo, Ketua Umum Alumnika UI dalam Pengantarnya mengatakan, “Dulu para alumni berkumpul di Wisma SY dengan status yang sama yakni mahasiswa/i, maka sekian puluh tahun kemudian mereka berkumpul dari berbagai profesi dan wilayah di Indonesia bahkan dari luar negeri. Kembali pulang ke ‘rumah’ melalui jalan lain artinya lewat pengabdian mereka masing-masing dalam masyarakat. Namun, tetap memiliki spirit yang sama untuk berbakti bagi Gereja dan Bangsa.” Bagi tak sedikit mahasiswa, Wisma SY menyimpan banyak kenangan manis, belajar bersama, berdoa bersama, bercengkerama bahkan ketemu jodoh di sana pula.  Pembangunannya Wisma SY melibatkan karya-karya arsitek muda saat itu, katakanlah Yori Antar yang merancang Gua Maria dan Bernadine Dwi Wirasti yang mendisain bangunan Wisma SY di tahun 1988.

Romo Ignatius Ismartono, SJ (duduk depan, kelima dari kiri) bersama ‘mahasiswa’ binaannya dua generasi.

Romo Ignatius Ismartono, SJ yang saat itu menjadi Pembina mahasiswa dan terlibat dalam pembangunan Gedung Wisma SY ini menyebutkan, ada filosofi dalam rancang bangun Wisma SY.

Pelataran parkir di depan adalah tempat menaruh sepeda motor atau mobil para tamu termasuk mahasiswa. Dalam hitungan saat itu, kendaraan mobil biasa digunakan mahasiswa sebagai fasilitas dari orangtua, mereka masih bergantung pada orangtua.

Memasuki pintu depan,  masuk ke “mandala” Wisma SY menjadi pribadi tanpa membawa “barang-barang orang lain” melalui ruang perpustakaan. Ibaratnya mahasiswa masuk Universitas adalah untuk belajar, buku merupakan salah satu alatnya.

“Di dalam perpustakaan ini terdapat berbagai macam buku, tetapi selalu tersedia buku-buku mutakhir, misalnya terbitan Kanisius, Yogyakarta. Juga ada video terutama terbitan Puskat Yogyakarta. Di atas perpustakaan ini terdapat sebuah ruang – Upper Room – untuk petemuan bersama, terutama untuk memperdalam iman,” jelasnya.

Dari Perpustakaan, masuk ke Pendopo, di situ persahabatan dapat dikembangkan, terutama persahabatan dengan Tuhan dan sesama, lewat perayaan Ekaristi. Pendopo ini berfungsi sebagai sebuah tempat pertemuan besar, seminar, penerimaan tamu.

Di belakang Pendopo terdapat ruang yang disebut “barak” di situ terdapat tempat tidur bertingkat buatan ATMI Solo. Bila pertemuan melebihi sehari misalnya pembinaan mahasiswa “Tri Hari Bina Diri”, Jumat sore sampai Minggu sore, peserta dapat menginap di barak dan mahasiswi di ruang yang terdapat di atas perpustakaan.

Bagian selanjutnya, Pastoran. Di sini, seseorang dapat bertemu Romo Pembimbing, untuk melakukan pemahaman lebih lanjut mengenai berbagai macam soal kehidupan terutama sehubungan dengan kehidupan beriman, atau untuk menguji diri. Romo yang kini disebut sebagai Moderator, menjadi sebagai “sounding board” untuk berargumen. Juga di sini terjadi berbagai bentuk konsultasi hingga penerimaan sakramen tobat.

Bernadine Dwi Wirasti, arsitek yang merancang bangunan Wisma SY Depok

Di belakang Wisma SY, terdapat taman yang luas, dengan slogan  “Dalam Hening-Mu, Kusadari Cinta-Mu”. Di kebun belakang ini terdapat Gua Maria, Ratu Perdamaian. Hening di depan seorang Bunda merupakan ciri khas kekatolikan. Gua Maria ini merupakan persembahan para mahasiswa melalui urunan dana yang dikoordinatori oleh Menuk Sudaryanti (Bendahara Alumnika UI). Gua Maria diberkati oleh Mgr. Leo Sukoyo, SJ, Uskup KAJ. Saat ini Gua Maria diletakkan di tengah area dekat pendopo yang biasa digunakan untuk Perayaan Ekaristi.

Gua Maria

Terdapat jalur kosong di belakang pendopo. Jalur itu dapat menjadi tempat parkir mobil, dibuat sedemikian untuk mengantisipasi sekiranya terjadi ha-hal tak diinginkan misalnya musibah kebakaran (libera nos, Domine) mobil pemadam kebakaran dapat mencapai sasaran yang harus ditolong dengan lacar, tanpa hambatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here