Ketua Alumnika UI, Mathilda AMW Birowo: Generasai Muda Perlu Pendampingan

203
Ki-Ka: Romo Rudianto (Moderator) Soedibyo (Dosen UI) Rhenald Kasali (Guru Besar UI), Enrico (Ketua KMK UI) Teddy Prasetyono (Ketua Paguyuban Dosen UI), Mathilda AMW Birowo (Ketua Alumnika UI)
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Alumnika UI diharapkan menjadi pelopor gerakan untuk mendukung generasi muda, di dalam dan di luar kampus UI melalui Gerakan Peduli Generasi Muda di wisma SY.

“Hal ini sejalan dengan salah satu misi dari Alumnika UI untuk juga melakukan kaderisasi generasi muda agar kelak menjadi pemimpin nasional yang mampu berdaya saing secara global,” Mathilda AMW Birowo (Ketua Alumnika UI) dalam Kata Pengantar acara reuni tiga elemen: Alumni Katolik UI, Paguyuban Dosen Katolik UI dan Keluarga Mahasiswa Katolik UI, di Wisma SY Depok, 14 Januari 2021.

Pemikirannya adalah karena generasi muda di zaman mana pun sangat membutuhkan pendampingan untuk menemukan tak hanya makna hidup dirinya sendiri, tetapi juga berbagi pengalaman agar semakin banyak generasi muda memutuskan dengan pertimbangan yang matang tentang tujuan hidupnya.

Hal senada disampaikan Romo R. Bambang Rudianto, SJ, Moderator Alumnika UI, Paguyuban Dosen Katolik UI dan KMK UI.

”Pendampingan generasi muda hanya mungkin terjadi bila generasi muda juga menyadari kebutuhan pendampingan tersebut yang tak hanya berkaitan dengan material/fisik untuk kehidupan harian, tetapi semakin berkembang ke arah yang lebih dalam dan spiritual,” ujarnya.

Wisma SY adalah wadah interconnecting antara generasi, antarpengalaman dan pribadi yang memungkinkan proses pendampingan ini terjadi, baik secara material, spiritual dan pada akhirnya menjadi wadah kaderisasi transformasi dari dalam generasi muda, yang berlangsung secara berjejaring antar generasi.

Romo Rudianto menjelaskan bentuk konkret gerakan sebagai pertama, gerakan peduli generasi muda melalui penyediaan barang sandang pangan dengan harga yang sangat terjangkau dan berkualitas melalui konsep Berbagi dan Berjejaring. Kedua, Gerakan peduli generasi muda melalui peningkatan kesadaran dan wawasan bagi generasi muda dalam bentuk Kampus Merdeka yang diselenggarakan di Wisma SY, melibatkan institusi pendidikan, perusahaan dan aneka komunitas Katolik yang ada di KAJ.

Selanjutnya, Romo yang 16 tahun berkarya di Jepang dan sebelumnya dipercaya mengembangkan Sanggar Prathivi, menggagas gerakan peduli generasi muda melalui pendalaman sejarah pertumbuhan Gereja Indonesia dalam bentuk kursus-kursus tentang gereja yang diharapkan dapat menciptakan pemandu yang akan mendampingi generasi muda maupun umat pada umumnya melalui program ziarah yang dikemas dalam bentuk rekoleksi maupun retret.

Bergerak Cepat dan Beradaptasi

Sementara itu, pada hari yang sama, Guru Besar FEB UI, Rhenald Kasali dalam bincang-bincang di Pendopo Wisma SY pagi itu mengatakan bahwa perubahan di berbagai sektor terjadi begitu drastis dan kaum muda dituntut bergerak cepat untuk beradaptasi, membuka pikiran dan menjawab tantangan.

“Covid 19 mengajarkan kita hidup untuk berpeduli dan memiliki empati. Bersamaan dengan itu juga mengembangkan ide kreatif baru,” kata Rhenald.

Dicontohkan, bagaimana Singapura mengubah Changi Airport tak sekadar berfungsi sebagai bandar udara tetapi juga memindahkan pusat rekreasi dan hiburan dalam Bandara.

“Ada air mancur indah dibangun di situ, di samping pertokoan lengkap dan restaurant, membuat pengunjung tak bosan berada di sana dan mengundang orang untuk datang di pintu gerbang Singapura,” kata Rhenald.

Rhenald Kasali (kiri memegang mik) dalam acara Bincang-bincang “Profesi dan Bisnis Masa Depan”  di Pendopo Wisma SY, Depok, Jawa Barat.

Penulis dan pakar manajemen ini juga menyinggung bahwa kita perlu tanggap bahwa masa depan ada di desa. Masa lalu masyarakat berbondong-bondong meningggalkan desa ke kota-kota besar untuk mencari peluang dan memperbaiki hidup.  Mengapa? Karena hasil-hasil pertanian dihargai rendah ketika rantai distribusi begitu panjang untuk sampai ke end user. Fenomenia kini, perkembangan internet memungkinkan para petani menjual produk pedesaan langsung ke pengguna dengan nilai tinggi.  Potensi wisata juga berkembang mulai dari produk wisata alam, budaya, kuliner hingga religi. Sejalan dengan perhatian Pemerintah dan pembangunan pesat dilakukan di desa-desa.

Pendiri Rumah Perubahan dan Guru Besar UI ini menyebutkan pentingnya program pelatihan soft skills seperti Nation building dalam menginspirasi generasi muda untuk lebih peka terhadap peluang dan kreatif.

Dikatakan pula, kenaikan populasi dunia yang pesat akan memicu kecerdasan buatan dan teknologi artifisial yang mendominasi banyak aspek. Era massive artificial living, dimana Indonesia akan memasuki era ledakan kecerdasan yang jika tidak  diantisipasi maka 10 tahun ke depan akan banyak generasi muda yang terdampak sindrom useless generation, sulit bekerja. Selain itu produk-produk sintetis  dan artificial akan semakin banyak beredar.

“Oleh karena itu dibutuhkan pembaruan kebiasaan sesuai kondisi zama,” tambahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here