Uskup Keuskupan Malang, Mgr. H. Pidyarto Gunawan, OCarm: Kita Dipanggil untuk Mewartakan

358
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – DALAM suatu dialog antara biarawan-biarawati dengan sejumlah tokoh umat, ada seorang bapak yang mengungkapkan kesannya bahwa Gereja Katolik kurang mendorong umatnya — termasuk biarawan-biarawatinya — untuk mewartakan Kristus secara eksplisit kepada sesama. Menurut dia, teman-temannya yang beragama Kristen/Protestan biasanya lebih aktif dan lebih berani mewartakan Kristus kepada sesama.

Dalam batas tertentu pengamatan bapak tersebut memang sesuai dengan kenyataan. Kadang orang Katolik memberikan alasan klasik ini, “Saya tidak begitu memahami ajaran Katolik. Karena itu, lebih baik saya diam dan tidak mewartakan Kristus … daripada saya salah.” Namun, mewartakan Kristus tidak harus berarti mengajar orang lain tentang hal-hal yang rumit. Suatu kesaksian yang mendasar, bahkan yang tidak sempurna pun, mencukupi. Kisah perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria bisa menjadi inspirasi bagi kita. Kisah itu melukiskan perjalanan iman seorang perempuan Samaria.

Pada awal perjumpaan, perempuan itu menaruh curiga kepada Yesus. Karena itu, ketika Yesus meminta air minum kepadanya, dengan ketus dia menolak dengan dua alasan ini: sebab Yesus  itu seorang lelaki dan berbangsa Yahudi, sedangkan dia seorang perempuan dan seorang Samaria yang bermusuhan dengan orang Yahudi.

Tetapi Yesus tidak putus asa. Ia mencoba membangun komunikasi dengan perempuan itu. Maka terjadilah dialog antara keduanya. Namun, dialog itu tidak langsung menghasilkan buah. Ketika Yesus berbicara mengenai anugerah air hidup yang memancar sampai hidup yang kekal, berkali-kali perempuan itu salah paham. Yesus berbicara mengenai air rohani, yakni Roh Kudus (Bdk. Yoh. 7:38-39), tetapi yang dipikirkan perempuan itu adalah air sumur duniawi sehingga ia menarik kesimpulan-kesimpulan yang tolol. Tetapi Yesus bersabar dengannya.

Untuk memecah kebuntuan, Yesus menunjukkan kepadanya bahwa Dia mengetahui kehidupan pribadi perempuan yang baru sekali itu Dia jumpai. Melihat pengetahuan Yesus yang luar biasa, perempuan itu sadar bahwa Yesus adalah seorang nabi. Sejak itu, malah dia yang aktif bertanya kepada Yesus mengenai tempat ibadah yang benar. Ia juga berbicara mengenai Mesias.

Singkat kata, pada akhir dialog tersebut, sampailah perempuan Samaria itu pada keyakinan bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang dijanjikan Allah. Karena itu ia sangat bersukacita dan merasa ingin sekali mewartakan Yesus kepada orang-orang sekampungnya. Dia meninggalkan tempayan airnya di dekat sumur. Tanpa membawa tempayan itu ia bisa berjalan lebih cepat, bahkan mungkin setengah berlari. Meskipun tidak banyak pengetahuannya mengenai Yesus, itu bukan halangan baginya untuk mewartakan Yesus kepada orang-orang sekampungnya.

Kepada mereka ia hanya berkata, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (4:29). Dari kesaksian dan ajakan yang sederhana itu, orang-orang sekampungnya tertarik dan pergi menemui Yesus. Mereka meminta supaya Dia bersedia tinggal bersama mereka. Dari perjumpaan langsung dengan Yesus, mereka percaya kepada-Nya. Itu semua terjadi berkat kesaksian sederhana seorang perempuan.

Kami yakin, kisah di atas menggambarkan juga kisah panggilan banyak orang. Pada awalnya, karena pikiran mereka terlalu duniawi, seringkali mereka tidak mampu memahami ajaran-ajaran Yesus. Namun, Yesus bersabar dengan mereka. Pada suatu saat, berkat tuntunan Yesus (yakni lewat bantuan Roh Kudus), mata hati serta dan budi mereka terbuka dan mereka mulai memahami ajaran Yesus. Karena sukacitanya, mereka terdorong untuk mewartakan Yesus kepada sesama. Tidak perlu dengan ceramah atau yang semacam itu. Cukup dengan kesaksian sederhana mengenai apa yang mereka alami. Tanpa mereka sadari, kesaksian sederhana mereka bisa menghantar sesama kepada Yesus.

Berkat Sakramen Baptis dan Krisma, kita semua mengambil bagian dalam tugas Yesus sebagai nabi. Sesuai dengan kemampuan kita, kita dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan yang dikerjakan Allah kepada sesama kita, entah melalui kesaksian sederhana atau melalui semacam pengajaran kepada sesama.

Tanpa mereka sadari, kesaksian sederhana mereka bisa menghantar sesama kepada Yesus.

HIDUP, Edisi No. 11, Tahun ke-77, Minggu, 12 Maret 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here